Azam masuk ke dalam kamarnya dengan perasaan agak kesal. Aliza selalu berkata kasar. Padahal selama ini Aliza tidak pernah sekasar itu. Azam menyukai Aliza karena dia begitu lemah lembut dan penyayang. Tidak di sangka bahwa Aliza menyimpan sipat kasar seperti itu. Azam menyayangkan hal itu. Azam merebahkan tubuhnya di atas kasur.
Dia memikirkan semua perkataan Izma. Izma tidak mau Azam menggangunya selama Izma kuliah di luar negri. Azam sepertinya sudah mulai tertarik kepada Izma. Karena Izma begitu cantik dan terlihat begitu menderita. Azam ingin melindunginya. Tetapi langkah Azam ternyata salah. Dan Azam menyadari bahwa dirinya telah menyakiti hati Izma.
"Maafkan aku Izma!" Azam berkata dalam hatinya. Azam memejamkan matanya dan dia membayangkan hal yang terjadi pada tadi pagi bersama Izma. Dimana mereka bersatu dalam sebuah kenikmatan yang baru Azam rasakan selama ini. Azam menikah dengan Aliza saat kondisi Aliza sudah bukan perawan. Azam menikahi Aliza saat Aliza b
Sesampainya di rumah sakit. Ternyata semuanya sudah terlambat. Aliza sudah tidak menemukan denyut nadi sang buat hati."TIDAAAAKK!" jerit Aliza dengan snagat kencang." Ada apa?" Azam menoleh ke belakang. Dia memarkirkan mobilnya dengan cepat dan segera keluar untuk membantu menggendong buah hatinya."Mawar, Mawar Mas, ya Tuhan anaku, putri kecilku?" Aliza menangis dengan nyaring. Air matanya mengalir dengan sangat deras.Azam lalu memeriksa denyut nadi sang buah hati. Dan ternyata memang sudah tidak ada denyutan sama sekali."Mawar maafin Papa, Nak!" Azam menangis dengan amat pedih. Semuanya sudah terlambat. Mawar sudah meninggal dalam perjalan tadi. Aliza menjerit dan memeluk sang putri yang berlumur dengan darah. Pelukanya sangat erat. Aliza terus berteriak menyerukan nama Putri kesayanganya."Tidak, Mawar. Ya Tuhan buah hatiku, kenapa bisa begini?" Aliza menjerit dengan lengkingan pilu.Sebuah kesakitan kini mene
"Dua garis." Aliza begitu girang saat melihat alat test kehamilannya menunjukan garis dua. Rasa bahagianya tak terkira. Mengingat sudah setahun lebih dia menanti sang buah hati. Tetapi kini buah hatinya sudah ada dalam rahimnya. Aliza telah mengandung.Azam sangat senang mendengar Aliza mengandung. Pasalnya itu adalah anak pertama Azam bersama dengan Aliza. Mereka lalu langsung konsultasi dan melakukan pemeriksaan kepada Aliza. Dokter Erik SPOG yang menangani pemeriksaan Aliza."Selamat ya Azam, Aliza, buah hati kalian sudah berusia 5 minggu!" ucap Dokter Erik sambil tersenyum dengan manis. Azam tersenyum senang. Dengan lembut Azam menggengam tangan Aliza. Mereka adalah pasangan suami istri yang sedang begitu bahagia."Terimakasih Erik, kami permisi dulu!" kata Azam dan Erik hanya mengangguk dengan senyumannya. Azam dan Aliza terus tersenyum senang."Semoga saja bayi kita lahir sehat dan sempurna ya, Sayang!" sahut Aliza begitu senang sambil terus men
Izma dan Azam kini sudah lelap dengan buaian mimpi yang indah. Azam masih lekat mendekap tubuh langsing sang istri kecilnya. Saat itu hujan masih mengguyur kota New York. Azam mulai membuka matanya dengan perlahan. Dia melihat dengan jelas bahwa dia sedang bersama istri yang dia rindukan selama dua tahun ini. Azam tersenyum dengan manis. Menatap punggung sang istri.Azam lalu mengecup leher belakang Izma dengan sangat hati-hati. Dia takut membangunkan gadis itu. Azam semakin mengeratkan pelukannya. Hatinya terasa tenang bisa memeluk Izma seperti ini. Azam begitu menyukai wangi dari tubuh sang istri. Tubuh yang pernah dia kecup kenikmatannya.Izma perlahan membuka matanya dia mencoba melepaskan pelukan Azam dan Azam masih memeluknya erat."Lepaskan aku Azam, aku mau ke kamar mandi!" pekik Izma kasar. Izma tidak memanggil Azam dengan sebutan kakak atau mas. Karena Izma merasa dirinya sudah bukan siapa-siapanya Azam lagi. Izma hanya merasa dirinya hanya istri kontr
Warning 21Mengandung unsur dewasa dan adegan seksual. Mohon cek usia sebelum membaca.???Izma beranjak dari meja makan. Dia merasa kesal dengan ucapan Azam barusan. Pasalnya Azam tidak mau menceraikan dia. Azam lalu duduk di samping Izma. Izma yang saat itu mengenakan kaos oblong dan celana pendek 5 cm di bawah selangkanya. Membuat Azam terus menatap cara berpakaian sang istri.Azam akui Izma masih remaja. Usia Izma bahkan baru menginjak dua puluh satu tahun. Dan gaya berpakaian dia pun masih seperti anak abege. Jauh sekali dengan cara berpakaian Aliza. Aliza yang selalu mengenakan rok selutut sedang izma lebih seksi dari pada itu."Apa setiap hari kamu mengenakan pakaian seperti ini?" tanya Azam sambil menatap Izma. Izma terdiam dengan wajah yang masih menahan amarah."Jangan terlalu seksi, hidup sendiri di New York bahaya!" Ucap Azam."Bukan urusanmu!" bentak Izma mulutnya masih manyun seolah dia sedang mengulum sebuah perme
Pagi itu Azam masih memeluk Izma dengan erat. Azam menarik selimut untuk menutupi tubuh polos sang istri. Izma masih terdiam dengan degupan jantung yang berdetak begitu kencang. Azam berhasil melumpuhkan gadis itu. Izma merasa tubuhnya melayang ketika Azam terus memberikan rangsangan pada dada gadis itu. Azam menemukan titik sensitif Izma yang membuat Izma tak bisa berkutik.Tangan Azam mengelus perut Izma dengan lembut."Suatu saat aku akan menitipkan anakku disini!" ucap Azam dengan bisikan mesra. Izma baru tersadar dan langsung menepis tangan Azam. Izma bangun dari tidurnya dan bergegas ke kamar mandi. Izma mandi dan menguyur seluruh tubuhnya dengan air shower. Izma menitikan air matanya. Ketika dirinya benar-benar bodoh menerima perbuatan Azam begitu saja.Izma lalu keluar dari kamar mandi dan hanya menggunakan handuk yang mengumbar paha dan dadanya yang seksi. Azam tersenyum menatap betapa seksinya istri mudanya itu. Azam lalu mandi dan hendak bersiap
"Izma, apa maksudmu mengatakan kepada dia kalau aku adalah kakakmu?" ucap Azam dengan nada pelan namun penuh dengan penekanan. Izma hanya terdiam, dia hanya pura-pura tidak mendengar saja. Dia sudah terlanjur kesal dengan sikap Azam terhadap Rico. Padahal Rico adalah teman baik Izma.Izma merasa malu saja terhadap Rico. Dia harus mengakui bahwa dirinya sudah menikah di usianya yang masih dua puluh satu tahun. Izma masih merasa dirinya hanya anak remaja. Dia merasa belum sepantasnya dirinya menyandang status sebagai Nyonya. Apalagi kalo mengingat statusnya dia. Dia sebagai Nyonya kedua. Alias istri muda. Mau di taruh di mana muka Izma. Di mata teman-temanya.Izma merasa kesal dan ingin segera pulang ke apartemennya. Dia ingin mengamuk sejadi-jadinya kepada Azam. Namun pesta masih belum usai. Izma masih harus bersabar karena dia harus berpura-pura baik-baik saja di depan semua yang ada disana. Padahal dia sudah sangat dongkol setengah mati kepada sang suami.
Warning 21Mengandung adegan dewasa, bijaklah dalam membaca.???"Nikmat bukan?" bisik Azam menyeringai puas karena sudah membuat istrinya klimaks. Lalu Azam membuka boxernya dan melemparnya sembarang. Izma tersentak. Matanya membulat ketika dia melihat senjatanya Azam berdiri kokoh siap untuk menembak.Izma menutup kakinya dan mencoba bangun. Namun Azam langsung memeluk Izma dan mengecup bibir Izma dengan penuh kelembutan. Ciuman yang begitu mesra dan semanis gula. Bahkan saat itu Izma tidak membalas ciuman Azam. Izma mengigit bibir Azam."Ah." Azam berteriak. Azam menatap Izma lalu tersenyum kembali."Istriku galak!" ucap Azam tersenyum devil."Jangan lakukan itu Azam, kamu sudah berjanji tidak akan menyentuhku sebelum aku selesai kuliah?" pekik Izma mulai ketakutan.Azam terus mendekati Izma."Kamu sendiri yang mengatakan, tetapi aku tidak mengatakan apa pun saat itu, apa kamu lupa, Sayang?" Azam berkata l
Aliza sudah berada di Rumah Sakit. Dokter mengatakan bahwa dirinya telah keguguran. Aliza begitu sedih karena dia lagi-lagi kehilangan buah hatinya. Janinnya yang berusia 5 Minggu bahkan kini sudah tidak ada lagi. Aliza akan segera dilakukan tindakan kuretase oleh Dokter kandungan.Aliza terus menangis tanpa henti. Dia bahkan tidak bisa menghubungi Azam sudah sehari semalam. Azam memang sengaja mematikan ponselnya. Karena Aliza pasti akan menggangunya ketika dia bersama Izma. Azam juga tidak mau melukai hati Izma lagi karena ucapan Aliza yang tajam. Karena itu Azam memutuskan untuk mematikan ponselnya."Sayang, kamu sedang apa, kenapa ponselmu mati?" Aliza terus mengisak dengan tangisan lirihnya. Aliza mengira Azam pasti sedang bersama dengan Izma. Aliza begitu murka. Aliza marah dia menangis begitu kuat. Aliza ingin sekali mengusul Azam ke New York. Namun kondisinya sekarang bahkan tidak memungkinkan.Aliza begitu lemah. Dan sebentar lagi dia akan di kure