_SEHARI SEBELUMNYA_
“Setiap pasien yang menderita trauma mental adalah seseorang yang layak untuk didengarkan. Tujuan utama dari perawatan psikiatri bukanlah untuk memberikan pasien keadaan kebahagiaan yang tidak dapat dicapai, melainkan untuk membantu mereka membangun kesabaran dan tekad mereka sendiri untuk menghadapi perjuangan mereka sendiri.”“Profesor, apakah itu berarti anda percaya bahwa penyakit mental tidak dapat diobati?”“Tidak, justru sebaliknya. Penyakit mental dapat diobati selama kita memberi pasien tersebut kesabaran dan tekad yang cukup.”“Lalu, profesor, bagaimana jika pasienmu akhirnya jatuh cinta kepadamu karena itu?”Amber mengangkat kepalanya dan tersenyum kepada mahasiswi yang mengajukan pertanyaan itu. Seorang gadis muda cantik yang dengan segera bersembunyi di belakang temannya setelah memperhatikan tatapan Amber.Amber Camille adalah seorang psikiater. Selain itu dia juga seorang dosen di fakultas kedokteran sebuah universitas. Karena usia, kecerdasan dan penampilannya, dia sangat populer di antara semua siswa dan kuliahnya yang berjadwal setiap hari kamis hampir selalu terisi penuh. Tentu saja, ini berarti dia juga menerima segala macam pertanyaan aneh di akhir setiap kuliah.Ini bukan pertama kalinya Amber diberi pertanyaan seperti itu jadi dia bisa menjawabnya dengan mudah. Sambil tersenyum dia membalas, “Saya pikir saya akan sangat bahagia karena itu berarti bahwa pikiran pasien berada di bawah kesalahpahaman yang luar biasa.”Mahasiswa lain menindaklanjuti dengan mengajukan pertanyaan lain. “Profesor, apakah menurut anda cinta adalah kesalahpahaman?”“Daripada itu, saya akan menyebutnya lebih dari ilusi sementara.”“Apakah anda memiliki ilusi seperti itu, Profesor?”“Tidak karena aku sudah tua.”“Huu ....” Seketika suasana kelas menjadi riuh. Seluruh siswa dalam kelasnya dengan bercanda mencemooh komentarnya.“Berpura-pura tua itu memalukan!” Seorang mahasiswa dengan berani mengatainya bahkan tidak segan bercanda dan bertanya, “Profesor, saya tidak keberatan anda sudah tua jadi bisakah saya berkencan dengan anda?”Amber tersenyum saat dia dengan gesit membalas, “Kencan di lab sebagai subjek ujianku?”Mahasiswa yang baru saja bertanya padanya tentang kencan dengan cepat menarik kembali ucapannya dengan ekspresi serius di wajahnya. “Cinta antara mahasiswa dan dosen tidak diperbolehkan, jadi Profesor ... saya akan melakukan yang terbaik untuk menahan diri.”Balasan mahasiswa itu sontak membuat semua orang di kelas tertawa, termasuk Amber.“Betapa menyesalnya dia,” celetuk salah satu siswa dalam kelas.Kelas sekali lagi dipenuhi dengan tawa.Bel berbunyi tidak lama kemudian, menandakan bahwa kelas telah berakhir. Para siswa pun terlihat mulai keluar ruangan. Sambil berpamitan kepada murid-muridnya, Amber mengemasi buku dan bahan ajarnya.Namun, saat dia hendak pergi, dia melihat seorang mahasiswa yang sedang menyandarkan kepalanya di meja. Dia ... tertidur lelap.Amber berjalan mendekat ke arahnya. Dia menggoyang-goyangkan tubuh mahasiswa tersebut hingga sang mahasiswa itu perlahan membuka matanya, lalu menguceknya kemudian menatapnya.“Apakah kamu ingin permen?” tanya Amber sambil mengulurkan tangannya ketika sang mahasiswa itu sudah bangun. Sebuah permen yang berwarna-warni diletakkan di telapak tangannya.Namun, mahasiswa tersebut belum juga menerimanya. “Aku minta maaf karena kelasku membuatmu merasa sangat bosan.”Mahasiswa itu memandangnya dengan linglung, ternyata dia masih dalam kondisi setengah sadar. Amber tersenyum, meninggalkan permen itu di mejanya, lalu melangkah keluar kelas.Saat berjalan terdengar ponselnya berdering, dia mengeluarkan ponselnya kemudian menerima panggilan telepon. “Amber, di mana kamu?”Telepon itu dari profesor Amber sendiri, Nyonya Nancy. Dia adalah penasihat doktoral Amber dan otoritas nasional di bidang psikiatri. Setelah pensiun, dia merasa gelisah karena tidak melakukan apa-apa sehingga memutuskan untuk membuka kantor dan labnya sendiri.“Aku baru saja selesai mengajar,” jawab Amber.“Bagus. Datanglah ke kantorku sekarang,” pinta Nancy.“Baiklah, aku segera datang,” balas Amber.Setelah mengucapkan kalimat terakhirnya itu, dia mengakhiri sambungan teleponnya kemudian melanjutkan langkahnya yang tadi hendak menuju ruangannya.Begitu sampai di ruangannya, Amber meninggalkan barang-barangnya di tempat dan segera menuju kantor Nancy yang lokasinya berada di sebelah rumahnya di mana lingkungan sekitarnya bisa dikatakan sebagai definisi keindahan alam.Di dekat kantor Nancy ada sebuah danau dan di tepi danau ada sekawanan merpati. Lingkungan sekitar dipenuhi dengan semak dan bunga yang semarak dan yang lebih luar biasa lagi, airnya sangat jernih. Itu benar-benar tempat yang santai.Satu-satunya yang jadi masalah adalah lokasi rumah dan kantor Nancy itu agak jauh dari kota dan jam sibuk sore hari hanya memperburuk perjalanan panjang.Pada saat Amber tiba, hari sudah cukup larut sehingga senja awal musim dingin hanya terhalang oleh lampu-lampu di sekitarnya.Dia mendorong pintu terbuka dan masuk, membawa gumpalan dingin musim dingin bersamanya. Rambut Nancy diwarnai warna abu-abu dan kacamata berbingkai emasnya memberinya kesan ilmiah klasik. Dia sedang duduk di sofa di depan mejanya, dia sedang terlihat berbicara dengan seorang pria muda yang duduk di sampingnya.Setelah mendengar Amber masuk, kedua orang itu melihat ke arah Amber. Nancy tersenyum kepadanya. “Kamu sudah di sini? Di luar dingin, bukan?”Amber menjawab dengan riang, “Tidak apa-apa ... hanya sedikit berangin.”Keduanya berbasa-basi sebentar hingga Nancy memberi isyarat agar Amber duduk di sisinya.Nancy menunjuk pria muda itu dan memperkenalkan keduanya, berkata, “Ini adalah CEO Axton Group, Ian Axton.”Kemudian beralih kepada Ian Axton dan dia berkata, “Ini adalah Dr. Amber yang muda, cantik, dan kreatif yang sebelumnya telah banyak saya ceritakan kepada anda.”Amber tahu tentang Axton Group, perusahaan produsen obat terbesar yang banyak mendukung proyek Nyonya Nancy.Namun, dia hanya tidak menyangka CEO mereka begitu muda. Dia pria yang relatif tampan dan mungkin belum genap tiga puluh tahun.Kesan pertama Amber tentang Ian bukan hanya karena dia muda dan tampan, tetapi juga terlihat dingin dan misterius. Ketika tatapan mereka bertemu, seolah-olah dia hanyalah setitik debu di matanya.Setelah melihat semua jenis pasien, Amber sangat pengertian terhadap orang-orang dengan perilaku yang sedikit tidak biasa dan tidak terlalu mempermasalahkan sikapnya.Karena gurunya telah memperkenalkannya mau tidak mau Amber harus tersenyum dan menyapa dengan ramah. “Senang bertemu denganmu.”Namun, Ian tidak langsung membalas. Dia terus menatapnya dengan intens kemudian dahinya perlahan berkerut. “Kamu hanya punya satu lesung pipi?”Amber pun sedikit mengerutkan alisnya, sedikit bingung dan secara otomatis menjawab, “Ya.”“Betapa jeleknya!”Penilaian Ian yang tak terduga itu membuat Amber jadi terdiam sedangkan Nancy menatap kosong sejenak sebelum tertawa terbahak-bahak.“Para siswa kamu mungkin akan menangis jika mereka mendengar seseorang telah menilai profesor mereka yang terkenal karena kecantikannya sebagai orang yang jelek, haha.”Nancy tertawa sangat bahagia sehingga Amber merasa sedikit jengkel dan dia berkata kepada Ian, “Maaf karena membuatmu jijik dengan keburukanku. Apakah anda ingin saya menutupi salah satu sisi wajah saya?”Perkataan Amber itu sontak memicu tawa lain dari Nancy.Namun, Ian sepertinya tidak bisa merasakan humor dalam nada suara Amber. Dia dengan tanpa ekspresi menatap jam tangannya, lalu berkata, “Ayo pergi.”Tiga puluh menit kemudian ketiganya telah sampai di sebuah restoran. Dari awal pemesanan makanan hingga makanan pertama datang dan disajikan, kakek dan nenek Ian tidak pernah muncul jadi hanya mereka bertiga di meja makan. Amber dan Nancy terus berbincang di sela-sela makan sedangkan Ian hanya diam sambil menikmati makanannya. Namun, saat pelayan menyajikan piring buah terakhir, dia mengatakan sesuatu yang membuat semua orang terkejut. "Singkirkan!" Pelayan itu tercengang. Amber dan Nancy langsung menghentikan perbincangan mereka dan mengalihkan pandangannya. Ian menunjuk ke piring dengan sedikit tidak sabar. "Apa yang kamu pikirkan? Bagaimana bisa memberikan sajian buah yang sungguh jelek?" Sang pelayan, Amber dan Nancy, ketiganya secara bersamaan langsung melihat ke piring. Sejujurnya, piring buah dihias sangat indah dengan hati-hati dan presisi. Piring itu terdiri dari setengah buah melon yang diukir dalam bentuk bunga yang kemudian diisi dengan berbagai buah-buahan yang bera
"Lalu ... maukah kamu tidur dengan salah satu pasienmu?" "Apa?" Amber tidak mengerti. Nada bicara Ian sama hangatnya seperti sedang mendiskusikan cuaca. "Bagaimana jika kamu secara tidak sengaja tidur dengan pasienmu?" Amber tertawa. "Itu tidak mungkin." "Tapi bagaimana jika itu terjadi?" Ian bersikeras terhadap hal itu dan menatapnya dengan seksama. "Apakah kamu akan terus merawatnya?" Amber tidak dapat mengikuti logikanya dan masih bingung bagaimana topik pembicaraan tiba-tiba berubah dari seorang pasien yang menderita sindrom Cotard menjadi seorang pasien yang tidur dengan dokter mereka, tapi dia bisa melihat jawaban seperti apa yang diinginkan oleh Ian jadi dia menjawab, "Tidak." Ian akhirnya tertawa ringan. Ini adalah pertama kalinya Amber melihatnya tertawa. Bibirnya sedikit melengkung ke atas dan matanya tanpa rasa hangat, tetapi penampilannya memiliki kesejukan yang tak terduga. Setelah itu, Amber melanjutkan makan malam yang sempat tertunda dengan sabar. Perilaku Ian
Keluarga Axton tidak memiliki riwayat penyakit mental dan alasan kapan Ian terserang penyakit masih tidak jelas. Menurut keluarganya, Ian telah tertutup sejak muda, tetapi tidak menunjukkan gejala yang tidak biasa selain sedikit acuh tak acuh terhadap orang lain.Bahkan ketika Nancy bertemu dengannya untuk pertama kali, dia tidak berpikir bahwa Ian menderita keterpisahan emosional (detasemen emosional), hanya mengira wataknya yang luar biasa tenang.Amber bisa merasakan pikiran 'salah diagnosis' gurunya. Banyak orang di dunia modern menderita detasemen emosional, hanya dalam kapasitas yang berbeda-beda. Dari perilaku Ian saja sebenarnya Amber bisa menduga kalau gurunya itu sebenarnya sudah tahu kalau Ian menderita penyakit seperti itu dan itu juga alasan sebenarnya mengapa Nancy memperkenalkan kepadanya. "Apakah dia berpura-pura memperlakukan perkenalan mereka sebagai kencan buta dan kemudian membawanya ke La Marquesina untuk mempermalukannya dan memaksanya mundur secara sukarela?"
"Berhenti? Kamu tidak berencana untuk kembali?""Tidak. Kesehatan ibuku memburuk dan aku harus tinggal di sini untuk merawatnya dengan baik."Setelah mendengar percakapan ini, Amber tersenyum. Pada saat ini, Lin Fan tiba-tiba melihat ke arahnya, lalu bertanya, "Aku dengar kamu sekarang adalah Dr. Amber?"Amber mengangguk."Luar biasa, kamu benar-benar berhasil mewujudkan impianmu."Bulu mata Amber bergetar saat mengingat masa lalu. Pasalnya Calvin dulu pernah bertanya kepadanya, "Amber, apa impianmu?""Menjadi dokter.""Mengapa?""Karena nenekku." Orangtua Amber mengoperasikan restoran dan bekerja sampai larut malam jadi Amber dan kakak laki-lakinya diasuh oleh nenek mereka. Nenek Amber adalah seorang ibu rumah tangga biasa. Dia baik hati, lembut, dan rendah hati. Namun, dia telah menjalani kehidupan yang tidak beruntung dengan menikah dengan pria yang keras kepala dan pemarah seperti kakeknya. Ketika Amber di sekolah menengah, neneknya menjadi gila karena tekanan mental jangka
"Aku mendapat telepon, sekalian menunggumu."Amber tersenyum. "Terima kasih. Kalau begitu, ayo pergi."Akhirnya keduanya berjalan menuju lift bersama. Sambil menunggu lift terbuka, Calvin bertanya, "Apakah kamu baik-baik saja selama ini?""Ya dan kamu?""Hidup agak sulit."Mendengar perkataan Calvin tersebut, Amber menatapnya dengan tatapan aneh."Memang benar, selama masa terberatku, aku tidak bisa menelepon siapa pun bahkan jika aku mau."Kepala Amber terkulai melihat ke bawah. Dia mengerti bahwa Calvin sedang mencoba untuk menjelaskan alasan ketika dia tidak menghubunginya dalam waktu yang lama.Tiba-tiba Calvin berhenti berjalan, lalu tiba-tiba memanggilnya. "Amber ...."Calvin tidak meneruskan perkataannya, tetapi ketika dia ingin melanjutkan perkataannya, pada waktu yang hampir bersamaan, suara lain juga memanggilnya. "Hei!"Calvin berhenti berbicara dan bersama-sama dengan Amber menoleh ke sumber suara itu. Mereka bisa melihat seorang pria muda berjalan ke arah mereka dari bay
Amber bangkit dari duduknya. "Kenapa aku tidak pergi duluan saja?" Kemudian melangkah pergi.Tapi dia dengan cepat ditarik untuk dihentikan oleh Trysta yang mengejarnya sambil bertanya, "Benarkah? Apakah kamu benar-benar mencintai Calvin?"Amber menghela nafas. Kali ini Amber tidak bisa untuk tidak merasa pusing. Bagaimana bisa dalam sekejap rumor berubah menjadi dia jatuh cinta dengan Calvin? Gosip benar-benar tumbuh lebih liar saat menyebar. Bukankah tadi dia mengatakan bahwa Calvin pernah menjadi orang yang dia sukai, oke? Dulu! Dulu!!Trysta tidak bisa menahan tawanya lagi. "Kalau begitu, kamu tadi seharusnya tidak memberi tahu Silvia tentang hal itu!"Amber tidak ingin membicarakan hal itu lagi. "Bukankah kamu harus pergi? Mengingat letak kamar suite dan semua wanita cantik itu, kamu harus berhati-hati jangan sampai seseorang mencuri pengantin priamu."Trysta pun berkata dengan nada menekankan, "Biarkan mereka mencoba! Jika dia bisa dicuri, itu berarti sejak awal dia tidak layak
"Aku ingin merayumu." Ian menatapnya langsung ketika dia bertanya, "Bolehkah aku melakukannya?"Sontak Amber tidak bisa menahan tawa setelah mendengar kata-kata Ian itu. "Jangan menggodaku. Aku benar-benar tidak bisa menyetir dengan baik.""Kenapa kamu tertawa? Apa aku kurang serius?""Tidak," pikir Amber. "Siapa yang peduli jika kalkulator itu serius? Nada bicaranya saja tidak mengandung rasa malu seorang pria muda yang mendambakan cinta. Alih-alih gugup, dia lebih terdengar seperti pekerja kantoran yang hanya berusaha menyelesaikan tugas."Akhirnya Amber memutuskan untuk mengobrol baik dengannya. Dari pandangan bahwa Ian adalah salah satu pasiennya. "Tuan Axton, apakah anda pernah menjalin hubungan sebelumnya?""Apakah ini karena aku mengejarmu?"Amber tersenyum. "Jika kamu pernah menjalin hubungan, maka kamu seharusnya tahu bahwa tindakanmu berbeda dari se
"Kamu adalah pasangan yang dirumorkan Bos Ian yang mabuk setelah single shot?"Sepertinya dia sudah membuat nama untuk dirinya sendiri dalam satu malam. Karena tidak ada pilihan yang lebih baik, Amber akhirnya menjelaskan tentang dirinya sekali lagi. "Tuan Axton hanya bercanda. Saya bukan pasangannya."Tetapi orang-orang di sekitar Ian mungkin tidak akan mendengarkan orang selain dirinya atau setidaknya orang di depannya tampak seperti itu. Dia berdiri, mengelilingi Amber dengan tatapan penuh minat, kemudian berteriak ke arah kamar mandi. "Bos Ian, apakah kalian baru saja datang dari hotel?"Di tengah air yang mengalir terdengar gerutuan konfirmasi yang acuh tak acuh."Kalau begitu kalian bergerak agak cepat," kata Billy dengan senyum licik. "Kamu tetap perjaka selama bertahun-tahun, lalu apakah kamu akhirnya tidak dapat mengendalikan doronganmu sekarang karena kamu telah menemukan seseorang?Bagaimana perjalanan lima belas menit berubah menj