Home / Urban / Dokter Jenius: Tangan Emas Sang Penyembuh / 162. Hutang budi yang akan kubawa sampai mati

Share

162. Hutang budi yang akan kubawa sampai mati

Author: Cutegurl
last update Last Updated: 2025-10-09 23:43:51

Tabib terkutuk menatap El, kemudian mengangkat sebelah alisnya.

“Mau menanyakan apa?” ujarnya.

Mendengar perkataan gurunya, El kemudian menelan ludah kasar. “Kenapa guru membuat Azalea akhirnya ditemukan di tepi sungai? Guru tahu sendiri, kan, kalau lokasi mobil Azalea terbakar cukup jauh dari sana?”

Mendengar apa yang El tanyakan, tabib terkutuk tidak langsung menjawabnya. Ia memejamkan matanya sebentar, lalu tersenyum tipis. Wajahnya yang sudah tua semakin berkerut saat ia tersenyum.

“Elvario,” kata tabib terkutuk dengan perlahan, “Aku tahu kalau lokasinya cukup jauh, tapi saat itu aku hanya bisa meletakkan dia di sana. Aku melihat, ada banyak polisi yang menyusuri seluruh kota, dan hanya tempat itu yang tidak ada orangnya. Dan jika mereka sampai melihat aku meletakkan gadis itu di tempat yang kamu maksud, aku tidak akan bisa menjelaskan pada dunia luar. Mereka akan terus mempertanyakan dan tidak akan mempercayai hal-hal yang tidak seharusnya mereka ketahui.”

El terdiam m
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Dokter Jenius: Tangan Emas Sang Penyembuh    165. Apakah akan ada insiden lagi?

    Beberapa Jam Kemudian Ruang operasi telah digunakan bergantian. El keluar dari OR dengan seragam operasi yang basah oleh keringat. Maskernya ia turunkan perlahan, langkahnya berat. “Pasien perempuan sudah stabil,” lapor perawat ICU. “Transfusi berjalan baik, tekanan darah normal.” El mengangguk pelan. “Pantau urine output dan saturasi tiap lima belas menit. Jika turun, hubungi saya langsung.” Ia lalu menatap layar monitor di ruang observasi tempat pasien laki-laki dirawat pascaoperasi. Napas pria itu teratur, tapi masih dibantu ventilator. CT menunjukkan pendarahan sudah dibersihkan, namun kesadarannya belum pulih. Jam dinding di atas pintu menunjukkan pukul 13.47. Sudah lewat dari jam makan siang. Langkah kaki El bergema pelan di lantai rumah sakit yang bersih mengilap. Operasi yang El lakukan berjalan lancar, dan nyawa pasien selamat, tapi tenaga El terasa nyaris terkuras habis. Saat ia tiba di pintu keluar IGD, El kemudian berhenti. Pandangannya tertarik oleh sesuatu

  • Dokter Jenius: Tangan Emas Sang Penyembuh    164. Mereka butuh saya

    Suara sirene ambulans meraung menembus keramaian pagi di kota Samara. Begitu kendaraan itu berhenti di depan pintu gawat darurat RS Medical, dua pintu belakang langsung terbuka. Paramedis keluar membawa dua brankar, satu dengan tubuh pria yang tak sadarkan diri, satu lagi dengan seorang wanita muda yang wajahnya pucat dan tubuhnya berlumuran darah. “Seorang pasien perempuan, trauma paha kanan, perdarahannya aktif! Seorang pasien laki-laki, mengalami cedera kepala berat, GCS delapan!” seru paramedis cepat. Dr. Elvario turun dari ambulans terakhir. Ia kemudian menatap sekeliling, matanya menatap tajam dan fokus, sementara perawat serta dokter jaga segera menghampiri. “Trauma bay satu dan dua, siapkan alat resusitasi! Hubungi bedah saraf dan ortopedi sekarang!” ucap El dengan lantang, suaranya langsung menembus hiruk-pikuk ruangan. Tak ada yang berani membantah perintah El. Dalam waktu kurang dari satu menit, ruang IGD langsung berubah menjadi arena perang melawan malaikat maut.

  • Dokter Jenius: Tangan Emas Sang Penyembuh    163. Mulai menyelamatkan lagi

    Mendengar teriakkan itu, tanpa berpikir panjang, El langsung menepikan mobilnya, menarik rem tangan, dan keluar dari mobil tersebut. Udara pagi hari yang bercampur dengan aroma bensin dan besi panas menusuk hidung El. Ia segera berlari menuju lokasi kecelakaan, menyingkirkan beberapa orang yang hanya berdiri menonton sambil memegang ponsel. “Tolong menjauh semuanya! Tolong beri ruang untuk tim penyelamat!” seorang pria berseragam oranye dengan lambang BASARNAS di punggungnya berteriak dengan suara keras. Beberapa saat setelahnya, sirine ambulans dan mobil polisi mulai terdengar mendekat dari arah belakang. El merunduk, berusaha untuk melihat ke dalam kabin mobil yang terguling. Melalui jendela belakang yang retak, ia bisa melihat ada dua orang penumpang di dalam mobil tersebut. Ada seorang pria yang berada di kursi kemudi tampak pingsan dengan darah yang mengucur dari pelipisnya, sementara seorang wanita muda di kursi penumpang depan menjerit dengan pelan, tubuhnya terjepit das

  • Dokter Jenius: Tangan Emas Sang Penyembuh    162. Hutang budi yang akan kubawa sampai mati

    Tabib terkutuk menatap El, kemudian mengangkat sebelah alisnya. “Mau menanyakan apa?” ujarnya. Mendengar perkataan gurunya, El kemudian menelan ludah kasar. “Kenapa guru membuat Azalea akhirnya ditemukan di tepi sungai? Guru tahu sendiri, kan, kalau lokasi mobil Azalea terbakar cukup jauh dari sana?” Mendengar apa yang El tanyakan, tabib terkutuk tidak langsung menjawabnya. Ia memejamkan matanya sebentar, lalu tersenyum tipis. Wajahnya yang sudah tua semakin berkerut saat ia tersenyum. “Elvario,” kata tabib terkutuk dengan perlahan, “Aku tahu kalau lokasinya cukup jauh, tapi saat itu aku hanya bisa meletakkan dia di sana. Aku melihat, ada banyak polisi yang menyusuri seluruh kota, dan hanya tempat itu yang tidak ada orangnya. Dan jika mereka sampai melihat aku meletakkan gadis itu di tempat yang kamu maksud, aku tidak akan bisa menjelaskan pada dunia luar. Mereka akan terus mempertanyakan dan tidak akan mempercayai hal-hal yang tidak seharusnya mereka ketahui.” El terdiam m

  • Dokter Jenius: Tangan Emas Sang Penyembuh    161. Aku ingin tahu sesuatu

    Beberapa hari telah berlalu sejak El membuka matanya di ruang rawat rumah sakit. Rasanya, waktu seperti berjalan dengan sangat perlahan. Dan waktu juga terus mengikis sisa-sisa kekhawatiran yang masih tertinggal di hati semua orang. Selama masa perawatan El dan Azalea, tak ada satu orang pun yang membahas tentang kecelakaan yang hampir merenggut nyawa Azalea, dan fakta tentang tempat Azalea ditemukan, yaitu di pinggir sungai. Tidak ada yang berkomentar, baik dari pihak keluarga Azalea, maupun dari pihak keluarga El. Seolah seluruh peristiwa menakutkan itu sengaja dikubur dalam-dalam. Tidak ada juga pertanyaan tentang siapa pria yang hangus di dalam mobil itu. Dan kenapa pria itu bisa berada di dalam mobil tersebut. Biarlah itu menjadi tugas polisi untuk menyelidikinya. Sedangkan El menatap semua itu dalam diam. Ia sepenuhnya mengerti. Dalam dunia tempat ia hidup, ada hal-hal yang lebih baik tidak diketahui orang biasa. Selama dirawat di ruang VIP rumah. sakit Medical, Tuan Suj

  • Dokter Jenius: Tangan Emas Sang Penyembuh    160. El?

    El menatap ibunya dengan mata membelalak karena tidak percaya. “Ibu ... ibu tidak bohong, kan?” “Untuk apa ibumu berbohong soal itu sama kamu, El?” sahut Bambang sambil tersenyum lebar. “Bahkan baru tadi pagi ayah Azalea datang ke ruangan ini untuk melihat kondisi kamu. Bahkan dia terus-terusan bilang terima kasih karena kamu sudah menyelamatkan anaknya,” ucapnya melanjutkan. Suasana yang tadi menegangkan kini berubah saat El mendengar perkataan ayahnya. Sedangkan Mira tertawa pelan melihat reaksi putranya, dan Bambang yang menggeleng sambil menahan senyum. Sedangkan bagi El, semua ini terasa seperti sinar hangat yang menembus kabut pekat yang sebelumnya menghambat pandangannya. El kemudian menunduk, bahunya bergetar pelan, dan air mata mulai jatuh tanpa bisa ia tahan. Bukan air mata kesedihan, tapi air mata karena rasa haru, lega dan bahagia yang tak terhingga. “Syukurlah dia selamat,” bisik El yang nyaris tak terdengar. “Terima kasih karena kamu sudah bertahan, Sayang…”

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status