Jack menelan ludah mendengar suara yang sangat familier di telinganya. ‘Untuk apa dia mencariku?’ batinnya mulai was-was.
Claire yang baru memasuki dapur langsung menepuk pundak Jack. “Kenapa tunanganmu memanggilmu seperti itu? Dia terdengar sangat marah. Apa kalian bertengkar?”
Jack menggeleng. “A-aku akan menemuinya.” Dia berjalan cepat ke depan. ‘Apa belum cukup memakiku di depan para tamu semalam, hingga masih harus melanjutkan makian di depan para pelanggan.’ Dia berusaha keras meredam amarah.
Melihat Sophie berdiri di antara meja pelanggan, ada sesuatu yang terasa nyeri di sudut hatinya. Lalu, bayangan pengkhianatan Sophie terlintas di kepalanya. Namun, Jack berusaha setengah mati untuk tersenyum.
“Ada yang bisa-”
PLAK!
Para pengunjung kedai terbelalak melihat Jack ditampar Sophie . Tanpa terkecuali Claire yang sampai menutup mulutnya dengan kedua tangan.
Tidak berhenti sampai di situ, Sophie juga meraih segelas jus dari meja pelanggan untuk disiramkan ke wajah Jack.
“Bajingan kamu ya! Berani-beraninya menghajar pacarku. Dasar berandal!”
‘Semalam temannya menyiramku dengan anggur. Dan sekarang, dia melemparkan jus padaku?’
Jack tersenyum getir. Dia membuka mata dengan perlahan, lalu mengelap wajahnya dengan tangan bergetar. Rahang pria itu mengeras akibat rasa sakit yang mencekik tenggorokan.
“Jika kamu tidak terima dengan keputusanku tadi malam, tidak perlu melakukan kekerasan pada David. Memang tanganmu sangat kotor. Apa begitu cara orang miskin menyelesaikan masalah?”
“Berhenti!” Claire berjalan mendekat. “Sophie , kamu benar-benar tidak waras. Kenapa kamu mempermalukan tunanganmu sendiri? Jika kalian-”
“Jangan ikut campur. Kamu tidak tahu, pecundang ini sudah membuat pacarku masuk rumah sakit. Dia sudah memukuli pacarku dan teman-temannya.”
“Apa? Pacar?”
“O, jadi pecundang ini tidak mengatakan apa-apa padamu? Baiklah, aku akan menjelaskannya. Dengar, semalam aku memutuskannya di depan semua orang.”
“Ta-tapi, bukankah tadi malam kalian bertunangan?” Claire berusaha keras untuk tidak pingsan.
“Cih! Wanita mana yang sudi bertunangan dengan pecundang ini? Kenapa aku harus menghancurkan masa depanku dan menggantungkan hidup pada pengantar pizza?”
Claire menatap Jack sambil menutup mulutnya dengan kedua tangan.
“Aku pikir kamu masih memiliki kebaikan dalam hidupmu, tapi ternyata, sikapmu jauh lebih menjijikkan dari penampilanmu.”
“Sophie , aku bersumpah tidak melakukan apa pun pada David dan teman-temannya. Mereka memang menghadangku tadi, tapi aku tidak memukul bahkan menyentuh mereka sama sekali.”
Sophie bertepuk tangan. “Tentu saja! Aku tahu kamu akan mengelak. Kamu bahkan menuduh pacarku dan teman-temannya. Dengar, kamu masih selamat karena David bersikeras untuk tidak melapor ke polisi. Memang pacarku berhati malaikat. Jika itu orang lain, pasti tidak akan mengampunimu.”
Jack melengos sesaat untuk tersenyum getir. “Sophie , aku-”
“Jangan menyebut namaku dengan mulut kotormu. Aku benar-benar jijik padamu. Aku menyesal pernah menjadi pacarmu.” Sophie mengacungkan telunjuknya. “Asal kamu tahu, aku memiliki rekaman kejadian semalam. Awalnya aku berpikir untuk menyimpannya sebagai koleksi pribadi. Tetapi apa yang kamu lakukan pagi ini, membuatku berubah pikiran.”
Sophie menggeser pandangannya ke arah Claire. “Kamu ingin tahu apa yang terjadi pada temanmu tadi malam ‘kan? Tenang saja, kamu bisa melihatnya di akun media sosialku. Aku baru saja mengunggahnya sebelum datang ke mari.”
Wanita itu tersenyum kecut pada Jack. “Sekali lagi kamu menganggu pacarku, aku pastikan akan menghajarmu dengan tanganku sendiri.”
Sophie melampiaskan kemarahannya lagi dengan mendorong meja dan menendang kursi kedai sebelum pergi dari King Pizza.
Kini semua pengunjung menatap Jack dengan sinis. Mereka berbisik-bisik membicarakan pria itu. Beberapa pengunjung yang tak senang bahkan angkat kaki dari kedai. Ada pula yang memarahinya sebelum pergi.
“Makanan di kedai ini enak-enak, tapi kamu membuat nafsu makanku hilang. Aku menyesal mengunjungi tempat ini.”
“Aku minta maaf Nyonya.”
“Ini pengalaman paling buruk selama aku makan di King Pizza. Aku tidak menyangkan orang yang ramah dan sopan sepertimu seorang berandal.”
“Maafkan saya Tuan.”
Sophie membuat Jack membungkuk rendah pada mereka semua. Lalu, Jack membereskan kekacauan yang dibuat oleh mantannya sambil menahan malu.
Seorang pelayan laki-laki tampak menghampiri Jack yang sedang mengelap sisa-sia jus yang jatuh ke lantai. “Jack, kamu dalam masalah.”
“Apa?”
“Tuan James memintamu datang ke ruangannya sekarang.” Pelayan itu kembali ke dapur setelah menyampaikan pesan dari atasannya.
Jack menarik napas panjang, kemudian berjalan ke ruangan James. Setibanya di depan ruangan tersebut, dia berdiri menatap papan nama yang tertempel di pintu.
‘Sebentar lagi papan ini akan dicopot dan digantikan dengan papan nama orang lain,’ batinnya sebelum mengetuk pintu.
“Masuk!”
Jack menuruti komando dari dalam ruangan. Dia masuk dan menutup kembali pintu yang baru saja dibuka. Dia melihat wajah sang atasan yang sudah seperti ingin menelannya hidup-hidup.
“Siapa yang mengizinkanmu duduk?!” bentak James ketika Jack menarik kursi di hadapannya.
Jack memasukkan kembali kursi itu ke kolong meja. Dia berdiri dengan wajah malas. “Kenapa Tuan memanggilku?”
“Kamu bertanya? Jelas sekali kamu membuat keributan di sini. Lihat! Aku mengawasimu.” James menunjukkan tampilan CCTV di laptopnya. “Kamu benar-benar tidak berguna. Tadi pagi terlambat dan barusan membuat kekacauan.”
“Sebentar Tuan. Pertama, bukan saya yang memulai. Tuan bisa memutar kembali rekamannya, tidak sekali pun saya berteriak atau memaki. Semua keributan itu dilakukan pengunjung kedai. Dia datang berteriak, memaki saya, mengambil minuman pengunjung lain untuk disiramkan ke wajah saya, dan terakhir, dia juga yang membuat meja kursi berantakan.”
Brak!
“Mendekatlah supaya aku bisa membuat wajahmu berantakan! Kamu tuli atau dungu sehingga tidak mengerti ucapanku tadi pagi. Jangan membantahku atau-”
Jack mengangkat tangannya, “Tuan James, aku sangat sibuk.”
“Apa?!”
Jack yang masih berdiri langsung menjelaskan dengan nada tegas, “Aku harus bersiap untuk mengantar pesanan. Soal insiden tadi, aku minta maaf. Tuan bisa memotong gajiku 50% atau seluruhnya, aku tidak peduli. Yang jelas, aku tidak memiliki waktu untuk mendengar omelanmu lagi.” Dia mengatupkan kedua tangan di depan wajah.
Tanpa menghiraukan James yang melongo atas sikapnya, Jack berbalik untuk keluar dari ruangan itu. Terdengar teriakan James memintanya kembali, tetapi Jack tidak peduli.
‘Aku akan membereskan James Bing setelah memberi pelajaran pada David. Pacar baru Sophie itu harus membayar mahal semuanya.’
Jack mengeluarkan ponsel dari dalam saku celana. Dia berdeham sebelum melakukan panggilan.
“Halo, sekarang juga aku ingin jabatan David Guillon sebagai manajer keuangan dicopot. Pindahkan dia ke bagian korespondensi.” Dia diam sejenak mendengar respons orang di balik telepon. Kemudian Jack menegaskan. “Bukan kepala, hanya staf biasa. Mulai sekarang dia akan mengurusi surat menyurat di Big Roodgrup.”
Bulan bundar sempurna. Dari loteng Greenroad Villa, angin membuat pucuk pohon cemara seperti sedang menggesek-gesekkan tubuhnya pada purnama. Ada kopi yang mengepul di dalam dua cangkir putih di atas meja kayu. Tangan yang kekar tampak mengambil satu di antara cangkir itu. “Ini sangat indah,” kata Claire setelah sang suami menyesap kopi. Dia mengagumi pemandangan malam hari di tempat itu. Jack menggeleng. “Ada yang lebih indah dari ini.” Dengan wajah berseri Claire menyahut. “Benarkah?” “Hm.” Jack kembali menyeruput kopi buatannya sendiri. “Cepat katakan padaku. Aku ingin melihatnya besok.” Claire semakin bersemangat. “Kenapa harus menunggu besok?” “Jadi, aku bisa melihatnya sekarang?” “Tentu saja.” Claire bertepuk tangan kegirangan. “Di mana aku bisa melihatnya?” Dia menarik kursinya agar lebih dekat dengan Jack. “Pergilah ke kamar.” Claire yang mendengarkan suaminya dengan sungguh-sungguh mengernyetkan keningnya. Namun, dia tetap berkata, “Lalu?” “Saat kamu berdiri di de
Orang-orang terkejut dengan reaksi Jack atas apa yang dilakukan Claire, tanpa terkecuali Claire itu sendiri. Sejak mengenal Jack hingga mereka memutuskan untuk menikah, Jack tidak pernah membentaknya, kecuali hanya jika dia bersalah.‘Lalu, apa salahku?’ batin Claire sambil menatap suaminya.Beberapa wanita yang berada di kursi tamu juga tidak menyangka bahwa sang tuan muda akan membentak istrinya. Mereka sampai memegangi dada karena terkejut. Menurut pandangan mereka, apa yang dilakukan Claire sudah benar.Orang-orang yang kurang ajar itu pantas mendapat dua sampai tiga tamparan lagi. Beberapa di antara tamu malah ingin menjambak mereka juga.Jika Claire syok, tidak demikian dengan Lady. Meski tamparan Claire membuat pipinya terasa sakit, dia senang mengetahui sang tuan muda dengan cepat membentak istrinya karena sudah bersikap kasar. Itu artinya, dia masih memiliki kesempatan. Entah kesempatan apa yang dimaksud oleh Lady.“Tuan Muda,” ucap Matthew merasa perlu untuk membela Claire.
Tidak dipungkiri, aura yang keluar dari Jack membuat empat wanita itu tertekan. Mereka tampak mencengkeram pakaian sendiri untuk menyembunyikan tangan mereka yang bergetar karena takut. “Lady,” panggil Jack karena empat wanita itu membisu tanpa kata. Lady memaksakan diri untuk tersenyum. “Sa-saya, Tuan Muda.” Jack tertawa mendengar Lady yang dahulu mengoloknya sebagai pecundang, kini memanggilnya dengan sebutan demikian, dan itu dikatakan dengan nada bicara yang lembut. “Kamu bersikeras ingin menemuiku. Katakan, sesudah ini, apa yang kamu inginkan?” Jack memasukkan kedua tangannya ke dalam saku. Sejujurnya, reaksi Jack yang berubah-ubah, terkadang tampak murka, terkadang begitu ramah, malah membuat Lady bingung. Dia sadar benar jika Jack berhak murka. Dan dia akan menerima apa saja yang akan Jack lakukan. Lady sempat menoleh ke kanan dan ke kiri untuk melihat ekspresi wajah teman-temannya. Dia yakin, ekspresi wajahnya sekarang juga tidak jauh berbeda dari mereka; takut, cemas, be
Para pengawal menunda untuk menyeret Sophie dan kawan-kawannya keluar karena mendengar ucapan berwibawa dari seorang pria. Itu adalah ucapan yang tidak mungkin mereka abaikan.Benar, Jack sendiri yang menahan para pengawalnya meringkus para wanita pembuat onar. Kini, tempat itu seperti membeku. Semua orang bergeming melihat wajah tenang Jack selagi bertanya-tanya apa yang akan terjadi berikutnya."Apa yang akan Tu-tuan Muda lakukan?" tanya Gary menyaksikan Jack berjalan ke tepi panggung usai berpamitan dengan istrinya. Meskipun Gary hanya melihat dari layar kaca televisi, napasnya ikut tertahan juga.Sebagai orang yang memiliki banyak kesalahan pada Jack, Gary tentu mencemaskan kehidupannya. Dia menjadi paham tentang hal buruk yang terus menimpanya, walau itu tidak seburuk apa yang menimpa David, Gary sempat frustrasi atas grafik hidupnya yang merosot. Melihat keadaannya sekarang, sudah mampu menjelaskan segala kesialan yang menimpanya.Lalu, bagaimana jika ternyata kesialannya masih
Satu teriakan itu berhasil memprovokasi tamu undangan lainnya. Kini tempat itu dipenuhi oleh seruan yang meminta Tuan Muda Roodenburg untuk mencium istrinya. Kedua pipi Claire memerah mendengarnya. Dia bahkan melepas rangkulannya dari leher Jack, sedikit tertunduk menghadap para hadirin. Jack mengambil napas melihat istrinya demikian. Dia mendekatkan wajahnya pada Claire, membuat para hadirin menghentikan seruan mereka. Semua tegang menunggu apa yang akan Tuan Muda lakukan. “Jangan cemas. Aku tidak akan melakukannya di depan umum,” bisik Jack sangat rendah, hingga hanya Claire yang bisa mendengarnya. Wanita itu menoleh pada suaminya dengan wajah cerah. Sementara para hadirin masih menanti sang tuan muda melakukan apa yang mereka harapkan. Dalam saat-saat sunyi itu, mendadak terdengar panggilan dari deret kursi belakang. “TUAN MUDA!!” Orang-orang terkejut. Mereka menoleh ke belakang, ke sumber suara, demi melihat kenampakan wanita yang begitu lancang memanggil Tuan Muda Roodenbu
Prosesi pernikahan Tuan Muda Roodenburg dengan Nona Claire Boutcher telah selesai. Kini, persahabatan mereka sudah resmi menjadi hubungan suami istri dengan ikatan cinta yang suci. Kebahagiaan itu tergambar jelas di wajah kedua mempelai, keluarga, dan para tamu undangan, kecuali empat sekawan yang duduk di kursi belakang. Sophie yang sejak tadi menitikan air mata, kini memeluk Lady untuk menyembunyikan isakannya setelah melihat Jack mencium kening Claire. Masih hangat dalam ingatan Sophie, selama dia dan Jack dahulu berpacaran, Jack tidak pernah meminta ciuman darinya. Sedangkan saat menjadi kekasih David, pria itu meminta segalanya darinya, bahkan di hari pertama mereka berpacaran. Sungguh, dahulu Sophie menilai Jack sebagai pecundang meski dalam hal percintaan. Sementara dia memberikan penilaian sangat tinggi untuk David, dan menganggapnya sebagai pria sejati yang bergairah. ‘Tapi lihat sekarang. Jack menikahi Claire di depan seluruh warga Rhineland dengan gagah dan penuh kharisma