Amel berada di tempat Arta setelah perjanjian tersebut dan mengenai pakaian ternyata Arta memiliki pakaian yang dulu digunakan mantan istrinya namun belum sempat dibuang, sesuai perjanjian adalah Amel memasakkan Arta selama berada di tempat tinggalnya. Selama memasak bayangan Amel pada kembar tentang bagaimana mereka makan dan semuanya tapi segera dihilangkan pemikiran itu karena masih ada Barry selaku ayahnya yang mendidik kembar.
“Masak jangan sambil melamun bisa kebakar tempatku,” sindir Arta membuat Amel menatap malas “mengenai pindahanmu apa yakin?.”
“Apa bisa?,” tanya Amel langsung.
Arta menghembuskan nafas panjang “bisa saja tapi alangkah baiknya kalian bicarakan terlebih dahulu.”
Amel meletakkan hasil masakannya di meja dengan bantuan Arta, perbedaan besar antara mereka berdua adalah Arta mau membantu semua yang Amel lakukan tidak seperti Barry yang cenderung tidak peduli padahal dulu Barry sangat peduli bahkan hal terkecil sekali pun. Arta dan Amel m
Amel hanya membaca pesan dari Barry tanpa berniat untuk membalasnya sama sekali, membiarkannya begitu saja. Amel memutuskan untuk melanjutkan memasak yang lain dan akan mengirim makanan ke rumah sambil berharap tidak bertemu Barry, setelah selesai semua Amel bersiap untuk mengantarkan semuanya. Bertemu Pandu di kantornya sedikit membuat Amel ragu tapi Pandu meyakinkan bahwa semuanya akan baik – baik saja yang berarti Amel mempercayai perkataan Pandu. Amel mengirimkan hasil masakannya ke rumah agar bisa dimakan anak – anak, meski tanpa dirinya di sana Amel sangat yakin kembar bisa mandiri dan Pandu mengakuinya ketika mereka pergi bersama dulu.Amel sudah berada di ruangan Pandu untuk membicarakan apa yang dirinya lihat kemarin dan reaksi Pandu hanya diam sambil sesekali mengangguk, Amel tidak kuasa mengeluarkan air matanya membuat Pandu merasa kasihan dengan Amel. Amel memandang Pandu yang masih hanya diam, Amel sangat tahu jika Pandu sama terlukanya seperti dirinya jadi keputu
Barry menatap rumahnya yang berantakan di pagi hari karena ulah kembar, biasanya Amel yang menyelesaikan semua atau paling tidak orang tuanya bahkan Tina. Barry menghubungi Siska untuk membantu dirinya mengatasi kembar, tidak lama Siska datang bersama Arsen yang akan berangkat sekolah bersama babysitter. Barry sadar perbedaan besar dirinya dalam merawat mereka jika Arsen bersama babysitter tidak dengan kembar yang selalu bersama keluarga, keputusan ini diambil agar Arsen memiliki teman meski kedua putri Siska merawat dan menyayangi Arsen.“Berantakan sekali,” keluh Siska ketika melihat kamar kembar dan kamar Barry bersama Amel “nanti biarkan asisten yang membersihkan saja fungsinya dibayar ya untuk itu.”Barry mengangguk lemah mendengar perkataan Siska, sangat berbeda dengan Amel di mana meski usia Amel masih muda dan berbeda dengan Siska bahkan perbedaan mereka sangat besar. Tidak lama kembar keluar dengan pakaian mereka yang telah rapi, tatapan mereka tampak bingung de
Siska sudah lama bekerja dengan Barry bahkan Siska mengenal istri Barry beserta keluarga besar. Barry pun mengenal Siska dan keluarga dengan baik, karena Siska ikut membantu Barry diawal usaha dan itu persetujuan suaminya Pandu yang juga berteman baik dengan dirinya, Barry dan Pandu terkadang menghabiskan waktu bersama jika istri mereka pergi ke mana dan tidak tentu arah, kesamaan dalam berbicara membuat mereka berdua nyaman satu dengan yang lain.Ketika kematian sang istri membuat kehidupan Barry menjadi kacau dan berantakan apalagi terdapat anak kembar yang membutuhkan perhatian. Barry tidak menyangka bahwa apa yang dokter katakan ketika hamil adalah kenyataan dan sesuai dengan keinginan sang ibu dokter menyelamatkan anaknya jika memang harus memilih, pilihan yang sangat sulit diambil tapi memang hidup adalah pilihan. Barry sangat beruntung adalah keluarga tidak menyalahkan dirinya dan sekarang malah keluarga mendiang istri membantu dalam merawat sang kembar, permintaan mere
Amel memutuskan pulang ke rumah orang tuanya setelah bersama sahabatnya, kedatangan Amel membuat mereka sedikit terkejut pasalnya Amel datang keadaan sudah malam dan tanpa Barry. Ditemani Gina di dapur membuat Amel memutuskan untuk berbicara dengan mereka, sang ayah yang semula di kamar memutuskan bergabung sedikit beruntung karena tidak ada Satria. Satria memutuskan membeli rumah tidak jauh dari rumah ini agar masih bisa mengawasi orang tuanya jika terjadi sesuatu yang tidak diinginkan dan sang istri tidak pernah keberatan sama sekali.“Aku akan menceraikan Barry.”Suasana langsung sunyi seketika saat Amel mengatakan hal tersebut, Amel bahkan tidak berani mengangkat wajahnya untuk menatap kedua orang tuanya bahkan membayangkan reaksi mereka juga tidak bisa. Amel tahu apa yang diperbuatnya saat ini akan menyakiti mereka berdua tapi keputusan ini Amel ambil dengan sangat dalam, bagaimana pun Arsen membutuhkan Barry sama halnya dengan kembar. Amel mengambil keputusan ini u
Barry bangun dengan kondisi lelah diatasnya Siska tidur dengan nyenyak, mereka pulang ke apartemen dan tadi mengajak Arsen bermain bersama setelah itu mereka melakukannya kembali seolah Barry lupa dengan perkataan Siska yang mulai untuk program hamil kembali serta melepas kontrasepsinya. Barry menatap jam disampingnya yang menandakan sudah sangat malam, Barry membelai punggung Siska perlahan dan seketika bagian bawahnya sudah menegang kembali di dalam milik Siska. Barry mengutuk dirinya sendiri yang begitu mudah masuk dalam jebakan Siska berkali – kali, gerakan di dalam yang membesar membuat Siska membuka matanya perlahan.“Mas menginginkan lagi?” Barry mengangguk pelan “gerakin aja perlahan ya aku lemas banget mas melakukan tanpa henti dan rasanya milikku panas.”“Kapan perceraianmu selesai?,” tanya Barry mengalihkan perhatian.Siska membuka matanya menatap Barry “apa kita akan menikah?” Barry menggelengkan kepala “lalu?.”Barry mendorong Siska sehingga peny
Amel berkenalan dengan tetangga sekitar dengan bantuan Arta, bahkan Arta mengantarnya ke tempat ketua RT dan RW. Rumah ini ada asisten yang akan membantu Amel nantinya, Amel meminta tolong pada Arta agar sisa gajinya bisa dia antar langsung. Semua hal yang berhubungan dengan Barry sudah Amel letakkan di rumah fungsinya agar Barry tidak melacak keberadaannya, Amel hanya berpamitan pada Tina dan Raffi semalam itu pun karena berhubungan dengan kembar dan mereka hanya bisa mendukung Amel apa pun itu.“Mbak makanan sudah siap ditunggu sama Mas Arta di meja makan.”Amel menatap Sumi yang dipekerjakan Arta untuk membersihkan rumah, suami Sumi sendiri bekerja di tempat yang tidak jauh dari rumah ini dan tinggal tidak jauh dari rumah ini. Amel keluar di mana Arta sedang fokus dengan laptopnya yang sudah pasti berhubungan dengan pekerjaan, Amel mengambil tempat di depan Arta yang otomatis membelakangi laptop. Perlahan Amel mengambilkan Arta makanan beserta dirinya j
Amel membeku ketika dokter mengatakan hal tersebut di mana dalam perutnya ada darah daging Barry, Amel merasakan genggaman di tangannya menatap Arta yang hanya mengangguk pelan. Arta bertanya banyak hal pada dokter apa yang harus dan tidak boleh Amel lakukan selama kehamilan, setelahnya Arta menebus resep dengan Amel duduk di salah satu kursi tunggu. Amel hanya diam sambil sesekali memegang perutnya dirinya tidak menyangka jika saat ini mengandung anak mereka berdua dan semakin membuatnya tidak tahu harus memutuskan apa pada pernikahan ini, sejauh ini Barry menurut mereka berantakan hanya saja Amel tidak tahu perasaan dan apa yang Barry lakukan.“Jangan terlalu dipikirkan tidak baik buat bayimu” Amel menatap Arta yang memberikan senyuman terbaiknya “apa kamu sudah membuat keputusan?” Amel menggelengkan kepala “sekarang yang terpenting adalah bayimu jadi tidak perlu khawatir.”Amel hanya diam mendengar perkataan Arta, Arta menggenggam tangan Amel menuntunnya ke dalam mobi
Amel dapat melihat semua orang saat ini menatap Barry dan melalui ekor matanya dapat Amel lihat jika Barry terkejut mungkin dalam benaknya bagaimana bisa Amel membicarakan ini depan para orang tua, Amel sendiri tidak peduli dengan hal itu bukan karena dirinya membutuhkan pembelaan hanya saja Amel ingin dukungan dari mereka semua.“Saya tahu jika apa yang saya lakukan ini kurang dewasa terutama melibatkan mertua Mas Barry yang tidak ada kaitan dalam rumah tangga ini, tapi saya berpikir kembali jika ini menyangkut kehidupan kembar ke depan juga dari keputusan Mas Barry.”Amel menatap mertua Barry dengan perasaan tidak enak yang hanya dijawab anggukan, pandangan mereka beralih lagi pada Barry seolah tidak tahu harus menjawab apa atas apa yang terjadi saat ini. Amel menghembuskan nafas panjang melihat ketidak tegasan Barry saat ini karena tidak mungkin dirinya mengambil keputusan ini depan mereka semua yang pasti akan membuat semuanya terkejut.“Mas Barry sepertinya su