Share

One More Time

Penulis: Rucaramia
last update Terakhir Diperbarui: 2024-06-08 19:31:26

Begitu masuk ke dalam club yang Kenny bicarakan. Rookie langsung mendapatkan sorotan dan perhatian dari para gadis yang menjajakan diri mereka dan berebut menggodanya. Tetapi Rookie tidak tertarik pada mereka semua dan menolaknya cukup tegas sehingga dia ditinggalkan sendirian. Dia lebih penasaran dengan gadis yang ditunjukan Kenny kepadanya, si gadis primadona.

“Rose itu primadona-nya disini dan dia satu-satunya yang tidak pernah seks dengan tamunya. Banyak pria yang berusaha mengambil keperawanannya tetapi dia selalu berhasil mengatasi semua itu. Terakhir kali aku dengar dia bahkan sampai babak belur gara-gara berusaha kabur dari kliennya.”

Begitulah yang dikatakan pelacur disekitarnya ketika Rookie bertanya soal Rose, tetapi buat Rookie rasanya itu tidak masuk akal, dan itu barangkali hanyalah rumor agar harganya jadi berkali-kali lipat lebih mahal saja. Rookie lebih percaya kalau dia hanya so jual mahal. So suci di tempat yang hina, sangat kontradiktif.

Rookie mulai bergerak mendekati panggung dimana sang primadona club sedang menari, secara impulsive dia langsung menarik lengannya. Gadis itu berhenti bergerak ketika tubuhnya bertabrakan dengan dada bidang Rookie.

Dia berbalik dengan gerakan yang anggun, rambut panjangnya menyibak wajah putih bersih yang disinari oleh lampu panggung, kesan yang menggoda dan lumayan mendebarkan.

Rookie nyaris tidak berkedip ketika dia menatap wajah sang primadona dari jarak dekat seperti ini. Ternyata benar, alasan mengapa dia begitu familiar karena dia adalah perempuan yang pernah dia tolong di hotel waktu itu. Benar dugaannya bahwa ternyata perempuan itu bukan korban melainkan hanyalah seorang pelacur yang sedang mencari nafkah malam itu.

“Mengecewakan,” gumam Rookie.

Tak berbeda jauh dengan Rookie, gadis itu juga tampak sama terkejutnya. Apalagi ketika matanya bersitumbuk dengan piercing telinga yang pria itu kenakan. Namun dengan keahliannya dalam bersandiwara dan memainkan peran. Keterkejutan itu berganti dengan sebuah senyuman yang kelewat manis yang cukup untuk menggoda keimanan.

“Mengecewakan apa, Tuan?” ujar gadis manis itu.

Pembawaannya sangat tenang, dan elegan. Jika saja Rookie bertemu dengan dia bukan di tempat seperti ini. Dia mungkin akan langsung terpesona dan jatuh cinta. Tapi sayangnya, dia bukan levelnya.

“Hai Rose, kau primadona di klub ini kan?” tanya Rookie.

“Ya, ada yang Tuan inginkan dari saya?”

“Tidurlah denganku, dan kau boleh meminta uang sebanyak apa pun dariku.” Sangat tegas dan maskulin. To the point. Itulah cara Rookie saat sedang berbincang dengan perempuan yang menjadi targetnya. Biasanya perempuan yang diperlakukan demikian akan langsung memberinya senyuman termanis.

Tetapi siapa sangka, Rose sang primadona klub langsung menatap tajam ke arah Rookie. Sorot mata itu langsung memperlihatkan ekspresi terganggu dan jijik kepadanya. Ekspresi yang begitu alami, tidak dibuat-buat dan sialnya Rookie malah terpesona pada pancaran kebencian yang menguar secara spontan dari gadis itu.

Sungguh, belum pernah ada perempuan yang berani menatapnya dengan mata yang seolah hendak membunuhnya seperti ini kecuali satu orang. Dan itu pun hanyalah orang dimasa lalunya, dia tidak ada gantinya.

Tetapi setelah mereka bersitatap dia merasa bahwa sebelum menyelamatkan perempuan ini Rookie yakin pernah mengenalnya jauh sebelum itu Tapi tidak yakin dimana dia tahu gadis itu. Haruskah Rookie memastikannya? Tapi bagaimana langkah pertamanya?

“Jadi bagaimana? kau mau? Aku bisa membayarmu sebanyak mungkin,” lanjut pria itu dengan nada suara yang begitu angkuh.

Gadis bermata indah tersebut secara perlahan melepaskan tangannya dari pria itu. Masih seperti itu, sorot matanya tidak mengendur sedikit pun. Tidak ada perubahan.

“Apa Tuan tahu kalau mawar itu punya duri? Duri tajam yang bisa membuat luka di tangan tuan. Itulah saya. Kalau tuan tahu cara memangkas duri itu dan tidak melukai tangan tuan, saya bersedia menyerahkan malam pertama saya kepada tuan. Tetapi jika tidak tahu caranya, menyerah saja atau silahkan pergi.”

Pria itu hanya mendengus kesal. Sepertinya dia baru saja merasakan rasa sebal luar biasa. Ini adalah sebuah penolakan dan Rookie tidak suka mendapati kenyataan seperti itu.

Maka pria tampan itu lantas kembali meraih lengan Lucy dan menggenggamnya dengan erat. “Apa maksud perkataanmu? Gadis murahan sepertimu itu bisa kubeli dengan harga berapapun! Jangan sombong dengan mengatakan soal analogi tidak berguna macam duri atau mawar. Bilang saja kalau kau sudah tidak perawan dan julukan yang kau dapatkan jelas hanyalah branding. Pelacur tetaplah pelacur,” sembur Rookie yang tidak tahan mengutarakan semua hal yang ada di kepalanya tanpa rem sedikit pun.

Dengan sekali sentakan, Lucy mendekatkan wajahnya ke arah pria itu. Lalu dengan satu tangannya yang bebas, yang tidak digenggam pria itu, Lucy langsung menarik lehernya hingga sejajar dengannya dan mencium bibir pria itu secara impulsive. Pria itu jelas langsung kaget dengan tindakan tiba-tiba Lucy.

Tanpa merasa perlu ragu sedikitpun, Lucy menjilat bibir merah si pria berambut gondrong itu. Tentu saja aksi mereka langsung ditonton oleh pengunjung klub malam itu. Banyak yang membelalakan mata dan berteriak heboh. Lucy masih tidak peduli dan tetap melanjutkan kegiatannya.

Lucy menjilat permukaan bibirnya meminta izin masuk kesana. Tidak perlu waktu, Rookie yang memang sudah lihai tanpa perlu buang waktu memberikan akses lebih sehingga Lucy semakin liar, beradu lidah dengan sang tuan rumah. Lucy memejamkan matanya mencoba menikmati setiap detik yang berlalu dengan adegan ini dan sepertinya pria itu juga telah tenggelam dan menikmatinya. Baru saja akan menikmatinya, Lucy lantas menarik bibirnya menjauh secara tiba-tiba ketika Rookie meminta lebih. Membuat pria itu frustasi sedangkan Lucy mengulas senyum manisnya tanpa sedikit pun memperlihatkan keinginan lebih untuk menjamah lebih dalam lagi. Pandangannya kini meremehkan pria itu,

“Lihat siapa pria angkuh yang bicara, apa ciuman saya begitu menggairahkan sehingga membuat Anda linglung, tuan? Nama saya Rose, dan jika tidak berhati-hati duri saya akan melukai Anda. Harap Anda ingat itu.”

Gadis itu kemudian pergi meninggalkan panggung itu dengan memberikan tanda tanya pada si pria. Namun sebelum benar-benar pergi, Lucy berhenti sejenak dan mengerjapkan matanya berkali-kali. Menahan air mata yang mungkin akan mengalir deras tanpa penyumpalnya. Sial … kenapa harus sekarang?

“Ternyata seorang pahlawan yang menolongku saat itu adalah kau … Rookie,” bisik Lucy.

Lucy menyandarkan tubuh mungilnya pada dinding kamar mungilnya. Perasaannya dipenuhi oleh banyak hal, masih berkecamuk luar biasa. Dia sama sekali tidak menyangka akan ada kejadian seperti itu. Bahwa dia … setelah lima tahun lalu, dia akan kembali bertemu lagi dengan orang itu.

Dan dari apa yang terjadi, sepertinya orang itu benar-benar sudah melupakan siapa dirinya. Orang itu tidak mengenalnya. Oh tidak! jika pun orang itu mengenal dia, mungkin Lucy sudah tidak punya muka lagi untuk bertemu dengannya. Bisa dipastikan mungkin saja pria itu tidak mau lagi bertemu dengannya atau mungkin dia akan menyesal mengenalnya. Itu pasti. Tapi sayang sekali, Lucy tidak bisa melupakan perasaan yang dia miliki. Meskipun bertahun-tahun lalu, perasaan itu masih melekat erat di dalam dirinya.

“Kau berharap apa? bisa saja dia sudah punya istri sekarang. Ah... kau benar-benar menyedihkan Luciana. ”

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Dosa Terindah Bersama Sang Primadona   Klimaks

    Saat itulah pintu kamar Lucy terbuka, menampakan sosok mungil yang dibalut oleh kaos oversize dan celana panjang training. “Kalau kalian ingin berkelahi di rumahku, aku tidak akan membiarkan kalian masuk rumahku lagi.”“Kau seharusnya tetap berada di dalam, Lucy.”“Tapi semakin aku menahan diriku, semakin aku mendengar Bibi memancing keributan. Aku tahu betul bagaimana Bibi kalau sedang marah.”“Tidak akan ada yang terjadi, selama dia mengangkat jarinya padaku. Kalau dia berani memukulku aku akan pastikan dia tidak bisa berjalan lagi dengan kedua kakinya seumur hidup.”“Justru itu, Bibi orang yang mudah terpancing emosi.”Percakapan diantara kedua orang itu membuat Rookie diam saja. Dia menyadari seberapa dekat hubungan keduanya, dan itu menyadarkan Rookie bahwa ada dinding tidak kasat mata yang tidak bisa dia pisahkan dari kedua orang ini. Bagaimana pun juga, Yuichi pastinya sudah Lucy anggap sebagai pengganti orangtuanya. Mengingat masa lalunya yang cukup buruk dan hanya orang itu s

  • Dosa Terindah Bersama Sang Primadona   Another Problem

    Sepeninggal Rookie, Lucy tercenung di tempat duduknya. Kedua matanya menatap tanpa minat pada seluruh makanan yang tersaji di atas meja. Saat dia memutuskan untuk menganggap semua itu bukanlah apa-apa dan waktunya bagi dia untuk menahan diri dan tahu diri saat itulah dia mendengar seseorang mengetuk pintu dan menekan bel di luar.Lucy sempat berpikir bahwa barangkali itu adalah Rookie, hanya saja begitu dia membuka pintu Lucy malah tercengang.“Bibi Yuichi?!”“Lama tidak bertemu, Lucy.” Wanita itu tersenyum padanya dengan ramah.Lucy segera menghapus semua ekspresi yang sempat mengganggunya. Kemudian memberi bibinya senyuman yang sama sebagai balasan.“Masuklah. Aku tidak tahu kalau Bibi akan datang.”“Cukup sulit menghubungimu sejak kau meninggalkan aku di kantor pengadilan waktu itu. Jadi, bagaimana sekarang? kau masih berhubungan dengan orang itu?” cerocos Bibi Yuichi sambil meletakan beberapa paper bag di konter dapur. Sesaat dia melihat makanan yang tersaji di meja makan. Masih h

  • Dosa Terindah Bersama Sang Primadona   Ratu Drama

    Rookie melajukan mobilnya dengan kecepatan penuh. Beberapa kali atas ulahnya dia mendapatkan hadiah berupa umpatan dan juga bunyi klakson dari pengguna jalan lain gara-gara dia mencoba terus menyalip mereka dengan cara serampangan, tetapi lelaki itu tidak peduli. Semua itu demi upayanya memperpendek jarak tempuh menuju tujuannya sekarang. Rumah sakit.Semua itu karena sebuah kalimat yang terlontar dari mulut Bima. Sebenarnya hanya beberapa kata saja, tetapi hal tersebut cukup membuat jantung lelaki itu berdebar kencang dan hatinya di penuhi dengan kecemasan. Kekhawatiran yang memicu dirinya bertindak gegabah dan nekad. Tentu saja. Mengemudi secara ugal-ugalan di jalan raya bukan tindakan terpuji dan sejujurnya dia pun saat ini sedang menantang maut pula.“Senna mencoba bunuh diri, Rookie. Aku menemukan dia ada di kamar mandi hotel …”Rookie menginjak pedal gasnya lagi, memutar setir ke kiri dan merebut jalan sebuah truk pengantar barang yang membuatnya sekali lagi mendapatkan klakson

  • Dosa Terindah Bersama Sang Primadona   Manusia Denial

    Bunyi bel dari pintu kamar hotel yang dia sewa membuat Senna segera bangun dari sofa dan melangkah menuju pintu masuk dengan sumringah. Sebelumnya dia menyempatkan waktu untuk mematut di depan cermin seukuran setengah badan yang terpasang di dekat pintu hanya untuk sekadar mengecek penampilannya sendiri. Senna tentu saja ingin berpenampilan terbaik di hadapan Rookie. Tanpa merasa perlu mengintip dari lubang pintu Senna segera membuka lebar-lebar pintu kayu tersebut dengan senyum termanis yang bisa dia buat. Namun dengan segera harapan yang terpupuk di dalam dirinya harus pupus seketika tatkala melihat siapa orang yang sekarang berdiri dihadapannya. Dia seorang pria tetapi bukan Rookie. Ya, bukan Rookie melainkan kakaknya sendiri, Bima.“Kenapa kakak ada disini?” tanya Senna dengan marah.“Dia tidak akan datang,” kata Bima seraya menerobos masuk ke dalam kamar dan menutup pintu. “Setelah kau menelepon dia, Rookie menghubungiku karena itulah kesepakatan kami. Dia juga berpesan padaku un

  • Dosa Terindah Bersama Sang Primadona   Aku Mau Kamu

    Lagi-lagi telepon berdering, ini sudah kesekian kalinya sejak Rookie angkat kaki dari restoran tempat dia berbincang bersama sang Ibu. Begitu mengetahui siapa yang ibunya libatkan dalam pertemuan mereka, Rookie langsung naik pitam. Tanpa perlu basa-basi lelaki itu langsung meninggalkan mereka. Dan sekarang ponselnya jadi dua kali lipat lebih berisik. Sampai titik dimana akhirnya Rookie menyerah dan mengangkat panggilan telepon yang berasal dari nomor ponsel ibunya.“Ya, Bu?”“Ini aku,” sahut seseorang dari balik panggilan. Kernyitan di dahi Rookie menguat. Saat ini Rookie sangat emosi, tetapi perempuan ini justru menyiram minyak ke dalam kobaran api. Dia jelas tahu bahwa menghubunginya sekarang sudah merupakan sebuah kesalahan besar.“Sudahlah, sekarang katakan apa maumu. Kau tahu kalau kita sudah berakhir kan? kenapa kau melibatkan ibuku?”“Kenapa kau berubah, Rookie? Kenapa kau memperlakukan aku seperti ini?” tanya perempuan itu lagi yang membuat Rookie semakin muak.“Kau berharap a

  • Dosa Terindah Bersama Sang Primadona   Bersama Ibu

    Rookie melangkah cepat memasuki sebuah restoran keluarga yang letaknya tidak jauh dari gedung perkantoran tempat dimana dia bekerja. Langkahnya terburu karena tidak ingin membuat orang tuanya menunggu. Terlebih adalah hal yang aneh mendapati kabar dari sang ibu setelah konflik yang terjadi dan wanita itu tiba-tiba saja memintanya bertemu. Ya, beberapa saat yang lalu setelah obrolan kecilnya bersama Bima. Ibunya menelepon dan mengatakan bahwa dia telah berada di Jakarta dan meminta untuk bertemu.Restoran tempat janji temu tampak mulai ramai saat Rookie melangkah memasukinya. Restoran tersebut menyediakan makanan hasil laut dan selalu penuh apalagi setiap weekend. Seorang pramusaji dengan seragam sailor mengantarkan Rookie ketika dia berkata punya janji temu.“Maaf membuat ibu menunggu lama,” ujar Rookie kepada ibunya yang sudah terlebih dahulu datang.“Duduklah, kita makan dulu sebelum bicara,” kata ibunya. “Ibu sudah pesankan udang saus inggris untukmu. Kau masih suka itu kan?”Rooki

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status