Share

Bab 43: Diam-Diam Ingin Diperhatikan

Dua hari setelahnya, Amran baru pulang, menghabiskan jatah baju ganti yang disiapkan Mei dan memastikan pembangunan kandang bisa segera dimulai.

“Pak Kades ingin ada seremoni peletakan batu pertama yang dihadiri Pak Bupati, Prof.” Bastian melaporkan ketika Amran selesai rapat dengan warga sebelum pulang ke Yogyakarta.

“Atur saja, Bas.” Tanpa pikir panjang Amran menyetujui permintaan Pak Kades. Ia terlalu lelah. Tidak ada lagi ruang di kepalanya untuk memikirkan permintaan Pak Kades. Seandainya saraf otak bisa dilihat, mungkin saat ini serabut-serabut tipis di kepalanya itu sudah menyerupai gulungan benang kusut.

“Bagaimana kalau kita jadi alat pencitraan politik, Prof?”

“Kemungkinan itu selalu ada. Tapi kerja kita di sini masih lama. Kita bisa mengakhiri kerjasama kalau terbukti hanya jadi alat pencitraan.”

Bastian hanya manggut-manggut mendengar penjelasan Amran. Ia juga sudah tidak memiliki cukup tenaga untuk berdiskusi lebih panjang. Punggungnya sangat pegal dan kelopak matany
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status