Beranda / Romansa / Dosenku Suamiku / Bab 6 Gara-Gara Motor

Share

Bab 6 Gara-Gara Motor

Penulis: D Lista
last update Terakhir Diperbarui: 2022-12-14 14:10:22

"Kapten? Apa posisi Mas Agha atasan mereka?" Rania tertunduk malu, semakin minder dibuatnya. Dia tidak tahu menahu pangkat di anggota kepolisian. Dia bisa melihat berbagai badge terpasang di seragam orang-orang yang berdiri tegap di depan Agha. Ada tanda balok berwarna emas tersemat di sana. Namun Rania jelas tidak bisa menemukan tanda itu di pakaian Agha, karena belum memakai seragam. Mencoba mengingat-ingat saat bertemu di Polda, Rania menyayangkan dirinya saat itu tidak fokus melihat badge pada seragam yang dipakai Agha.

 

"Mas, Mas Agha jabatannya apa sih?" bisiknya sembari mendekat. Agha sedikit merendahkan badannya, karena tinggi Rania hanya sebatas pundaknya.

 

"Nggak usah tahu, Ra, kalau itu hanya akan membuatmu menjauh dariku," balasnya dengan tak kalah berbisik.

 

Deg,

 

"Perasaan macam apa ini? Kenapa aku jadi segugup ini."

 

"Ckk, menyebalkan. Kita juga nggak sedekat itu kali," gerutu Rania yang disambut gelak tawa Agha.

 

"Yang pasti kita tetangga dekat," bisiknya lagi ditelinga Rania.

 

"Hah." Jantung Rania berdebar kembali, padahal tadi sudah sempat normal. Setiap mencium aroma citrus membuat perasaan nyaman itu hadir.

 

"Maaf ya, aku nggak bisa anter kamu sampai kos. Ini kunci motornya. Kamu bawa aja dulu, nanti malam aku ambil motornya. Share lokasi aja ke ponselku!"

 

Setelah Agha memberi balasan hormat, anak buahnya membubarkan diri dari barisan. Beberapa dari mereka masih meyaksikan tingkah keduanya. Bahkan ada yang berbisik-bisik sambil tersenyum. Rania meliriknya sekilas, wajahnya tiba-tiba memanas. Tanpa pikir panjang dia pun mengiyakan ucapan Agha.

 

"Dah ya, aku mau bersiap pakai seragam. Kamu hati-hati di jalan. Kalau ada apa-apa hubungi ponselku. Ingat!" Rania masih terpaku tetapi segera memberi jawaban dengan anggukan.

 

Dia menatap lama kunci motor yang diberikan Agha.

 

"Ya, Rabb. Ini pertama kalinya aku naik motor di jalan raya di Yogya. Mau menolak, nggak enak sama Mas Agha kalau harus mengantarku selepas upacara. Masak iya aku harus nunggu di asrama cowok." 

 

"Mau saya antar, Mbak?" goda salah satu dari mereka yang duduk berjongkok membetulkan tali sepatu.

 

"Jangan macam-macam dengan wanita milik Kapten!" ungkap laki-laki yang masih duduk santai memasang badge di seragamnya.

 

"Ng...nggak usah, Mas. Makasih."

 

Rania bergidik mendengarnya, lalu memutuskan membawa motor sendiri ke kos dengan mengucap bismillah selamat di jalan sampai kos.

 

Sepanjang perjalanan membawa motor dengan tas punggung di belakang dan cooler bag ditumpangkan di depan, Rania tak henti berdoa. Dia berharap tidak terjadi masalah seperti motor macet atau salah jalan.

 

Terpaksanya motor macet atau apa, dia yakin Agha bisa mengatasi toh pemilik motornya adalah anggota kepolisian yang bertugas di Polda DIY.

 

Motor melaju dengan tenang, Rania lega jarak kosnya semakin dekat tinggal satu kilometer lagi. Saat ingin menyeberang ke jalur yang berlawanan untuk masuk ke gang menuju kosnya, Rania tampak ragu. Dia masih kaku mengendarai motor dengan rem cakram yang membuatnya gagap.

 

Brakk, 

 

Begitu berhasil melintas, Rania tidak menyadari telah menabrak sesuatu segera melanjutkan perjalanannya.

 

"Sial tuh cewek main lari aja! Motorku jadi korban begini, dia nggak mau tanggung jawab. Aku doain tuh cewek menjomblo seumur hidup!"

 

"Astaga, Bi! Segitunya kamu menyumpahi cewek tadi. Kasian kalau dia cantik menjomblo seumur hidup."

 

Laki-laki pemilik nama Abimanyu Nareswara mengumpat karena motornya menyenggol trotoar. Dia sedang berboncengan dengan Irvan sahabatnya tiba-tiba ada motor melintas tanpa lihat kanan kiri. Alhasil dia terkejut dan menginjak rem mendadak serta sedikit oleng kekiri hingga bagian bawah motor ada yang mencium trotoar. Terlihat goresan di motor sportnya.

 

"Biarin dia tanggung jawab, Van."

 

"Ya kalau dia tahu masalahnya. Kalau enggak?!"

 

"Aku yang akan bikin dia tahu andai ketemu lagi. Aku sudah catat nopolnya. Wajahnya juga sempat aku lihat tadi, kebetulan kaca helmnya terbuka. Aku sudah merekamnya dalam memoriku."

 

"Cih, buat apa, sih? Uangmu nggak akan habis untuk benerin tuh goresan," decih Irvan membuat Abi kesal.

"Aku nggak masalahin uang, hanya butuh permohonan maaf darinya."

Irvan menyerah, sahabat satunya ini kalau sudah kekeh bilang A nggak bisa dibujuk suruh B. Keduanya lalu melanjutkan perjalanan kembali menuju tempat tujuannya.

Rania berhenti tepat di halaman kos tetangga. Dia harus sedikit menuntun motor untuk masuk ke wilayah kosnya melalui gang sempit. Sesuai peraturan, mesin motor harus dimatikan supaya tidak mengganggu kenyamanan penghuninya.

"Nia..., kamu bawa motor siapa?!" teriak histeris Cika di ambang pintu rumah berlantai satu yang menjadi tempat tinggalnya juga Rania. Rumah sederhana tetapi bersih dan asri memiliki taman kecil di bagian depan. Rumah khusus untuk kos putri berisi sepuluh kamar berukuran 3x3 sebanyak enam kamar dan sisanya berukuran lebih luas lagi. 

"Sstt, jangan teriak-teriak, Ci. Malu-maluin aja, dikira orang nanti aku bawa motor curian."

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Dosenku Suamiku   Bab 42 Surprise (TAMAT)

    Bab 42 Surprise (Tamat) "Mas Agha, kenapa beliau yang datang?""Hah, aku juga nggak tahu, Ra.""Ishh, bohong kamu, Mas."Agha berusaha lari ke dapur untuk menghindar sebelum kena timpuk Rania.Di sinilah saat ini, dua keluarga yang saling bersua untuk satu tujuan baik yakni menyatukan dua insan yang awalnya bersepakat dengan sebuah perjanjian. Ruang tamu berisi keluarga Abi dan juga Pak Joko sebagai tuan rumah. Sementara itu, Rania duduk dengan kursi terpisah, karena kursi kayu yang mengisi ruang tamu terbatas.Setelah basa-basi perkenalan, papa Abi mengutarakan maksud kedatangan keluarganya untuk melamar Rania.Seketika Rania tersentak, sekilas beradu pandang dengan Abi, lalu memutus kontak dengan mengalihkan netra kearah sang bapak. "Maaf, izinkan saya berbicara berdua dengan Pak Abi," mohon Rania dengan menangkupkan kedua tangannya.Mama Abi yang semula berbinar wajahnya sedikit meredup. Ada sorot khawatir jika Rania akan menolak. Namun, Rania memberikan senyuman sekilas membuat h

  • Dosenku Suamiku   Bab 41 Mengejutkan

    Bab 41 Mengejutkan Netranya menangkap sosok laki-laki berperawakan tinggi memakai topi dan kaca mata hitam sedang melambaikan tangan ke arahnya. "Mas Ares. Benarkah itu Mas Ares?" lirihnya.Jantung Rania berdegup kencang. Namun, sedetik kemudian dia menyadari bahwa laki-laki itu bukan Ares, melainkan Agha.Ya, Agha memang berjanji menjemputnya bersamaan dengan Ares yang mengirimkan pesan akan menjemput juga. Alhasil, Rania tidak menolak keinginan satupun dari mereka."Mas Agha?" sapa Rania dengan memasang wajah ceria, meskipun sedikit kaku. Dia tak mau ketahuan sedang memikirkan seseorang yang ditunggunya. Agha menjawab salam dari Rania lalu mengulas senyum yang mengembang."Apa kabar? Kamu tambah cantik, Ra.""Ishh, nggak usah nggombal." Agha pun tergelak."Lama nggak ketemu. Mas apa kabar?""Baik. Ayo, masuk mobil dulu! Nanti ceritanya dilanjutkan lagi sambil jalan.""Ya, Mas." Rania tidak fokus dengan obrolan Agha selanjutnya, justru pandangannya berkeliaran sibuk mencari Ares. Pe

  • Dosenku Suamiku   Bab 40 Aku Pulang, Pak, Bu

    Bab 40 Aku Pulang, Pak, Bu.Waktu tak terasa bergulir begitu cepat, hari berganti minggu, dan minggu berganti bulan. Terhitung sudah hampir 11 bulan Rania dan teman-temannya mengabdi di Austria. Rania hanya sekali berkirim pesan pada Ares dan mendapat balasan panjang lebar enam bulan lalu. Dia urung mengirim kembali, setelah melihat ares berganti profil WA dengan foto gadis kecil. Rania mengira pasti itu foto anaknya. Setitik nyeri itu hadir, dia harus menelan pil pahit. Seseorang yang diharapkan merengkuhnya kembali untuk bangkit ternyata sudah punya keluarga kecil. "Ah, payahnya diriku. Kenapa harus berharap pada manusia. Pada akhirnya kecewa yang kurasa." Hari ini, dia harus menghadiri acara perpisahan dengan pihak kampus yang mengadakan progam mengajar untuk anak WNI di Klagenfurt dan Vienna. Dalam acara nanti, panitia akan memberikan penghargaan pada mahasiswa yang telah sukarela melaksanakan tugasnya.Malam tiba, sambutan dari ketua panitia membuka acara pelepasan tim sukarela

  • Dosenku Suamiku   Bab 39 Kontak

    Bab 39 Kontak"Ya, Mas. Sini nomernya kasih catatan di sini ya!""Kenapa nggak langsung diketik di ponsel?""Hmm, saya nggak bawa ponsel," kilahnya.Menggenggam secarik kertas, Rania sedikit gemetar membukanya sesaat setelah sampai di dorm. Dia memastikan teman satu kamarnya tidak melihat karena memang belum pulang dari bertugas mengajar. Gegas Rania menyalin nomer itu di buku catatan kecilnya.Kata hatinya menyuruh demikian, karena bisa jadi mahasiswa yang tadi menemuinya tidak akan mengulang hal yang sama. Rania berniat membeli ponsel akhir pekan ini. Dia perlu menghubungi dosen dikampusnya terkait mata kuliah yang dikerjakannya secara daring. Merebahkan badan di ranjang, Rania menatap langit-langit kamar. Pendingin ruangan segera dinyalakannya untuk mengurangi udara yang semakin terasa panas."Bapak, Ibu, Sari. Kalian apa kabar di sana? Semoga sehat-sehat semua. Kenapa beberapa hari ini mimpiku selalu tentang bapak. Mas Agha juga lagi bertugas, aku nggak bisa mendapat informasi lag

  • Dosenku Suamiku   Bab 38 Kenangan Itu

    Bab 38 Kenangan ituSejak mengetahui berita skandal yang dialami Rania, Abi diserang sakit kepala yang amat sering. Sepertinya, sakit itu terkait dengan ingatannya yang sempat hilang pasca kecelakaan. Dia memutuskan cuti untuk melakukan pengobatan terapi atas saran dari Irvan sahabatnya. Kedua orang tuanya pun mendukung untuk melakukan terapi di Semarang agar keluarga bisa memantau.Selain itu, mamanya juga tidak lagi memaksa Abi segera menikah mengingat kondisi kesehatannya kurang stabil. Selama empat minggu, Abi baru selesai menjalani terapi dengan Irvan dan didampingi psikiater di RS kota Semarang, kini sedikit demi sedikit ingatannya mulai pulih. Tentang sosok gadis kecil di masa lalu, dia mulai bisa mengingatnya bahwa dulu pernah menolong seorang gadis dan mendampingi pemulihan psikisnya selama sebulan. Kini dia baru mengaktifkan kembali ponselnya setelah terapi selesai. Begitu ponsel diaktifkan, tak terhingga pesan masuk membuatnya menggelengkan kepala. Namun, ada satu pesan yan

  • Dosenku Suamiku   Bab 37 di Wörthersee

    Bab 37 di WörtherseeDisinilah Rania mengerucutkan bibir, duduk bersama Agha ditemani dua cangkir coklat panas di Lounge bandara. Aroma coklat yang menguar menggoyangkan lidah untuk dicicipi. Namun, ego Rania melarang menyentuh minuman lezat itu.Secangkir coklat menemani dalam keheningan. Asap mengepul, aroma menguar, mengundang kerinduan. "Aku rindu menyantapnya bersamamu, seperti saat di kafe dulu. Kurasa sebentar lagi coklat ini akan dingin, sedingin hatimu padaku akhir-akhir ini. Sudahi main petak umpetnya, kamu nggak bakat bersembunyi dariku, Ra.""Mas!" Agha tergelak, melihat ekspresi kesal Rania sungguh terlihat lucu."Baiklah, aku yang salah. Jangan menyalahkan Cika! Aku yang memaksanya. Aku hanya ingin...."Suara Agha terjeda saat melihat perubahan ekspresi Rania mulai memudar kesalnya."Aku ingin minta maaf, untukku, juga keluargaku. Kamu tidak seharusnya melakukan ini, Ra. Kamu nggak harus pergi jauh," bujuk Agha."Nggak, Mas. Aku tahu masalahnya sudah usai, tapi aku berja

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status