Share

Bab 219

Penulis: Ghea
Waktu terasa begitu lama. Semua orang bergantian duduk dan berdiri. Hati mereka sungguh berat dan gelisah. Tak satu pun dari mereka punya energi untuk mengobrol lebih banyak.

Arlina yang sedang hamil besar akhirnya duduk di bangku depan ruang operasi.

Rexa melihat bibirnya yang pecah-pecah dan matanya yang merah karena terlalu banyak menangis. Dia bertanya dengan lembut, "Aku minta orang beliin kamu makanan ya?"

Bukan karena Arlina tidak menjaga dirinya, tetapi memang saat ini dia benar-benar tidak bisa makan. Dia hanya mengatupkan bibir dan menggeleng pelan.

Rexa terdiam sejenak, tidak memaksanya. "Permen yang aku suruh kamu bawa tadi, kamu bawa nggak?"

Arlina merogoh sakunya, lalu membuka telapak tangan yang berisi beberapa butir permen.

Rexa mengambil satu, membuka bungkusannya, dan menyodorkannya ke bibir Arlina.

"Operasi nenek cukup kompleks, nggak akan selesai dalam waktu singkat. Kalau belum bisa makan, makan permen dulu ya? Supaya gula darahmu nggak rendah."

Sepertinya Rexa sud
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terbaru

  • Dosenku di Siang Hari, Suamiku di Malam Hari   Bab 227

    Arlina yang dipuji merasa malu. Selain itu, otaknya juga tidak termasuk muda lagi. Arlina menjelaskan, "Sebelumnya aku pernah lihat video seperti itu di internet."Hazel berjalan ke samping pintu, lalu berteriak ke bagian dalam rumah, "Levi, jangan minum teh lagi. Cepat keluar untuk pungut bunga."Levi yang mendekat menyahut, "Sebentar. Untuk apa memungut bunga?"Hazel menimpali, "Arlin bilang kita bisa mengeringkan bunga yang ditanam Ibu, lalu menaruhnya di bingkai foto dan menggantungnya di dinding. Jadi, hasil kerja keras Ibu nggak sia-sia dan kita masih bisa menikmati keindahannya.""Ini ide bagus, Arlin pintar sekali," puji Levi.Padahal ini hanya masalah sepele, tetapi Arlina terus dipuji. Dia merasa malu dan juga senang. Arlina tanpa sadar tersenyum.Arlina mendongak dan melihat Rexa sedang memandanginya. Rexa juga tersenyum tipis dan menceletuk, "Otak muda." Arlina tahu Rexa meledeknya. Dia berpura-pura marah dan menendang Rexa. Sementara itu, Rexa juga tidak menghindar. Dia m

  • Dosenku di Siang Hari, Suamiku di Malam Hari   Bab 226

    Setelah makan bubur, Arlina mengecek suhu tubuh Rexa lagi. Hasilnya 38 derajat. Arlina membantu Rexa berbaring, lalu dia mendengar Rexa berkata, "Kamu juga istirahat saja.""Oke, kamu nggak usah pedulikan aku," timpal Arlina. Dia menyelimuti Rexa dan berpesan, "Cepat tidur. Penyakitmu pasti sembuh setelah istirahat yang cukup."Arlina yang memakai masker duduk di tepi tempat tidur. Hanya mata dan alisnya yang tidak terlalu tebal terlihat. Bentuk perut Arlina tetap terlihat biarpun ditutupi pakaian."Wah," seru Arlina.Rexa bertanya, "Kenapa?"Arlina menarik tangan Rexa dan meletakkannya di perutnya sendiri. Perut Arlina yang bulat berkedut sesekali. Rexa meregangkan alisnya."Bayi kita lagi bicara denganmu," sahut Arlina. Dia sengaja meniru suara anak kecil saat berkata, "Ayah, cepat sembuh ya."Rexa bisa merasakan kedutan yang jelas di telapak tangannya. Ketika melihat wanita yang lucu di depannya, hati Rexa luluh.....Keesokan harinya, suhu tubuh Rexa baru kembali normal. Dia tetap

  • Dosenku di Siang Hari, Suamiku di Malam Hari   Bab 225

    Akhirnya, Rexa memperlihatkan senyuman pertamanya setelah sekian hari. Meskipun wajahnya tertutup masker, matanya tampak sedikit melengkung. Itu adalah senyuman tipis yang hampir tak terlihat."Dalam hal ini, ternyata kamu lebih bijak dariku."Padahal bukan karena Arlina benar-benar lebih bijak, melainkan karena Rexa terlalu peduli hingga menjadi gelisah sendiri.Rexa berusaha bangkit dari tempat tidur, sementara Arlina langsung meletakkan mangkuk bubur dan membantunya.Setelah duduk tegak, Rexa menunduk dan langsung menyadari pakaian yang sedang dia kenakan. Tanpa sadar, dia bergumam, "Ternyata bukan mimpi.""Apa?" Arlina bingung."Aku tadi mimpi kamu bantu aku ganti baju."Wajah Arlina langsung merah padam dan ucapannya pun mulai terbata-bata. "Ka ... karena kamu keringatan ... jadi aku bantu gantiin bajumu. A ... aku sudah minta izin kok."Meskipun dalam hati, Arlina mengaku bahwa saat itu Rexa terlalu mengantuk untuk bisa menjawab.Tatapan Rexa padanya tampak agak rumit, membuat Ar

  • Dosenku di Siang Hari, Suamiku di Malam Hari   Bab 224

    Arlina mengambil satu set piama dari lemari, lalu berdiri di samping tempat tidur, memandangi Rexa yang sedang tertidur lelap karena demam. Dengan hati-hati, dia berkata, "Pak Rexa, aku bantu ganti bajumu ya."Rexa tidak menjawab. Arlina menganggap itu sebagai izin diam-diam. Dia membuka selimut, lalu mulai membuka kancing piama Rexa.Dia hanya fokus membuka, tak berani menatap terlalu lama ke arahnya. Setelah kancing terbuka, Arlina jadi bingung sendiri. Bagaimana cara melepaskan bajunya?Setelah berpikir sesaat, dia dengan susah payah memapah Rexa, membuat tubuh bagian atasnya bersandar ke dirinya.Kulit panas Rexa bersentuhan langsung dengan leher Arlina, membuat jantungnya berdebar sedikit, tetapi dia segera membantu melepaskan baju Rexa yang basah, lalu menggantikannya dengan yang kering.Setelah semua itu selesai, Arlina berkeringat karena lelah. Dia kembali membaringkan Rexa dengan hati-hati, lalu menopang wajahnya sambil beristirahat sebentar. Akhirnya, pandangannya jatuh ke ar

  • Dosenku di Siang Hari, Suamiku di Malam Hari   Bab 223

    Barulah saat itu Rexa sadar bahwa dia telah membiarkan Arlina menemaninya tidur semalaman di sofa.Dia menyalahkan dirinya sendiri. Dengan hati-hati, dia berusaha bangkit, ingin menggendong Arlina ke kamar. Namun, tubuhnya terasa lemas.Dia langsung sadar tubuhnya ada yang tidak beres. Namun, dia tak terlalu ambil pusing. Dengan menahan diri, Rexa menggendong Arlina dan membawanya ke kamar.Dia meletakkan Arlina perlahan di tempat tidur, menyelimutinya dengan hati-hati, lalu berdiri sebentar di samping tempat tidur untuk memandangi wajah Arlina sebelum menutup pintu kamar secara perlahan.Begitu sampai ruang tamu, tiba-tiba dia merasa pusing. Dia buru-buru bersandar ke dinding agar tubuhnya tidak goyah. Setelah merasa agak baikan, dia berjalan pelan ke arah kotak P3K, lalu mengeluarkan termometer dan beberapa obat.Saat Arlina terbangun, langit sudah terang. Dia mendapati dirinya sudah dipindahkan ke tempat tidur. Sudah pasti Rexa yang membawanya masuk.Dia bangkit dan keluar dari kama

  • Dosenku di Siang Hari, Suamiku di Malam Hari   Bab 222

    Saat itu, hati Arlina terasa seperti disayat. Dia melangkah maju dan memeluk Rexa, air matanya jatuh tanpa suara.Dia ingin menghibur Rexa, tetapi di hadapan kematian, segala bentuk ucapan penghiburan terdengar lemah dan tak berarti.Dagu Rexa bertumpu di bahunya. Ketika Arlina memeluknya, tangan Rexa pun melingkari pinggang Arlina."Sejak kakekku meninggal, aku terus membangun mentalku. Aku selalu bilang pada diri sendiri, setiap orang pasti akan meninggalkan dunia ini suatu hari nanti. Kita harus menghadapi kematian dengan tenang.""Tapi, mana mungkin seseorang bisa tenang saat kehilangan orang terdekat? Mereka adalah keluarga kita."Suara Rexa bergetar di telinga Arlina. Lembut dan rapuh, nada yang belum pernah Arlina dengar sebelumnya darinya. Rasa sakit menyayat dada Arlina."Arlin ...." Rexa memanggil namanya.Arlina menjawab dengan sedih, "Aku di sini.""Apa aku salah waktu itu? Kalau saja aku nggak memutuskan untuk operasi, apa mungkin Nenek masih bisa bertahan lebih lama?"Ter

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status