Share

Bab 231

Author: Ghea
"Ya, ya, tenang saja, pasti kebagian kok." Tania langsung mengeluarkan sebuah kantong dari ranselnya. "Ini gaun tali yang aku celup sendiri, khusus buat kamu. Aku sudah hitung, nanti waktu kamu lahiran, pas musim panas. Kamu bisa pakai gaun ini, bikin Pak Rexa mabuk kepayang, lalu bertarung cinta 300 ronde, tiga tahun punya dua anak."

Tania memang berani sekali berbicara blak-blakan. Padahal, orang-orang berlalu-lalang di sekitar mereka. Ingin sekali rasanya Arlina menghilang ke dalam tanah. Dia menarik lengan Tania dan berkata dengan putus asa, "Jangan ngomong lagi, kumohon."

Tania malah tertawa, lalu menempelkan tangannya ke perut Arlina yang sudah membuncit, "Sini aku sentuh. Lama nggak ketemu si kecil. Nih, anak manis, ibu angkatmu ini punya kabar baik untukmu. Sebentar lagi kamu bakal punya adik, lho!"

Arlina benar-benar tidak sanggup berkata-kata.

Sembari bersenda gurau, mereka pun masuk ke ruang kelas. Seketika, semua mata tertuju pada Arlina. Padahal mereka bertemu dengannya se
Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App
Locked Chapter

Pinakabagong kabanata

  • Dosenku di Siang Hari, Suamiku di Malam Hari   Bab 250

    Pintu mobil terbuka dan sesosok tubuh terhuyung-huyung turun dari dalam. Mobil itu langsung melesat pergi, meninggalkan Friska yang terduduk di tanah sambil muntah hebat.Entah sudah berapa lama dia memuntahkan isi perutnya, bahkan rasanya getah empedunya pun ikut keluar. Di tengah rasa mual itu, tiba-tiba terdengar suara seseorang dari atas kepalanya yang terkejut."Friska?"Tania tidak menyangka, sepulang dari makan malam bersama teman-temannya dan hendak kembali ke kampus, dia melihat Friska berjongkok di tepi jalan sambil muntah-muntah. Dia sempat mengira dirinya salah lihat sehingga dia pun melangkah lebih dekat.Saat mendengar suara, Friska mendongak. Tania pun tertegun melihat wajah Friska yang berlinang air mata, rambut berantakan, dan pakaian yang kusut."Kamu ... kamu nggak apa-apa?" Tania buru-buru menghampiri, lalu merogoh tasnya dan mengeluarkan tisu, hendak membantu membersihkan wajah Friska.Namun saat mendekat, Tania bisa merasakan tubuh Friska gemetar hebat."Apa perlu

  • Dosenku di Siang Hari, Suamiku di Malam Hari   Bab 249

    Waktu itu, Friska berpikir, 'Dokter Frans hebat sekali. Suatu hari nanti aku juga ingin jadi dokter sehebat dia. Mungkin nanti aku bisa menyembuhkan penyakit adikku.'Namun, saat dia sedang tenggelam dalam pikiran itu, sebuah tangan tiba-tiba merayap ke pundaknya, lalu perlahan turun ke bawah.Tubuh Friska langsung menegang, pikirannya mendadak panik. "Pak Frans ....""Friska, apa aku pernah bilang aku suka sekali sama kamu?" Dia memeluk Friska dari belakang dan bibirnya menempel ke leher Friska.Friska mulai merasa ada yang tidak beres. Dia langsung berdiri dari kursi dengan gerakan mendadak. "Pak Frans, nggak boleh ... ini salah."Dengan panik, dia melangkah ke arah pintu. Namun, Frans langsung menariknya dari belakang dan memaksanya menuju ranjang. Friska berusaha melawan dan hendak berteriak, tetapi Frans menutup mulutnya."Jangan teriak. Keluargaku ada di luar. Kamu mau semua orang tahu kita lagi ngapain di dalam sini?"Friska menggigil di atas ranjang. Entah mengapa, dia tidak bi

  • Dosenku di Siang Hari, Suamiku di Malam Hari   Bab 248

    "Kamu kira setelah naik ke mobilku, kamu bisa seenaknya turun begitu saja?"Friska kembali mencoba menarik pegangan pintu beberapa kali, lalu buru-buru mengeluarkan ponselnya dengan panik. "Kalau kamu terus seperti ini, aku akan lapor polisi!""Kamu berani?!" Suara Frans meninggi saat tubuhnya menunduk ke arah Friska dan langsung mencengkeram pergelangan tangannya. Sentuhannya membuat Friska merasa jijik dan ketakutan."Kamu pikir ada yang akan percaya padamu? Sama seperti tiga tahun lalu, siapa di keluargamu yang percaya dengan ceritamu waktu itu?"Ucapan Frans membuat pupil mata Friska mengecil drastis, lingkar matanya langsung memerah.Wajah Frans makin mendekat, senyumannya penuh kegelapan dan kesadisan. "Aku memperkosamu? Jangan bercanda. Bukankah kamu sendiri yang setiap hari sengaja pakai rok itu dan mondar-mandir di depanku? Waktu itu juga kamu nggak nolak, 'kan? Justru kamu yang sengaja menggoda aku."Setiap kata yang keluar dari mulutnya seperti jarum yang menusuk hati Friska

  • Dosenku di Siang Hari, Suamiku di Malam Hari   Bab 247

    Arlina kembali mengambil sepasang kaus kaki lain. Modelnya hampir sama, hanya warnanya yang berbeda. Satu berwarna pink, satu lagi biru.Arlina pun kembali bingung. "Warna apa yang sebaiknya kita pilih, ya? Kita belum tahu jenis kelamin bayinya. Pink cocok untuk anak perempuan, biru cocok untuk anak laki-laki.""Pilih saja warna yang kamu suka," ujar Rexa sambil memandang kaus kaki di tangan Arlina. "Nggak ada aturan yang bilang kalau anak perempuan harus pakai warna pink dan anak laki-laki harus pakai biru.""Anak kita harus bisa memakai warna yang mereka suka. Kita nggak seharusnya membatasi mereka. Mereka berhak punya kebebasan."Perkataan Rexa membuat Arlina langsung merasa malu.Banyak orang yang hidup dalam berbagai batasan dan aturan tidak tertulis. Anak-anak harus belajar dengan rajin, ketika sampai usia tertentu anak muda harus menikah dan punya anak, orang paruh baya harus sukses dalam karier. Semua orang dibatasi oleh pola pikir seperti ini, terpenjara dalam sangkar sosial y

  • Dosenku di Siang Hari, Suamiku di Malam Hari   Bab 246

    "Mencium seseorang itu salah satu cara untuk menunjukkan rasa sayang. Kalau kamu khawatir, gimana kalau aku cium kamu setiap hari mulai sekarang?"Tentu saja Arlina sangat setuju.Dalam hati, dia sudah mengangguk 100 kali. Namun di wajah, dia masih harus berpura-pura malu. Dengan pipi merona, dia menunduk dan berkata pelan, "Ya sudah ...."Padahal, hatinya sudah berbunga-bunga sedari tadi....."Pokoknya aku merasa dia kelihatan nggak fokus. Dulu dia mirip kamu, kalau nggak di asrama ya pasti di perpustakaan. Tapi kemarin habis kelas, waktu aku balik ke asrama, aku lihat dia lagi tidur di atas ranjang. Tidur, lho, Arlin! Selain malam, kapan lagi kita pernah lihat dia tidur siang?"Nada bicara Tania terdengar dramatis, tapi reaksinya memang wajar. Dia sudah sekamar dengan Friska hampir tiga tahun dan tahu betul kebiasaan gadis itu. Perubahan ini jelas mencurigakan."Jangan-jangan dia lagi sakit?" tanya Arlina khawatir."Kelihatannya memang pucat. Tapi dia tetap datang ke kelas seperti b

  • Dosenku di Siang Hari, Suamiku di Malam Hari   Bab 245

    "Kenapa nggak angkat teleponku? Nggak nyangka setelah sekian tahun kita bisa ketemu lagi. Akhir-akhir ini kamu baik-baik saja, 'kan?"Nada bicaranya terdengar ramah dan penuh perhatian, ditambah dengan wajahnya yang tampak tenang, seolah benar-benar sosok orang dewasa yang penuh kebijaksanaan. Kalau saja pria itu tidak pernah melakukan hal menjijikkan padanya, Friska pun pasti akan berpikir begitu.Tubuhnya bergetar hebat. Setelah akhirnya bisa menguasai tubuhnya sendiri lagi, dia langsung melangkah mundur beberapa langkah. "Ka ... kamu jangan mendekat!""Kenapa reaksimu sebesar itu? Dulu kamu justru senang ada di dekatku."Semua kenangan masa lalu berkelebat di depan matanya. Wajah buas yang dulu dia kenal, kini bertumpang tindih dengan wajah pria di hadapannya. Rasa mual kembali menguar, dan tubuh Friska gemetar hebat.Di sekitar asrama, masih ada mahasiswa lain yang berlalu-lalang. Beberapa pasang mata sempat melirik ke arah mereka."Tempat ini nggak cocok buat ngobrol. Hari Sabtu n

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status