Share

Bab 59

Penulis: Ghea
Ini ... ini ... apa ini?

Pengakuan cinta?

Arlina sempat terpaku. Ucapan Rexa barusan membuat kepalanya serasa melayang.

Tunggu ... tenang dulu. Dia juga tidak bilang suka, 'kan? Kata-katanya itu ambigu sekali. Lagi pula, hubungan mereka dari awal memang cuma karena sebuah kecelakaan. Bukan pengakuan cinta. Bukan. Jangan mikir yang aneh-aneh. Tenang.

Arlina menekan gejolak di hatinya dengan keras, takut kalau dia terlalu banyak berharap dan malah menyesatkan diri sendiri dengan harapan yang tidak nyata.

Lalu, dia mendengar suara Rexa lagi, "Jadi kamu jangan terlalu mikirin omongan hari itu. Memang, aku menikahimu karena tanggung jawab, tapi dari awal sampai sekarang ... aku nggak pernah menyesali keputusan itu."

Karena kalimat itu, Arlina tiba-tiba merasa semuanya jadi masuk akal. Di luar soal perasaannya sendiri ke Rexa, alasan kenapa selama ini dia selalu menghindar juga karena takut dirinya menjadi beban.

Arlina sering bertanya-tanya dalam hati, apakah Rexa pernah menyesal? Rexa yang
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terbaru

  • Dosenku di Siang Hari, Suamiku di Malam Hari   Bab 100

    Rexa sedang mencentang satu per satu menu dengan pena di tangannya. Tiba-tiba, dia berhenti sejenak. "Bukannya kamu nggak makan pedas?"Arlina menjawab pelan, "Nia suka."Rexa mengangguk, lalu mencentang menu ayam saus pedas.Tania duduk di seberang, menatap mereka berdua.Keduanya duduk cukup dekat, kedekatan yang tampak alami. Tangan Rexa yang terluka bersandar santai di sandaran kursi Arlina, tangan yang satu lagi memegang pena dan mencentang menu. Tubuh Arlina yang mungil tampak seperti sedang dilingkupi olehnya.Ternyata Rexa seperti ini saat di luar kampus. Di kampus, semua orang merasa Rexa adalah profesor yang ramah dan sopan. Namun saat mengajar, dia sangat serius dan disiplin. Jadi, banyak mahasiswa yang segan padanya.Namun tetap saja, itu tidak menghalangi banyak mahasiswi yang menyukainya. Siapa sih yang tidak ingin menaklukkan pria setampan Rexa?Sekarang, justru Arlina yang mendapat keuntungan besar itu. Dasar anak ini, beruntung sekali! Tania sampai iri melihatnya!Sete

  • Dosenku di Siang Hari, Suamiku di Malam Hari   Bab 99

    [ Arlina: Faktanya 'kan memang begitu. ][ Tania: Tapi benaran ya, kalau dilihat-lihat, kamu dan Pak Rexa itu serasi banget. ]Mereka serasi? Arlina sulit membayangkan kata itu bisa dipakai untuk dirinya dan Rexa.[ Tania: Kamu pegang piala sambil berdiri di sampingnya. Vibe-nya kayak dua orang yang bertemu di puncak. ]Arlina menatap foto itu, bibirnya tak bisa menahan senyuman. Bertemu di puncak ya? Dia suka istilah itu.Arlina pun mengirim pesan dengan murah hati.[ Malam ini traktir aku makan. ][ Hore! Kenapa nggak bilang dari tadi? Kalau tahu ditraktir, aku nggak bakal makan banyak siang ini. ][ Nggak bisa. Sebelum makan, aku harus kosongin perutku dulu biar bisa makan banyak. ]Arlina sungguh kehabisan kata-kata melihat tingkah temannya ini. Sesudah mengobrol dengan Tania, Arlina berpikir sebentar, lalu meneruskan foto tadi ke Rexa.Rexa sedang bersiap-siap untuk kelas terakhirnya saat menerima foto itu. Begitu mengklik foto itu, dia langsung melihat Arlina berdiri di sisinya s

  • Dosenku di Siang Hari, Suamiku di Malam Hari   Bab 98

    Arlina membalikkan ucapan mereka dengan enteng, lalu pergi dengan gaya penuh percaya diri.Fanny menatap punggungnya beberapa saat sebelum akhirnya sadar, lalu menarik bahu Rio dengan kesal. "Ini salahmu! Soal segampang itu saja bisa salah jawab. Lihat, juara pertama malah diambil sama dia!"Rio memang sudah frustrasi karena kesalahan kecil yang membuatnya kehilangan posisi pertama. Bukannya menghibur, Fanny malah menambah luka dengan menyalahkannya.Dia menjawab dengan malas, "Bisa diam nggak? Kalau kamu jago, kamu saja yang ikut!"Fanny langsung naik darah. "Rio! Maksudmu apa? Kamu juga remehin aku sekarang?"'Bisa sadar diri sedikit nggak?' Rio malas meladeni, mengangkat kakinya, dan langsung pergi.Fanny tidak tinggal diam. Dia langsung menarik lengan Rio. "Kamu nggak boleh pergi! Jelasin dulu! Kamu remehin aku karena nilaiku selalu di bawah Arlina ya?"Mereka masih berdiri di depan pintu ruang konferensi. Beberapa orang yang lewat melambatkan langkah kaki, melirik ke arah mereka k

  • Dosenku di Siang Hari, Suamiku di Malam Hari   Bab 97

    "Silakan Arlina menjawab."Arlina membuka mulut dan menjawab dengan suara serak, "Bagian posterior gyrus temporal superior kiri."Pembawa acara tersenyum. "Jawaban benar, selamat kepada Arlina yang berhasil meraih juara pertama."Seketika, seluruh ruangan dipenuhi tepuk tangan. Arlina hampir saja tak bisa menahan diri untuk langsung berdiri. Matanya mencari-cari sosok Rexa di antara kerumunan.Rexa duduk di bawah panggung, bertepuk tangan dengan tenang. Tatapannya tertuju pada Arlina, bibir tipisnya terangkat sedikit membentuk senyuman ringan.Arlina tiba-tiba merasakan kepuasan yang belum pernah dia rasakan. Apakah dia merasa bangga padanya? Meskipun hanya sedikit, Arlina tetap berharap. Kalau iya, berarti dirinya semakin dekat dengan Rexa.Di sisi lain, Rio terduduk lemas di kursinya. Dari bawah panggung, Fanny mendengus kesal, lalu bergumam pelan, "Kamu cuma beruntung."Hadiah juara pertama adalah sebuah piala dan gelang kebugaran. Setelah sesi pembagian hadiah, sesi foto pun dimula

  • Dosenku di Siang Hari, Suamiku di Malam Hari   Bab 96

    Tap! Arlina menekan tombol secepat kilat, mungkin tercepat sepanjang sejarah pertandingan."Baik, silakan Arlina menjawab pertanyaan.""Limfosit.""Jawaban benar. Satu poin untuk Arlina.""Pertanyaan ketiga, organ terbesar dalam tubuh manusia?"Tap!"Silakan Zico menjawab.""Kulit.""Jawaban benar. Tambah satu poin."....Situasi semakin tegang. Seiring meningkatnya kesulitan soal, jarak skor antar peserta mulai melebar. Ada yang tahu jawaban, tetapi kalah cepat menekan tombol. Mereka hanya bisa pasrah melihat poin direbut orang lain.Di atas panggung, kompetisi berlangsung sengit. Di bawah panggung, suasananya juga tak kalah tegang.Rexa tetap terlihat tenang, tetapi matanya terus tertuju pada Arlina. Arlina yang sedang bertanding sangat berbeda dari kesehariannya. Sorot matanya tajam menatap layar lebar, rahangnya menegang, ekspresinya menunjukkan konsentrasi penuh.Baik laki-laki maupun perempuan, ketika sedang serius, selalu memancarkan pesona yang berbeda. Sungguh menarik.Rexa su

  • Dosenku di Siang Hari, Suamiku di Malam Hari   Bab 95

    Arlina menatap layar ponselnya dengan penuh konsentrasi. Ujung jarinya menekan layar dengan cepat.Dua puluh menit berlalu dalam sekejap. Sistem ujian otomatis berhenti, mengunci pengumpulan jawaban."Babak pertama telah selesai, sekarang kami akan menghitung skor." Pembawa acara merupakan anggota BEM. Dia berdiri di atas panggung sambil berdiskusi pelan dengan para juri.Arlina merilekskan tangannya yang tegang. Dia cukup yakin dengan hasil jawabannya. Sesuai dugaan, pembawa acara mengumumkan hasil babak pertama."Kelas kedokteran klinis 5 angkatan 2021, Yenny. Kelas kedokteran klinis 7 angkatan 2022, Arlina. Kelas kedokteran klinis 3 angkatan 2022, Rio. Kelas kedokteran klinis 9 angkatan 2023, Donni. Kelas kedokteran gigi 2 angkatan 2020, Stephen. Kelas keperawatan angkatan 2020, Zico ....""Selamat kepada kesepuluh peserta ini yang berhasil lolos ke babak selanjutnya. Silakan naik ke panggung dan duduk di tempat yang sudah disediakan."Setiap kali satu nama disebut, tepuk tangan ber

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status