"Peri tumbuhan?" Calista bertanya tidak percaya. Ayahnya seorang peri? Ini adalah hal tidak terduga sama sekali.
"Ya, tapi peri tumbuhan telah menghilang 30 tahun terakhir, aku tidak percaya ada yang masih hidup dan ternyata itu adalah ayahmu," kata Lucas. Yang ia tahu memang begitu, peri tumbuhan telah punah sejak puluhan tahun yang lalu. Entah apa sebabnya Lucas tidak tahu.
"Lucas, bisakah kita mencarinya sekarang?" pinta Calista.
"Mungkin kita harus ke Amovrion, kita bisa bertanya di sana." Calista mengangguk cepat.
"Ibu, aku dan Lucas akan pergi mencari Ayah. Bolehkah?" Calista meminta izin dulu kepada ibunya.
"Pergilah. Lucas, tolong jaga putriku." Sela mengizinkan, bagaimanapun ia tidak dapat mencegah putrinya mencari tahu tentang ayahnya. Lucas menganggukkan kepala ketika Sela meminta tolong, tanpa diminta pun Lucas pasti akan menjaga Calista.
Setelah mendapat izin dari
"Yang Mulia," sapa Putri Jingmi. Lucas memberikan anggukkan singkat sebelum akhirnya ia kembali menggiring Calista naik ke kamar paling atas. Dalam diam, Putri Jingmi menatap kesal keduanya."Permisi, King Lucas dan Queen Calista mau kemana?" Jingmi memberanikan diri untuk bertanya pada Kenzo."Ke kamar. Queen Calista kelelahan, jadi, King Lucas membawanya beristirahat." Kenzo menjawab, kemudian ia pergi dari sana."Gadis itu memang beruntung, ya?" Salah satu tabib yang berada di belakang Putri Jingmi bersuara. "Hanya dia satu-satunya perempuan yang bisa memasuki kamar King Lucas," lanjutnya."Kamar King Lucas?""Ya. Kamar King Lucas berada di tempat tertinggi di istana ini, tidak ada wanita manapun yang pernah masuk terkecuali wanita tadi yang bersamanya," jelas tabib laki-laki itu."Hei, panggil ia Yang Mulia Ratu. King Lucas bisa marah." Tabib yang lainnya menegur tabib
Makan malam ini lumayan agak berbeda, kini meja makan mereka terdiri dari Lucas, Calista, dan Putri Jingmi. Calista duduk berdekatan dengan Lucas dan hal itu sukses membuat diri Jingmi dipenuhi rasa cemburu."Sayang, kau harus makan sayurnya juga," kata Lucas ketika ia melihat piring Calista."Iya, aku akan memakannya." Calista mengambil sayuran dan memakannya, lalu matanya mencari-cari sesuatu yang sepertinya tidak terhidang di meja makan."Kau mencari apa?" tanya Lucas."Hm ... Makanan pedas, tidak ada kah?" tanya Calista. Sebagai penyuka makanan pedas, bagi Calista makanan itu harus ada di meja makan. Jika tidak maka selera makan Calista akan berkurang."Makanan pedas? Aku akan menyuruh pelayan membawakannya." Lucas memanggil salah satu pelayan lalu menyuruhnya membawa makanan pedas untuk Ratunya, melihat hal itu Calista tersenyum lalu berterima kasih."Terima kasih, Lucas."
"What? Peri Tumbuhan? Ayahmu?" Suara Lea sangat keras hingga Calista mungkin harus menutup mulut sahabatnya itu dengan sepatu. Calista heran sekali dengan sahabatnya yang suka sekali bersuara keras saat terkejut."Lea, jangan berisik!" Calista menutup wajahnya dengan tangan ketika orang-orang di perpustakaan menatap tajam ke arah mereka berdua. Ini perpustakaan tapi suara Lea yang terkejut seperti toa. Sangat keras"Maafkan aku." Lea meringis ketika melihat orang-orang di sekitarnya. "Jadi, apakah itu benar?" Lea merendahan suaranya agar ia tidak kembali ditatap tajam oleh mahasiswa yang sedang belajar di perpustakaan ini.Calista mengangguk. "Benar, sekarang kami dalam usaha mencari ayahku. Semoga saja masih hidup." Kalimat terakhir Calista ucapkan dengan nada rendah."Whoah, aku tidak percaya ini, ternyata selama ini sahabatku adalah keturunan seorang peri," kata Lea. Semenjak ia berteman dengan Calista, tidak ada
"Hei, aku tidak bisa memanah." Calista memegang busur panah yang Lucas berikan kepadanya, sejak tadi Lucas selalu menyuruhnya untuk mencoba.Mereka kini berada di arena latihan para prajurit kerajaan Dragon, Lucas mengajak Calista ke Amovrion. Karena Calista yang merasa bosan, jadi ia memutuskan untuk ikut juga. Bahkan ia bolos kuliah hari ini. Ternyata Raja Naga itu membawa pengaruh buruk untuknya. Sedikit."Kau coba saja dulu."Mau tidak mau Calista kembali mencobanya. Calista mengambil anak panah lalu menarik anak panah itu ke arah belakang yang sebelumnya sudah ia kaitkan dengan tali pelontarnya. Setelah menarik agak jauh, Calista melepaskannya.TakGagal. Calista gagal lagi, anak panah itu menyentuh tanah. Tidak mengenai target sama sekali. Melihat itu Putri Jingmi yang sejak tadi memperhatikan di sudut lapangan tidak bisa mengehentikan mulutnya untuk tidak menyeringai. Bodoh seka
Aslan melewati jalan setapak untuk sampai ke hutan tempat Satyr tinggal, Satyr sendiri adalah makhluk berupa kambing separuh manusia. Ah, soal manusia Aslan belum pernah datang ke dunia manusia. Selain karena ia bukan bangsawan, ia juga tidak tertarik untuk datang ke dunia tempat makhluk lemah itu.Memang, yang bisa ke dunia manusia adalah mereka yang bangsawan, tapi tidak semua bangsawan karena hanya yang terpilih bisa melakukannya. Yang pasti, yang terpilih untuk membuka portal penghubung itu tidak memiliki niat untuk mengacaukan keseimbangan. Keseimbangan dua dunia."Lewat mana lagi?" Aslan menatap jalan di depannya yang banyak cabang, Satyr memang sengaja membuat pendatang bingung. Itu tandanya mereka, para Satyr menolak makhluk lain.Aslan mengeluarkan sebuah peta yang tadi Alberio berikan bersama dengan sebuah ramuan, Aslan membolak-balik peta itu tapi ia tidak mengerti. Di depannya terdapat jalan bercabang 7 tapi di pet
"Cincin siapa yang kau pakai?" Lucas menatap cincin yang tersemat di jari manis Calista. Ia akui Calista cantik dengan cincin itu, tapi ia penasaran dengan siapa yang memberikan cincin itu kepada gadisnya."Ah, ini cincin milik seorang pria. Sangat cantik bukan?" Calista mengangkat jarinya di mana cincin itu terpasang.Lucas memelototkan matanya. "Apa Seorang pria? Katakan, katakan kepadaku pria mana yang memberikannya kepadamu." Lucas menegang bahu Calista dan menggoyang-goyangkannya. Mengabaikan beberapa orang di koridor kampus menatap mereka berdua heran."Astaga. Lucas, ini punya ayahku," jelas Calista. Spontan Lucas menghentikan kegiatannya yang menggerak-gerakkan tubuh Calista. Ia berdehem. "Ayahmu?""Ya, ibuku semalam memperlihatkannya kepadaku, jadi, aku ingin memakainya.""Hm, begitu, ya. Pokoknya kau jangan memakai cincin dari pria lain, terkecuali ini." Lucas mengangkat jari Calista dan m
Lea tiba di Pack Werewolf, Werewolf yang mengenali Lea adalah Luna-nya langsung membuka pintu gerbang. Lea dengan mudahnya masuk ke sana, dan ketika turun dari kudanya Lea harus melompat mengingat kuda itu lumayan tinggi."Apa Nicholas ada?" tanya Lea kepada salah satu warrior di sana seraya melangkahkan kaki untuk masuk ke dalam."Alpha Nicholas ada di kamarnya, Luna." Warrior itu menjawab dengan kepala menunduk seraya memandu Lea ke kamar Nicholas. Istana Werewolf milik Nicholas lumayan besar walau tidak sebesar istana milik Lucas.Istana Werewolf ini di dominasi warna hitam dan putih, hal itu membuatnya terlihat sangat elegan. Ditambah dengan bangunan yang luas, Lea suka berada di sini.Langkah Lea semakin mendekati kamar Nicholas, dilihatnya pintu kamar Lucas sedikit terbuka. Aneh sekali padahal setahunya pria itu selalu menutup pintu."Kalau begitu saya undur diri, Luna." Warrior itu izin pergi
"Gabriel?!"Lea menatap seseorang yang sangat dikenalnya itu, sekarang Gabriel berdiri di hadapannya seraya memegang sebilah pedang yang terlihat sangat tajam. Sangat tajam hingga bisa memutus nadi harimau itu. Lea meneguk ludah ketika Gabriel mendekatinya."Huh?" Lea menatap bingung tangan Gabriel yang terulur di depannya.Gabriel menghela nafas, lalu menarik Lea. Membantu gadis itu berdiri. Lea tidak menolak saat Gabriel membantunya berdiri tegak, kini ia masih syok dan bingung kenapa Gabriel bisa berada di sini."Kau kenapa bisa ada di sini?""Nanti saja aku ceritakan, sekarang ikut aku. Di sini berbahaya." Gabriel melangkah lebih dulu, Lea yang melihat Gabriel mendahuluinya memutuskan untuk mengejar pria itDari belakang, Lea dapat melihat punggung tegap sahabatnya itu. Dalam hati ia bertanya-tanya, kenapa pria itu ada di sini? Apakah ia juga di bawa seseorang? Atau apakah ia ma