Home / Romansa / Drama Cinta Sang Duda / Pasangan Dadakan

Share

Pasangan Dadakan

Author: Galuh Arum
last update Last Updated: 2022-05-20 16:17:28

“Kamu mengancam saya?” Erik benar menghampiri Rinjani.

Seulas senyum dari wanita berambut keriting gantung itu benar-benar membuat Erik sedikit terpesona. Rinjani memang terlihat cantik natural, walau ia hanya memakai bedak tipis dan tidak mau menggunakan makeup.

“Om curang, tadi memperkenalkan saya sebagai pujaan hati pada Tante itu. Masa iya, Om nggak mau bantu saya. Saya sudah bantu, loh.” Rinjani terpaksa meminta Erik untuk berpura-pura.

“Kamu gila, apa kata orang tua kamu. Nanti aku dikira pedofil, pacaran sama anak SMA.”

“What?” Rinjani terkesiap saat Erik mengira dirinya masih bersekolah. Padahal dirinya sudah berusia dua puluh empat tahun dan kini mengajar di sebuah sekolah swasta menengah ke atas.

“Tolong, ya, Om. Saya itu berumur dua puluh empat. Bukan anak kemarin sore. Jadi tolong, jangan bicara tentang saya yang masih di bawah umur.”

“Serius, kamu lagi nggak bercanda?”

Rinjani tak sabar dengan pria di hadapannya. Ia menarik lengan Erik menghampiri pelaminan sang kakak. Dengan percaya diri ia langsung memperkenalkan pria di sampingnya pada kedua orang tuanya.

“Ma, Pa. Perkenalan, ini—“ Rinjani lupa jika belum tahu siapa pria di sampingnya itu.

“Erik,” ucap Erik langsung menjabat tangan Anjas—ayah Rinjani.

Anjas saling pandang dengan sang istri. Mereka tidak percaya dengan apa yang diutarakan sang anak. Apalagi usia Erik terlihat jauh di atas Rinjani.

Rinjani melihat mimik wajah kedua orang tuanya. Ia pun yakin mereka pasti tidak percaya dan mungkin tidak setuju. Namun, Rinjani membiarkan saja hal itu terjadi karena dirinya pun hanya memperkenalkan Erik untuk hari itu saja.

“Jadi ini pacar baru kamu? Atau pelampiasan kamu?”

Rinjani menoleh dan sudah menduga suara itu berasal dari mulut pengantin wanita. Namun, wajah Ratna yang sejak tadi semringah menjadi tegang saat melihat Erik berada di hadapannya.

Rinjani pun bisa melihat dari sorot matanya jika Ratna bergeming setelah dirinya memperkenalkan Erik pada kedua orang tuanya. Namun, Rinjani tak peduli bagaimana bentuk wajah sang kakak. Atau mungkin ia sedang berpikir bagaimana merebut pria di sampingnya seperti ia merebut Tama.

“Aku bukan Kakak yang suka banyak pria. Tapi, aku dan Erik serius,” ujar Rinjani.

Bola mata Erik hampir saja keluar mendengar apa yang baru saja di katakan oleh Rinjani. Apalagi saat itu ada mantan istri Erik yang sengaja mendekat untuk mengetahui apa yang sedang terjadi.

Erik tak bisa banyak berkata karena ia pun butuh Rinjani untuk membuktikan pada Shinta jika dirinya sudah tidak memikirkan dirinya.

“Kamu gila, Jan, dia lebih pantas menjadi Om kamu, bukan calon atau suami kamu,” ujar Tama.

“Nggak penting hal itu, aku hanya ingin yang benar-benar setia dengan aku. Bukan seperti kamu.”

Erik melihat ada yang aneh di antara Rinjani dan kedua pengantin itu. Ia sepertinya tidak suka dengan suami Ratna.

“Selamat, ya, Ratna.” Erik menjabat tangan Ratna.

“Te—terima kasih, Pak Erik.”

Kini berbalik Rinjani dan kedua orang tuanya menatap tak percaya. Apalagi Jani yang tidak tahu apa-apa. Setelah mengucapkan selamat pada Ratna, Erik pamit pada kedua orang tua Rinjani.

Rinjani pun mengikuti Erik yang ternyata adalah kenalan Ratna. Namun, ia tidak tahu jika pria itu adalah bos di kantor sang kakak.

“Om, terima kasih. Tapi, kok Kak Ratna begitu canggung sama Om?” tanya Rinjani.

Erik malas menjawab pertanyaan Rinjani. Wajahnya masam karena baru kali ini dirinya dibuat mengikuti apa kemauan wanita yang baru saja ia kenal. Apalagi berperan sebagai sepasang kekasih.

“Tanya saja dia. Saya mau pulang.”

Gegas Erik meninggalkan Rinjani yang masih menatap kepergian pria dewasa itu. Ia tak menyangka jika Erik bak pahlawan di siang hari. Ia berhasil membuat kedua pasangan itu terkesiap apalagi Ratna sang kakak.

***

Ratna semakin gelisah saat sang adik membawa orang paling penting di kantornya. Ia memang mengundang atasannya, tetapi ia pun tak menyangka jika pria yang terkenal sulit berdekatan dengan wanita itu malah datang dengan kejutan.

“Jani,” panggil Ratna.

Rinjani malas menoleh, tetapi sepertinya Ratna akan bertanya tentang pria tadi. Ia pun mendekati sang kakak yang masih duduk di pelaminan. Sementara, Tama sedang pamit ke toilet.

“Kamu kenal dengan Pak Erik sejak kapan?” tanya Ratna penuh selidik.

“Bukan urusan Kakak.” Jani menjawab santai.

Ratna merasa geram mendengar ucapan sang adik. Ia tidak terima jika Rinjani lebih segalanya di atas dirinya. Ia sudah merasa menang mendapatkan Tama, tetapi malah Rinjani membuatnya kembali merasa ingin memiliki apa yang tidak ia miliki.

“Kalian kenapa?” Tama bertanya saat datang dari toilet.

Rinjani muak melihat wajah Tama. Ia berpaling dan meninggalkan kedua pasangan itu. Hidupnya hancur bersama semua kenangan yang membuatnya hampir gila. Ia mengambil makanan yang terasa sulit ia makan.

“Jani.”

Lagi, ia menoleh ke sumber suara. Seorang wanita tua yang cantik dengan kebaya yang melekat di tubuhnya. Senyum itu khas wanita solo dengan lembut langsung menyambut pelukan Rinjani.

“Bu.” Jani terisak di pelukan Ibunya Tama.

“Maafkan Tama, ya, Nduk. Semoga kamu mendapatkan pria yang jauh lebih baik.” Lembut suara wanita tua itu membuat Rinjani tenang.

Swasti—Ibunya Tama mengajaknya duduk sembari mengelus lembut punggung tangan Rinjani. Wanita itu pun menyesal dengan apa yang terjadi dengan kisah cinta Rinjani dan Tama. Saat tahu Ratna hamil dan meminta pertanggungjawaban Tama, ia pun sempat murka dan menolak keras.

Namun, apa daya jika takdir sudah berkata lain. Swasti sangat menyayangi Rinjani, tetapi sang anak malah berselingkuh dan yang menyakitkan adalah wanita itu adalah kakaknya Rinjani.

“Jani ikhlas, tapi semua serasa tidak adil bagiku. Aku yang berjuang dari nol bersama Tama, tetapi Ka Ratna yang menikmatinya. Ingat, kan, Bu, saat kami masih sekolah dulu. Dia bilang mau menjadi pengusaha muda. Berjuang demi ibu dan adik-adiknya, pokoknya semua dukungan aku berikan. Tapi, apa yang aku dapat.” Manik mata itu kembali berembun membuat wajah Rinjani semakin memerah.

“Ibu minta maaf, Nduk.” Swasti pun ikut menangisi nasib mantan calon menantunya itu.

“Bu, sudah jangan menangis terus. Memang jodohnya Mas Tama sama Mbak Ratna. Nggak usah lebai juga, sih, Mbak Jani,” ujar Tami—adik bontot Tama.

Entah mengapa gadis berusia 17 tahun itu lebih menyukai Ratna dari pada Rinjani. Seolah-olah mendukung kakaknya, ia pun siap pasang badan demi Ratna.

“Kamu bilang aku lebai? Kamu anak kemarin sore yang nggak ngerti apa-apa. Jadi, stop berkomentar,” ujar Rinjani.

Gadis itu hanya memonyongkan bibirnya melihat Rinjani yang mulai mengomentarinya.

“Untung saja aku bukan wali kelas kamu, kalau ia, kubuat nilaimu jelek semua!” Rinjani tertawa lepas saat mengingat Tami adalah salah satu murid di tempat ia mengajar.

“Ka Rinjani mengancam? Apa Kakak mau aku sebar kalau Kakak itu abis di tinggal nikah?”

“Tami!”

Sebuah teriakan membuat mereka semua menoleh ke sumber suara.

***

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Drama Cinta Sang Duda   Akhir Yang Indah

    Sebulan sudah permasalahan itu berlalu. Rinjani pun sudah tidak begitu memikirkan tentang masalah itu lagi. Wanita cantik itu lebih memilih fokus untuk mengurus kehidupannya sendiri serta keluarga kecilnya. Dia juga sangat menjaga dirinya bahkan jarang dan hampir tidak pernah bertemu dengan Tama. Dia ingin menjaga hubungannya dengan Erik dan Ratna. Tidak ingin ada kesalahpahaman yang akan membuat kakaknya ataupun suaminya kembali marah dan berpikiran buruk tentangnya. Rinjani sama sekali tidak merasa marah dan keberatan jika pada kenyataannya kakaknya itu masih menyimpan rasa dendam atau apa pun itu pada dirinya. Yang terpenting bagi dirinya saat ini adalah kehidupannya dan juga dirinya yang sudah semaksimal mungkin menjauhi segala sesuatu yang bisa menimbulkan semua kesalahpahaman itu sendiri. Namun, hal tidak terduga terjadi. Ratna kini, sudah mulai berbicara lagi padanya. Dan Rinjani sangat bersyukur akan hal itu. Sepertinya kakaknya itu sudah memaafkan dirinya. D

  • Drama Cinta Sang Duda   Mengalah

    Ratna dan Rinjani masih berdebat sengit. Kedua wanita cantik itu sama sekali tidak ada yang mau mengalah. Keduanya sama-sama ingin menang sendiri. Memenangkan pertengkaran itu dan tidak ada yang ingin disalahkan. Rinjani merasa dirinya yang paling benar. Begitu pun sebaliknya. Ratna merasa hal yang sama. Hingga ayah mereka masuk ke ruangan Ratna. Laki-laki paruh baya itu menghela napas sejenak sebelum mendekat ke arah anak-anaknya itu. Setelah itu, ayah Rinjani mendekat dan mencoba melerai pertengkaran kedua anaknya itu. Rinjani dan Ratna pun hanya terdiam membisu. Pertengkaran yang tadi memanas kini hilang sudah, terganti dengan keterdiaman. Ayah Rinjani yang melihat itu pun mengembuskan napas lega. Setelahnya, laki-laki paruh baya itu berjalan menuju sofa yang ada di ruang rawat Ratna dan mendudukkan diri di sana. Sementara itu Rinjani masih berada di samping sang kakak. Rinjani menatap ke arah ayahnya, setelah itu mendekat pada Ratna yang terbaring di ranjang dan b

  • Drama Cinta Sang Duda   Perdebatan Sengit

    Perdebatan SengitSuasana antara Rinjani dan Erik menjadi canggung. Erik masih saja diam, sedangkan Rinjani masih menyiapkan hatinya untuk kembali berbicara. Membicarakan masalah Tama. Seseorang yang menjadi sumber masalah di antara keduanya sekarang ini. Bukan apa, Rinjani hanya ingin agar masalah ini cepat selesai dan tidak berlarut-larut. Rinjani tidak mau jika kesalahpahaman yang kecil ini akan menjadi bumerang dalam rumah tangganya dan berakhir dengan adanya masalah yang lebih besar di rumah tangganya nanti. Hanya itu yanh Rinjani inginkan dan juga pikirkan.Apalagi tidak baik jika seorang istri dan suami saling memendam kemarahan. Itu yang selalu Rinjani ingat dari ibunya. Wanita tak bersayapnya, Rinjani banyak belajar tentang bagaimana menjadi seorang istri dan juga ibu yang baik pada ibunya.“Mas, aku minta maaf kalau memang ini semua bikin kamu marah. Tapi ini Cuma kesalahpahaman dan aku gak mau kalau kita bertengkar hanya karena masalah sepele ini,” ujar Rinjani.Namun, masi

  • Drama Cinta Sang Duda   Gantian Erik Cemburu

    Ratna langsung beringsut ke arah Tama, suaminya. Tama yang tidak mengerti dengan tingkah istrinya yang terlihat aneh hanya diam dan menurut saat istrinya itu menariknya menuju kamar mereka.Sesampainya di kamar, Ratna menghempaskan tangan Tama dengan sedikit kasar. Kekesalan memenuhi pikirannya. Melihat suaminya dan asiknya datang bersamaan dan berada di dalam mobil yang sama membuat Ratna tidak bisa menyembunyikan kekesalannya.Baru saja kemarin dirinya berdamai dengan dirinya sendiri dan mulai meyakinkan jika Tama dan Rinjani tidak memiliki hubungan apa pun. Namun, hari ini semua usahanya gagal hanya karena melihat suaminya dan adiknya datang bersama. Tak hanya itu, tadi dirinya juga sempat melihat keduanya berbincang dan saling berbalas senyum. Itu semakin menambah kecemburuannya.“Kamu kenapa sih, Ratna?” tanya Tama yang sedang dilanda kebingungan karena sikap istrinya yang tiba-tiba berubah.Napas Ratna tidak teratur, kedua bahunya naik turun akibat kesal.“Kamu masih tanya aku k

  • Drama Cinta Sang Duda   Kecemburuan Ratna

    Pagi ini, Bian, anak Erik sudah rapi dengan pakaian kasualnya. Namun, hal itu membuat Erik bertanya-tanya saat melihatnya. Karena hal tersebut adalah hal yang sangat jarang dilakukan oleh Bian. Biasanya anak itu akan lebih memilih tidur dan bersantai di rumah bukan pergi dan keluar bersama teman-temannya. Bian lebih suka berada di rumah daripada di luar.“Kamu mau ke mana, Bi?” tanya Erik yang duduk di kursi kayu dengan koran yang ada di tangannya. Kebiasaan Erik setiap pagi sebelum pergi ke kantor adalah membaca koran, tak lupa ditemani oleh secangkir teh lemon.Bian yang mendengar pertanyaan Erik, ikut mendudukkan diri di kursi tempat Erik duduk.“Mau ketemu Mama, Pa,” jawab Bian.Perkataan Bian membuat Erik terkejut. Untuk apa Bian bertemu Andini? Itu yang ada di pikiran Erik. Ya, Mama yang dimaksud Bian adalah Andini, ibu kandungnya.Erik meletakkan korannya dengan sedikit kasar, lalu menatap Bian penuh selidik.“Mau apa bertemu dia?” tanya Erik.“Entah, Mama Cuma bilang mau ketem

  • Drama Cinta Sang Duda   Emosi Yang Belum Reda

    Pukul lima sore, Erik keluar dari kantor. Dia mengemudikan mobilnya dengan kecepatan di atas rata-rata. Kekesalan masih menguasai dirinya. Erik sudah tidak sabar ingin segera sampai di rumah.Sesampainya di rumah, Erik mengetuk pintu. Rinjani yang mendengar pintu diketuk pun tergopoh-gopoh menghampiri dan membukanya. Di sana, Erik suaminya datang, wajahnya kusut. Dengan terheran-heran, Rinjani mengajak Erik untuk segera masuk ke dalam.“Duduk dulu, Mas,” ujar Rinjani. Erik menurut dan duduk di sofa. Dirinya pun melepas sepatu yang dipakainya dan meletakkannya di rak yang berada tepat di samping ruangan itu.Tak berapa lama, Rinjani kembali dengan nampan dan juga segelas minuman dingin. Rinjani meletakkannya di meja, setelahnya dirinya mendudukkan dirinya di sofa sebelah Erik duduk.“Minum dulu, Mas,” kata Rinjani. Erik pun segera mengambil gelas itu dan meneguk isinya hingga tandas. Tak bisa Erik mungkiri jika setelah minum, hatinya terasa jauh lebih tenang.Erik menyandarkan punggung

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status