Share

6. Dosen Killer

Author: Rizu Key
last update Last Updated: 2021-12-21 20:03:46

Dini kembali kuliah di kampusnya. Gadis itu sangat bersemangat karena hendak bertemu dengan tetangga baru sebelah rumahnya yang meresahkan di kampus sebagai dosen. Penampilan Alex memang sangat berwibawa saat mengenakan kemeja dan celana panjang. Dini sangat suka dengan sosok dewasa yang seperti itu.

Gadis itu pun memperbaiki penampilannya. Kali ini Dini mengenakan dress biru muda sepanjang betis. Tak lupa gadis itu menyisir rambutnya yang panjang sebahu lalu mengenakan jepit rambut. Ia dengan sengaja tak mengikat rambutnya kali ini.

Polesan bedak halus menutupi wajah cantiknya. Tak lupa lip tint merah muda dia tambahkan pada bibirnya yang ranum dan tipis. Penampilan Dini begitu sempurna hanya dengan dua benda itu. Segera setelahnya, ia langsung berangkat ke kampus.

Saat melewati rumah Alex, ia sudah tak melihat mobil milik pria itu. Menandakan bahwa sang duda meresahkan sudah berangkat lebih dahulu.

Kini Dini sudah berada di gedung fakultasnya. Ia kembali bertemu dengan Sinta yang masih terus memberikan nasihat mengenai hubungan Dini dan sang dosen yang mustahil.

“Pokoknya kamu harus sadar diri. Apa lagi usia kalian itu jauh berbeda, Din,” ujar Sinta saat mereka berdua berjalan berdampingan.

Dini tak mengindahkan nasihat dari sahabatnya. Gadis itu memilih mengerucutkan bibirnya karena malas. Kemudian, mereka melihat orang yang dibicarakan tengah menunggu di depan lift. Kedua mata Dini langsung melebar karena saking senangnya.

“Sin, Sin. Pak Alex, Sin!” seru Dini sembari menampar-nampar pundak sahabatnya tanpa menatap Sinta.

“Iya aku juga lihat,” sungut Sinta sembari menepis tamparan dari Dini yang menyakitkan.

“Ya udah ayo kita barengan sama Pak Alex!” ajaknya dengan semangat.

Dini menarik lengan Sinta. Namun, sahabatnya itu memilih menepisnya. Dini pun menoleh dengan tatapan penuh tanya. “Kenapa?”

“Ogah. Aku nggak mau barengan sama Pak Alex. Kan udah kubilang dia itu dosen killer. Tuh lihat! Bahkan para kakak tingkat pun menyingkir,” ucap Sinta sembari menunjuk ke beberapa mahasiswa lainnya yang hendak menggunakan lift.

Dini mendengus. Saat itu juga pintu lift terbuka. “Ya udah. Aku aja yang bareng,” ucapnya.

Dengan segera gadis itu berlari meninggalkan Sinta yang menatap tak percaya denga tindakannya. Dini kini sudah mengilang di balik pintu lift yang tertutup.

“Ya Allah. Tuh anak ya ....” gumam Sinta sembari menepuk dahinya.

Dini berlari tepat waktu. Pintu lift langung tertutup saat dia sudah berhasil masuk. Alex sangat terkejut mendapati salah satu mahasiswinya berada dalam satu lift yang sama. Pasalnya selama dia mengajar, tak ada satu orang mahasiswa yang mau bersama dia naik lift.

“Pagi, Pak Alex,” sapa Dini dengan senyuman cerahnya yang khas.

“Hm,” balas Alex dingin.

Dini seolah tak peduli dengan balasan dingin dari dosen pembimbingnyan itu. Gadis itu pun segera berdiri menghadap pintu lift. Dengan sengaja ia berdiri tepat di sebelah Alex. Padahal masih ada ruang yang cukup luas. Akan tetapi Dini memilih memepetkan dosen tampan itu pada salah satu sisi lift.

Alex kesal dengan tingkah Dini. Bahkan pria itu tak peduli dengan penampilan cantik salah satu mahasiswinya. Di dalam ruangan sempit itu, Alex dapat mencium aroma wangi manis yang menguar dari gadis yang berdiri tepat di sampingnya. Untuk beberapa detik mereka pun saling diam.

“Pak Alex ngajar apa sih?” tanya Dini penasaran. Tak henti-hentinya gadis itu tersenyum.

Alex malas meladeni tetangga sekaligus mahasiswinya yang absurd itu.

“Kalau aku di fakultas Pendidikan Bahasa Inggris, tentunya mengajar dengan yang ada hubungannya sama Bahasa Inggris,” balasnya ketus.

“Ya iya lah. Masa iya ngajar otomotif. Kan nggak nyambung,” kelakar Dini namun hanya berakhir dengan kerenyahan.

Dini semakin menggeser tubuhnya mendekati Alex. Pria itu begitu terganggu dengan tindakannya. Dengan segera Alex pindah ke sisi yang lain. Mengapa pria itu harus bertemu mahasiswi semacam ini?

“Kamu nggak usah mepet-mepet kenapa, sih? Nggak sopan! Di situ kan masih ada ruang!” hardik Alex mulai kesal.

Dini terkekeh. “Hehe. Kan biar bisa lebih dekat sama Pak Alex.”

“Nggak penting!”

“Ih. Kok gitu sih, Pak. Mbok ya jangan galak-galak. Nanti gantengnya luntur loh,” ucap Dini dengan beraninya.

Wajah Alex sudah merah padam menahan amarah. Namun, pria itu segera menghela napasnya supaya tenang.

‘Sabar, Alex. Ini masih pagi ....’ ucapnya dalam hati.

“Emmm. Sini deh, Pak. Tasnya saya bawain,” tawar Dini sembari menyodorkan kedua tangannya yang bebas.

Alex menautkan kedua alisnya. “Nggak butuh!” hardiknya.

Dini pun mengerucutkan bibirnya. “Padahal saya niatnya baik mau bantuin Bapak.”

“Modus!”

“Nggak modus doang sih, Pak. Tapi saya tulus mau bantuin Bapak,” ucap Dini.

Gadis itu membuat ekspresi wajah merajuk dengan keimutan yang dibuat-buat.

“Sudahlah. Ini di kampus. Kamu jangan macam-macam!” Alex memberi peringatan dengan kesal.

“Nggak macam-macam, Bapak Alex yang ganteng. Oh iya, Pak Alex nggak sadar ada yang beda dari saya?” tanya Dini kemudian.

“Nggak peduli.”

“Ih. Padahal saya juga niat dandan cuma buat Pak Alex,” sungut Dini sembari mengibaskan rambut hitamnya.

Alex hanya memutar kedua bola matanya malas. “Untuk apa kau melakukan itu? Aku kan ngga nyuruh.”

“Untuk dapetin hati Pak Alex,” jawab Dini dengan raut wajah serius.

Sebelum Alex sempat menghardik mahasiswinya, pintu lift sudah terbuka. Pria itu pun langsung keluar meninggalkan Dini. Beberapa mahasiswa yang masih berdiri di depan kelas menatap kaget pada kemunculan sang dosen killer dan seorang mahasiswi yang memasang wajah kesal.

“Pak Alex,” panggil Dini. Alex pun menoleh tanpa menjawab panggilannya.

Wajah Dini kembali ceria. Gadis itu pun tersenyum manis dan membuat para mahasiswa laki-laki terpesona pada senyumannya yang cantik.

“Selamat mengajar,” sambungnya sembari melambaikan tangan.

Alex mendengus pelan dan langsung mengabaikan gadis itu. Para mahasiswa yang berada di lantai yang sama dan baru saja menyaksikan kejadian mustahil barusan bertanya-tanya tentang apa yang terjadi.

“Gila tuh cewek. Kenapa bisa seberani itu nyapa Pak Alex,” bisik seorang mahasiswi pada temannya.

“Mungkin belum tahu gimana Pak Alex yang sebenarnya,” balas mahasiswi yang lainnya.

“Tapi dia cantik banget. Sayang banget kalau harus sakit hati gegara si Dosen Killer.”

“Dini!” Sebuah panggilan membuat gadis cantik itu menoleh. Sinta tengah mengatur napasnya yang terengah-engah. Gadis berjilbab hitam itu baru saja menaiki tangga.

“Sinta.”

“Ya Allah, Dini. Kamu baik-baik saja, kan? Nggak dimarahin sama Pak Alex?” tanya Sinta dengan tatapan khawatir.

“Ngapain aku dimarahi sama Pak Alex? Yang ada Pak Alex senang karena bisa barengan sama aku,” balas Dini dengan rasa percaya diri tingkat dewanya.

“Hahhh. Nyesel aku nyusul lewat tangga. Udah capek-capek malah kamunya begini,” sungut Sinta kesal.

“Salah sendiri tadi diajak barengan sama Pak Alex nggak mau. Padahal tadi di dalem aku bisa nyium aroma parfum Pak Alex dengan puas. Tapi makasih, ya. Aku jadi bisa berduaan sama Pak Alex,” balas Dini yang menambah kekesalan di hati Sinta sehingg gadis itu mencubit lengan sahabatnya.

***

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Duda Ganteng Meresahkan (Dugem)   98. Bukan Salah Sasaran (END)

    Setelah beberapa hari, Dini kembali bermanja pada suaminya. Kasihan juga Alex setiap malam harus tidur di sofa karena sang istri yang tiba-tiba jengah melihatnya.Pria itu kini berbaring di samping Dini di atas kasurnya yang empuk. Lalu dia memiringkan badannya agar bisa menatap sang istri yang tengah tidur telentang menatap langit-langit kamar."Sayang," panggil Alex."Hm?" Dini menoleh sembari tersenyum lembut.Alex kemudian mengangkat tangannya dan mengelus lembut perut rata sang istri. "Kamu sudah nggak males lagi denganku, kan?" tanya pria itu.Dini tersenyum memperlihatkan gigi-giginya. "Hehe. Enggak, kok.""Syukur deh. Kemarin juga kenapa sih bawaan bayi malah nggak mau lihat aku?" protes Alex yang masih mengusap lembut perut istrinya.Dini terkekeh mendengar penuturan sang suami. "Maaf, ya, Mas. Aku kemarin-kemarin nggak tahu bawaannya pengen marah gitu kalau lihat Mas Alex," ucapnya.Sang suami menghela napas. "Hahhh. Bisa-bisanya benci suami sendiri. Tapi nggak papa. Aku pah

  • Duda Ganteng Meresahkan (Dugem)   97. Aku Males Sama Mas

    Dokter segera melakukan beberapa pemeriksaan untuk pasiennya. Seorang dokter wanita pun kembali duduk di hadapan Alex dan Dini. Wanita itu tersenyum sembari menatap bergantian dua orang di hadapannya."Gimana istri saya, Dok?" tanya Alex."Selamat, ya, Pak. Bu Dini tengah mengandung dan usia kandungannya sudah menginjak empat minggu," jawab sang dokter masih dengan senyumannya."Alhamdulillah ... Dini. Akhirnya kamu hamil," ujar Alex dengan raut kebahagiaan yang tak dapat dia sembunyikan."Iya, Mas. Makasih, Bu Dokter," ucap Dini ikut bahagia."Sama-sama. Saya hanya membantu meriksa saja, kok."Alex pun memeluk sang istri. Pria itu kemudian mengecup lembut kening Dini dengan penuh kasih sayang.Setelah mendapatkan obat dan vitamin, Dini bersama suaminya yang menuntun dirinya keluar dari ruang periksa. Kini gadis cantik itu sudah menjelma menjadi seorang wanita yang sebentar lagi akan menjadi ibu."Gimana pemeriksaannya, Nduk?" tanya Minarti sembari me

  • Duda Ganteng Meresahkan (Dugem)   96. Ini Cuma Kembung

    Dini baru saja membuka kedua matanya. Gadis itu pun merasakan hawa hangat yang mengitari seluruh tubuhnya. Ketika kesadarannya sudah penuh, sebuah senyuman terpasang di wajah bangun tidurnya.Kini setiap kali dia membuka mata, sosok tampan berwajah blasteran Amerika yang menjadi pemandangan pertama yang ia lihat. Dini tak pernah melewatkan untuk menatapi betapa tampannya suaminya itu. Jemarinya pun bergerak mengelus lembut rahang tegas Alex yang ditumbuhi dengan bulu-bulu halus."Belum puas menatapku?" tanya pria itu masih dengan kedua mata terpejam.Dini terkekeh. "Ih. Mas udah bangun ternyata."Alex pun membuka kedua matanya. Pria itu tersenyum. Lalu dia mengeratkan kembali dekapannya pada tubuh ramping sang istri."Hahhh. Setiap bangun lihat kamu rasanya adem," gumam pria itu."Hihi. Mas Alex mulai deh suka gombal," balas Dini sembari mencubit pelan dagu suaminya."Ya sudah. Ayo kita mandi!" ajak pria itu yang kini mulai mengendurkan pelukannya."I

  • Duda Ganteng Meresahkan (Dugem)   95. Friends with Love

    Hari membahagiakan bagi Sinta dan Ridho pun tiba. Kini keduanya sudah sah menjadi suami istri. Alex, Dini, dan Xena pun hadir pada acara pernikahan mereka berdua."Selamat, ya, Sinta, Ridho. Aku benar-benar ikut bahagia atas pernikahan kalian," ucap Dini sembari memeluk dua sahabatnya.Tindakan Dini membuat Alex membelalakkan kedua matanya. Pasalnya pria itu tahu bahwa Ridho merupakan mantan pacar istrinya. Pria yang pernah menemani Dini saat Alex masih mengabaikan perasaannya."Makasih, Din. Makasih juga saran dan doanya," balas Sinta sembari membalas pelukan sahabatnya itu.Ridho pun ikut membalas pelukan Dini. Namun, pria itu sadar tengah ditatap tajam oleh suami sahabatnya. Segera saja Ridho menjauhkan diri dan membiarkan Dini berpelukan dengan Sinta. Meski sudah tak ada perasaan apa-apa terhadap Dini, Ridho tetap menghargai Alex sebagai suami sah sahabatnya."Pak Alex," sapa Ridho sembari menyalami pria tampan dan gagah yang kini sudah berdiri tepat di hadap

  • Duda Ganteng Meresahkan (Dugem)   94. Kegelisahan Sinta

    Dua minggu telah berlalu bagi kedua pengantin baru itu. Dini sudah mulai ikut mengelola butik milik suaminya. Keduanya kini seolah tak dapat dipisahkan. Ke mana pun Alex berada, di situ bisa dipastikan ada Dini juga. Begitu pula sebaliknya.Hingga sore tiba, keduanya sudah kembali beristirahat di rumah. Saat itu juga, anak perempuan mereka berjalan mendekati kedua orang tuanya sembari membawa sebuah kertas berwarna merah muda yang dibungkus dengan plastik."Mami," panggil Xena pada sang ibu."Ya, Sayang. Ada apa?"Xena duduk di samping sang ibu. "Ini tadi ada titipan buat Mami sama Papi," jawabnya sembari menyerahkan kertas yang ternyata sebuah undangan."Undangan? Dari siapa?" tanya Dini sembari mengernyitkan dahinya. Wanita itu pun menerima kertas undangan tersebut.Belum sempat dia membaca siapa gerangan yang mengirim undangan, tiba-tiba saja ponselnya berdering. Dengan segera Dini menerima panggilan terlebih dahulu sembari kedua matanya membaca tulisan na

  • Duda Ganteng Meresahkan (Dugem)   93. Ini Tempat Kerja

    Pagi itu Alex akan membawa sang istri menuju ke tempat kerjanya. Dini pun dengan semangat empat limanya sudah berdandan rapi. Alex kini melihat tampilan cantik istrinya."Kenapa? Apa ada yang aneh?" tanya gadis itu sembari menatap kedua mata abu suaminya.Alex melipat kedua tangannya di depan dada. Pria itu kemudian mengusap bibir Dini dengan lembut."Nggak usah pakai gincu!" ujarnya.Kini lipstik yang tadinya menempel rapi pada bibir Dini menjadi belepotan ke mana-mana. Gadis itu pun memundurkan tubuhnya."Ih. Kenapa nggak boleh? Nanti jadi pucet dong," protesnya.Alex kembali mendekat ke arah istrinya. Pria itu menghapus lipstik sang istri lagi dengan ibu jarinya. Kedua alis tebalnya pun saling bertautan."Nggak usah kubilang! Kamu itu udah cantik. Nggak perlu pakai gincu-gincu beginian kalau ke luar rumah!" tegasnya ikut kesal.Dini kini diam saat suaminya menghapus lipstik merah pada bibirnya dengan usapan lembut. Sebuah senyuman muncul di wajahny

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status