Dugem bukan sembarang dugem. Ini hanyalah sebutan untuk seorang duda ganteng yang meresahkan. Diniyati Basuki adalah seorang gadis kuliahan. Dia jatuh cinta pada pandangan pertama dengan seorang pria dewasa yang memiliki wajah dan tubuh sempurna. Tanpa malu, Dini memperkenalkan dirinya sendiri. Ternyata pria tampan itu merupakan tetangga baru Dini yang tinggal persis di sebelah rumahnya. Namanya Alex Dixon Normansyah, seorang pria blasteran Indo-Amerika dan merupakan seorang duda beranak satu. Sayangnya, cinta Dini tidak direstui oleh Xena, putri semata wayang Alex. Namun, hal itu tak menyurutkan semangatnya. Apalagi Dini bisa menjadi lebih dekat dengan Alex yang ternyata adalah dosen di kampusnya. Perbedaan usia dan status mereka juga ditentang oleh orang-orang terdekat. Lantas, apakah perjalanan cinta mereka akan berlanjut saat mereka akhirnya memiliki perasaan ingin saling memiliki satu sama lain?
Lihat lebih banyakKedua mata beriris cokelat gelap itu tak mengerjap saat menangkap sosok pria sempurna yang berdiri di depan kasir. Gadis itu menatapi secara terus menerus pria dewasa itu dari tempatnya berdiri. Sungguh tampan dan sempurna. Lihatlah dagu tegas yang ditumbuhi bulu-bulu itu. Alisnya yang tebal dan bulu mata lentik. Lalu jangan lupa dengan iris matanya yang sedikit kehijauan. Berbeda dengan orang Indonesia kebanyakan.
“Semuanya jadi tiga puluh dua ribu, Mas,” ujar seorang karyawan toko kelontong.
“Ini.”
“Oke. Kembaliannya tiga ribu, ya, Mas.”
“Makasih, Mbak,” balas pria tampan tersebut kemudian segera berjalan keluar toko.
Gadis muda yang berdiri di tempatnya pun langsung bergegas memberikan uang pas pada karyawan tersebut. Setelah mengucapkan terima kasih, dia langsung berlari menyusul pria tampan yang baru saja dia temui.
“Tunggu, Mas!” serunya.
Pria tadi menghentikan langkahnya dan menoleh. “Apa kamu memanggilku?” Dia bertanya.
“Ya. Tunggu sebentar, Mas!” seru gadis tersebut sembari berlari kecil menghampiri sang pria.
“Ada apa?”
Gadis berambut hitam sebahu itu tiba-tiba menjulurkan tangan kanannya. “Perkenalkan namaku Diniyati Basuki,” ujarnya dengan sebuah senyuman manis.
Kedua alis pria tampan itu saling bertaut. Mengapa tiba-tiba ada seorang gadis muda yang mengajaknya berkenalan? Batinnya.
Kemudian, tanpa menjawab, pria tadi melengos begitu saja. Tak menyambut perkenalan manis dari sang gadis. Dia memilih pergi meninggalkan Dini yang merasa kesal karena diabaikan.
“Sabar Dini. Kuatkanlah dirimu kalau kamu mau mendapatkan pria yang merupakan tipemu itu,” gumamnya sembari menarik lagi tangan kanannya.
Seolah tak peduli telah diabaikan, Dini dengan percaya diri menyusul pria tersebut dan mensejajarkan langkahnya. Pria itu diam saja bahkan tak menoleh dengan keberadaannya.
“Mas orang baru, ya? Kok aku belum pernah lihat.” Gadis muda itu merubah strateginya. Mencoba tidak terlalu frontal dalam berkenalan dengan pria.
Pria tadi menoleh sejenak. Merasa terganggu karena Dini ikut berjalan bersamanya. Apakah gadis itu seorang penguntit? Copet barangkali?
“Ya. Aku orang baru di sini,” jawabnya kembali menatap ke depan.
Dini mengangguk-angguk dengan sebuah senyuman di wajah cantiknya.
“Oh ... Maaf kalau tadi aku tiba-tiba ngajak kenalan,” ujarnya.
Pria itu melirik Dini dengan ekor matanya. “Terserah kamu. Tapi kenapa kamu mengikutiku?” tanya pria tersebut mulai risih.
Meski gadis yang berjalan bersamanya terbilang cantik dan masih muda, namun, dia tak nyaman dengan sikap sok akrab yang diberikan oleh Dini. Mereka pun baru saja bertemu untuk pertama kalinya.
“Aku nggak ngikutin Mas, kok. Rumahku memang ke arah sini,” jawab Dini dengan santai. Itu memang jalan menuju rumahnya.
Sunyi sesaat. Pria tadi tak memberikan tanggapan atas jawaban Dini.
“Nah. Itu dia rumahku!” tunjuk gadis itu pada sebuah rumah bercat biru muda.
“Kamu tinggal di situ?” tanya pria tampan tersebut tak percaya.
“Iya. Aku tinggal di situ. Masalah?” Dini balas bertanya sembari tersenyum penuh arti.
“Bukan. Anu ....”
“Papi!” Terdengar seruan dari seorang gadis kecil yang baru saja keluar dari rumah bercat putih di sebelah rumah Dini.
“Tuh bocah kenapa malah muncul di rumah sebelahku sih?” gumam Dini sembari menautkan kedua alisnya.
Baik Dini dan pria asing itu kini sudah berhenti di depan rumah bercat putih. Tanpa disangka, gadis kecil tersebut berlari menuju ke arah mereka. Pria di samping Dini pun berbelok menuju rumah tersebut.
“Papi ... Papi kok sama dia, sih?” tanya gadis kecil itu.
Dini dikejutkan oleh panggillan tersebut. Bahkan pria tadi membalas pelukan sang gadis kecil berwajah imut itu.
“Dia siapa, Pi? Kenapa Papi baleng dia?” tanya anak kecil itu dengan suara cadelnya.
“Papi hanya papasan sama dia di jalan.”
Dini berdiri membatu mendengarnya. Jadi pria tampan yang merupakan kriteria pria idamannya itu sudah berkeluarga? Bahkan dia sudah memiliki anak? Patah sudah hati Dini.
“Papi jangan belteman sama dia, ya? Dia nakal!” seru anak kecil perempuan yang berusia sekitar empat tahunan menunjuk pada seorang Dini yang masih berdiri mematung menerima kenyataan.
Anak kecil itu mulai merajuk pada sang ayah.
“Sudahlah. Dia tidak jahat, kok. Cuma memang sedikit aneh orangnya,” balas pria itu sembari mengusap lembut kepala sang anak. “Nih. Papi beliin kamu es krim cokelat. Jadi jangan nangis lagi, ya?” imbuhnya.
Kedua mata besar sang anak pun langsung berbinar. Dia menerima plastik kresek berisi es krim yang dia pesan dengan senang hati.
“Dini!” Tiba-tiba terdengar teriakan dari rumah bercat biru muda. Kemudian keluarlah seorang wanita paruh baya melalui pintu samping.
“Ibu.” Dini bergumam.
“Kamu disuruh beli minyak aja lama, ya? Ibu sudah nungguin kamu sampai jamuran,” protesnya.
“Maaf, Bu. Ini minyaknya,” jawab Dini sembari menyerahkan minyak goreng pada sang ibu.
“Ah. Selamat siang, Pak Alex. Maaf ya kalau kalian terganggu dengan kami,” ujar ibu Dini sopan pada pria tampan di hadapannya.
‘Jadi nama dia Alex?’ batin Dini menatap pria dewasa yang sudah memiliki anak itu.
“Tidak apa-apa, kok, Bu Narti. Emmm. Jadi Dini ini anaknya Bu Narti?” tanya Alex.
“Iya, Pak Alex. Dia ini anak saya satu-satunya.”
“Loh? Ibu kenal sama dia?” tanya Dini meminta penjelasan.
“Iya. Pak Alex ini tetangga baru kita. Tadi pagi baru sampai, ya, Pak? Kamu sih masih tidur!” ujar Narti.
Dini merasa malu karena kebiasaan buruknya diumbar di depan tetangga barunya. Kesan pertamanya benar-benar jelek.
“Ibu!”
“Jadi Mbak yang nakal ini anaknya Tante?” tanya gadis kecil dalam gendongan Alex.
Narti menatap putri semata wayangnya. “Dia nggak nakal kok, Xena,” ujarnya sembari mencubit pelan pipi gadis kecil itu.
Ternyata sang ibu sudah akrab dengan anak sang pria tampan yang sudah beristri. Menyebalkan.
“Tapi tadi dia habisin es klim di bapak-bapak jualan tadi, Tante,” ujar Xena dengan wajah polosnya.
Dini menaikkan kedua alisnya. Citranya benar-benar buruk di hadapan sang tetangga baru. Ya. Sebelumnya dia dan Xena pernah bertemu. Dia yang baru saja membeli es krim dari pedagang keliling langsung menyantapnya di tempat. Tepat ketika Xena juga ingin membelinya.
“Pak. Beli es klim,” ujar Xena pada sang penjual.
“Wah. Sudah habis, Dek,” balas si tukang es.
Bertepatan dengan itu, Dini baru saja menyuapkan es krim ke dalam mulutnya. “Adek mau es krim? Ini kalau mau,” tawar Dini sembari menyodorkan es krim yang tinggal setengah bagian.
“Huaaaa. Nggak mau! Mbak nakal! Mbak makan es klimku!” rengek Xena mulai menangis.
Dini memasang wajah kesal. Masih untung dia menawarkan sebagian es krimnya. Namun, gadis kecil itu malah tak menghargai kebaikan hatinya. Dengan segera Dini menghabiskan es krim tersebut dalam sekali suapan. Hal itulah yang membuat Xena kesal dan mulai memusuhinya.
***
Setelah beberapa hari, Dini kembali bermanja pada suaminya. Kasihan juga Alex setiap malam harus tidur di sofa karena sang istri yang tiba-tiba jengah melihatnya.Pria itu kini berbaring di samping Dini di atas kasurnya yang empuk. Lalu dia memiringkan badannya agar bisa menatap sang istri yang tengah tidur telentang menatap langit-langit kamar."Sayang," panggil Alex."Hm?" Dini menoleh sembari tersenyum lembut.Alex kemudian mengangkat tangannya dan mengelus lembut perut rata sang istri. "Kamu sudah nggak males lagi denganku, kan?" tanya pria itu.Dini tersenyum memperlihatkan gigi-giginya. "Hehe. Enggak, kok.""Syukur deh. Kemarin juga kenapa sih bawaan bayi malah nggak mau lihat aku?" protes Alex yang masih mengusap lembut perut istrinya.Dini terkekeh mendengar penuturan sang suami. "Maaf, ya, Mas. Aku kemarin-kemarin nggak tahu bawaannya pengen marah gitu kalau lihat Mas Alex," ucapnya.Sang suami menghela napas. "Hahhh. Bisa-bisanya benci suami sendiri. Tapi nggak papa. Aku pah
Dokter segera melakukan beberapa pemeriksaan untuk pasiennya. Seorang dokter wanita pun kembali duduk di hadapan Alex dan Dini. Wanita itu tersenyum sembari menatap bergantian dua orang di hadapannya."Gimana istri saya, Dok?" tanya Alex."Selamat, ya, Pak. Bu Dini tengah mengandung dan usia kandungannya sudah menginjak empat minggu," jawab sang dokter masih dengan senyumannya."Alhamdulillah ... Dini. Akhirnya kamu hamil," ujar Alex dengan raut kebahagiaan yang tak dapat dia sembunyikan."Iya, Mas. Makasih, Bu Dokter," ucap Dini ikut bahagia."Sama-sama. Saya hanya membantu meriksa saja, kok."Alex pun memeluk sang istri. Pria itu kemudian mengecup lembut kening Dini dengan penuh kasih sayang.Setelah mendapatkan obat dan vitamin, Dini bersama suaminya yang menuntun dirinya keluar dari ruang periksa. Kini gadis cantik itu sudah menjelma menjadi seorang wanita yang sebentar lagi akan menjadi ibu."Gimana pemeriksaannya, Nduk?" tanya Minarti sembari me
Dini baru saja membuka kedua matanya. Gadis itu pun merasakan hawa hangat yang mengitari seluruh tubuhnya. Ketika kesadarannya sudah penuh, sebuah senyuman terpasang di wajah bangun tidurnya.Kini setiap kali dia membuka mata, sosok tampan berwajah blasteran Amerika yang menjadi pemandangan pertama yang ia lihat. Dini tak pernah melewatkan untuk menatapi betapa tampannya suaminya itu. Jemarinya pun bergerak mengelus lembut rahang tegas Alex yang ditumbuhi dengan bulu-bulu halus."Belum puas menatapku?" tanya pria itu masih dengan kedua mata terpejam.Dini terkekeh. "Ih. Mas udah bangun ternyata."Alex pun membuka kedua matanya. Pria itu tersenyum. Lalu dia mengeratkan kembali dekapannya pada tubuh ramping sang istri."Hahhh. Setiap bangun lihat kamu rasanya adem," gumam pria itu."Hihi. Mas Alex mulai deh suka gombal," balas Dini sembari mencubit pelan dagu suaminya."Ya sudah. Ayo kita mandi!" ajak pria itu yang kini mulai mengendurkan pelukannya."I
Hari membahagiakan bagi Sinta dan Ridho pun tiba. Kini keduanya sudah sah menjadi suami istri. Alex, Dini, dan Xena pun hadir pada acara pernikahan mereka berdua."Selamat, ya, Sinta, Ridho. Aku benar-benar ikut bahagia atas pernikahan kalian," ucap Dini sembari memeluk dua sahabatnya.Tindakan Dini membuat Alex membelalakkan kedua matanya. Pasalnya pria itu tahu bahwa Ridho merupakan mantan pacar istrinya. Pria yang pernah menemani Dini saat Alex masih mengabaikan perasaannya."Makasih, Din. Makasih juga saran dan doanya," balas Sinta sembari membalas pelukan sahabatnya itu.Ridho pun ikut membalas pelukan Dini. Namun, pria itu sadar tengah ditatap tajam oleh suami sahabatnya. Segera saja Ridho menjauhkan diri dan membiarkan Dini berpelukan dengan Sinta. Meski sudah tak ada perasaan apa-apa terhadap Dini, Ridho tetap menghargai Alex sebagai suami sah sahabatnya."Pak Alex," sapa Ridho sembari menyalami pria tampan dan gagah yang kini sudah berdiri tepat di hadap
Dua minggu telah berlalu bagi kedua pengantin baru itu. Dini sudah mulai ikut mengelola butik milik suaminya. Keduanya kini seolah tak dapat dipisahkan. Ke mana pun Alex berada, di situ bisa dipastikan ada Dini juga. Begitu pula sebaliknya.Hingga sore tiba, keduanya sudah kembali beristirahat di rumah. Saat itu juga, anak perempuan mereka berjalan mendekati kedua orang tuanya sembari membawa sebuah kertas berwarna merah muda yang dibungkus dengan plastik."Mami," panggil Xena pada sang ibu."Ya, Sayang. Ada apa?"Xena duduk di samping sang ibu. "Ini tadi ada titipan buat Mami sama Papi," jawabnya sembari menyerahkan kertas yang ternyata sebuah undangan."Undangan? Dari siapa?" tanya Dini sembari mengernyitkan dahinya. Wanita itu pun menerima kertas undangan tersebut.Belum sempat dia membaca siapa gerangan yang mengirim undangan, tiba-tiba saja ponselnya berdering. Dengan segera Dini menerima panggilan terlebih dahulu sembari kedua matanya membaca tulisan na
Pagi itu Alex akan membawa sang istri menuju ke tempat kerjanya. Dini pun dengan semangat empat limanya sudah berdandan rapi. Alex kini melihat tampilan cantik istrinya."Kenapa? Apa ada yang aneh?" tanya gadis itu sembari menatap kedua mata abu suaminya.Alex melipat kedua tangannya di depan dada. Pria itu kemudian mengusap bibir Dini dengan lembut."Nggak usah pakai gincu!" ujarnya.Kini lipstik yang tadinya menempel rapi pada bibir Dini menjadi belepotan ke mana-mana. Gadis itu pun memundurkan tubuhnya."Ih. Kenapa nggak boleh? Nanti jadi pucet dong," protesnya.Alex kembali mendekat ke arah istrinya. Pria itu menghapus lipstik sang istri lagi dengan ibu jarinya. Kedua alis tebalnya pun saling bertautan."Nggak usah kubilang! Kamu itu udah cantik. Nggak perlu pakai gincu-gincu beginian kalau ke luar rumah!" tegasnya ikut kesal.Dini kini diam saat suaminya menghapus lipstik merah pada bibirnya dengan usapan lembut. Sebuah senyuman muncul di wajahny
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Komen