Home / Romansa / Duda Incaran Shana / 154. Keputusan Berat

Share

154. Keputusan Berat

Author: Viallynn
last update Last Updated: 2025-06-24 22:09:14

Tanpa menunggu, Ndaru langsung masuk dengan langkah besar. Langkahnya mulai melambat saat melihat wanita yang mendadak hilang tadi pagi, tengah meringkuk di sofa dan menatap televisi dengan pandangan kosong.

"Kalau cuma nonton berita, bukannya di rumah juga bisa?" Kalimat pertama yang Ndaru ucapkan membuat Shana tersentak.

Wanita itu terkejut dan menatap Ndaru dengan mata membulat. Dari gerak bibirnya, Ndaru tahu jika Shana tengah mengumpat saat ini.

"Bapak ngapain ke sini?" tanya Shana cepat. Mendadak suaranya menghilang karena sesak.

"Seharusnya saya yang tanya. Kenapa kamu di sini? Kenapa selau merepotkan Kakak kamu?"

Pertanyaan tajam tetapi ada makna tersendiri di dalamnya.

"Erina Kakak saya, Pak."

"Tapi saya suami kamu. Cukup saya saja yang kamu repotkan dengan semua tingkah kamu."

Mendengar itu, bibir Shana mendadak maju. Dia menatap Ndaru kesal. "Bapak ke sini mau ngomelin saya?"

"Iya." Ndaru tidak berniat menyangkalnya. "Saya marah, Shana. Sangat marah.
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter
Comments (3)
goodnovel comment avatar
ReNny Ne Vino
up lg donk thorr ,,,
goodnovel comment avatar
listiani darmawan
Lagi dong thor.. Akhirnya upload..
goodnovel comment avatar
peggy s.e
Thor, jangan lama2 ya upload nya
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Duda Incaran Shana   154. Keputusan Berat

    Tanpa menunggu, Ndaru langsung masuk dengan langkah besar. Langkahnya mulai melambat saat melihat wanita yang mendadak hilang tadi pagi, tengah meringkuk di sofa dan menatap televisi dengan pandangan kosong. "Kalau cuma nonton berita, bukannya di rumah juga bisa?" Kalimat pertama yang Ndaru ucapkan membuat Shana tersentak. Wanita itu terkejut dan menatap Ndaru dengan mata membulat. Dari gerak bibirnya, Ndaru tahu jika Shana tengah mengumpat saat ini. "Bapak ngapain ke sini?" tanya Shana cepat. Mendadak suaranya menghilang karena sesak. "Seharusnya saya yang tanya. Kenapa kamu di sini? Kenapa selau merepotkan Kakak kamu?" Pertanyaan tajam tetapi ada makna tersendiri di dalamnya. "Erina Kakak saya, Pak." "Tapi saya suami kamu. Cukup saya saja yang kamu repotkan dengan semua tingkah kamu." Mendengar itu, bibir Shana mendadak maju. Dia menatap Ndaru kesal. "Bapak ke sini mau ngomelin saya?" "Iya." Ndaru tidak berniat menyangkalnya. "Saya marah, Shana. Sangat marah.

  • Duda Incaran Shana   153. Mencoba Bertemu

    Suara televisi yang menyala hanya menjadi peramai suasana. Berita menarik yang ditampilkan juga bukan menjadi fokus utama. Wanita di depannya malah duduk meringkuk manja. Memeluk sang Kakak dengan selimut tebal yang menyelimutinya. Awalnya, Erina terkejut dengan kedatangan Shana di rumahnya tadi pagi. Hanya satu kata yang adiknya katakan, tetapi mampu membuat Erina bungkam hingga saat ini. "Aku menggunggat cerai Ndaru." Membuat Erina terpaku selama beberapa detik. Banyak pertanyaan yang ada di kepalanya saat itu. Apa lagi saat ia melihat air mata Shana ikut mengalir. Namun karena itu juga, dia memilih untuk menelan kembali rasa penasarannya. Saat ini mereka berada di ruang tengah, duduk berdua di sofa dengan televisi sebagai penghancur keheningan. Televisi menampilan berita mengenai pemilu serta kasus hangat Nurdin Hasan. Namun Erina tahu, Shana tidak memerhatikannya sama sekali. Pandangannya kosong dengan wajah yang sembab. "Mau teh hangat?" tawar Erina sedikit merenggak

  • Duda Incaran Shana   152. Kejutan Tak Terduga

    Mata tajam itu perlahan terbuka. Membuat cahaya remang langsung menyambutnya. Matanya berkedip teratur untuk menyesuaikan cahaya. Sampai akhirnya senyum tipis muncul ketika kesadaran menyapa. Kepalanya menoleh, melihat sisi sampingnya yang kosong. Tidak ada tanda-tanda Shana di sana. Ndaru kembali menatap langit kamar sebentar. Sampai akhirnya dia mengambil ponselnya untuk melihat jam. Dia kesiangan. Jam sudah menunjukkan pukul sembilan pagi. Melihat itu, rasa kantuk Ndaru langsung menguap. Dia bangkit dan bersandar pada kepala tempat tidur. Sedikit mengusap wajahnya untuk mengusir rasa kantuk. Bangun terlambat adalah hal yang jarang terjadi pada Ndaru karena ia adalah orang yang tepat waktu. Ia memang sengaja mengambil satu hari cuti untuk beristirahat sejenak. Dia sudah mengurus banyak hal yang menguras otak dan tenaga akhir-akhir ini. "Shana?" panggil Ndaru menatap keadaan kamar. Tidak ada jawaban. Ndaru mulai bangkit sambil membuka ponselnya. Ada banyak panggi

  • Duda Incaran Shana   151. Merayakan Kemenangan

    Ndaru sialan! Dalam hati Shana kembali mengumpat. Bagaimana bisa Handaru Atmadjiwo yang terkenal dingin dan tak banyak bicara bisa melakukan hal semanis itu? Tentu saja bisa! Hati Shana yang menjawab pertanyaan dari kepalanya saat ini. Bahkan Shana pernah merasakan hal yang lebih dari ini. Biar bagaimana pun Ndaru adalah seorang pria dewasa. Begitu juga dirinya yang juga wanita dewasa. "Selesai." Lamunan Shana buyar saat mendengar ucapan Ndaru. Dia berbalik melihat beberapa buah yang sudah dipotong oleh pria itu. "Tolong taruh di meja makan aja, Pak. Bapak tunggu di sana, biar saya selesaikan ini." Ndaru menurut. Namun dia tidak duduk di sana, melainkan kembali ke dapur dan menghampiri Shana. "Ada lagi yang bisa saya bantu?" tanyanya tepat di belakang Shana. Membuat wanita itu tersentak karena terkejut. "Nggak ada. Bapak tunggu aja di sana." Shana menolak, lebih tepatnya dia tidak mau kehilangan fokus karena keberadaan Ndaru. Ndaru mengabaikan usiran Shana. Di

  • Duda Incaran Shana   150. Modus

    Langkah beriringan itu mulai memasuki rumah. Entah kenapa rasa rindu itu sangat terasa. Mungkin peristiwa penculikan yang menjadi penyebabnya. Kembali ke rumah seolah menjadi hal yang paling diinginkan Shana. Langkah kaki Shana melambat. Dia menatap keadaan rumah dengan kening berkerut. Suasana sangat hening, tidak ada yang menyambut mereka seperti biasanya. "Kok sepi? Orang-orang ke mana, Pak? Bibi Lasmi di mana?" Shana meletakkan tasnya di atas sofa dan berjalan ke dapur. Bermaksud mencari Bibi Lasmi. "Mereka libur." Ndaru mengikuti Shana ke dapur dan membuka lemari pendingin. Dia meraih air dingin dan menuangkannya ke dalam gelas. "Semua?" Ndaru mengangguk. "Pulang kampung," jelasnya sambil meminum air putihnya. "Mereka harus menggunakan hak suaranya." Shana mengangguk mengerti. Dia berbalik meninggalkan Ndaru dan berlari kecil menaiki tangga. Senyum cerah mulai muncul di wajahnya. Semakin melebar saat melihat pintu kamarnya. Shana membuka pintu itu dan berlari menu

  • Duda Incaran Shana   149. Drama

    Berhadapan dengan kamera memang sudah biasa. Shana sudah sering mengalaminya. Memberikan senyum terbaik yang ia punya. Namun entah kenapa hari ini terasa berbeda. Yang ia rasa malah gemuruh di dada. Di balik bilik suara, sesekali Shana melempar senyum pada wartawan yang meneriakkan namanya. Dari jauh, Shana bisa melihat kerumuman wartawan yang berdiri di balik pagar pembatas. Untuk pertama kalinya Shana muncul di kamera dalam ajang politik. Meski ia membenci politik, tetapi dia harus ingat bahwa dia adalah seorang Atmadjiwo sekarang. Keluarga pembisnis yang mulai menunjukkan eksistensinya di dunia politik. "Sudah?" tanya Ndaru yang berdiri di sampingnya. Pria itu juga tengah memberikan suaranya saat ini. Shana mengangguk setelah selesai melipat kertas suaranya. Uluran tangan Ndaru menyambutnya. Awalnya Shana ragu, tetapi dia tetap menerima uluran tangan itu. Meski sempat kebingungan, Shana mengikuti apa yang Ndaru lakukan. Pria itu berdiri di depan kotak pengumpulan suara dan

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status