Menunggu membuat Ardian merasa gusar sejak tadi. Ayu masih belum berada di rumah sampai matahari tenggelam. Sesekali ia meneguk air di dalam gelas yang ia bawa, rasa khawatir mulai mengusik pikirannya. “Jelas-jelas ia tidak mencintaimu, tapi kenapa kau masih peduli dengannya!” desisnya. Ardian keluar dari kamarnya, ia memilih untuk menunggu Ayu di ruang tamu. Namun, terlihat Sekar datang bersama Siska. "Itu Daddy!" Siska tersenyum bersamaan dengan Sekar. “Sepertinya Ayu tidak di rumah, ini kesempatanku!” Sekar tersenyum kepada Siska seolah mengerti, Siska akhirnya meninggalkan keduanya di ruang tamu. "Apa kabar Mas? Aku senang bisa berjumpa dengan kamu lagi!" Kedua tangannya mulai bermain disekitar tubuh Ardian. Suasana hatinya begitu buruk, rasanya risi sekali ketika Sekar mulai menggodanya. Jemari Sekar mengusap bibir Ardian. Tampak ada gelora hasrat yang membara di hati Sekar. Ardian terdiam, mantan istrinya itu ia biarkan bermain mengecup lehernya. "Hentikan Sekar," pintany
Pagi cerah yang nampak hari ini, membuat suasana hati Ayu menjadi lebih baik. Seragam sekolah yang lama tidak terpakai, kini ia kenakan. Rasa rindunya kepada teman-teman semakin memuncak di dada. Tidak sabar rasanya ia ingin bertemu sapa dengan teman-temannya. Ardian yang sudah siap dengan pakaian kantornya, menghampiri Ayu yang sedang mengikat tali sepatu.“Tidak bisa di percaya jika istriku anak ABG, masih bersekolah, tapi tidak apa hanya beberapa bulan lagi dia akan lulus sekolah!”"Kenapa melamun?" tanya Ayu. "Tidak! Sudah siap, aku akan mengantar kamu!" ucap Ardian yang menggandeng tangan Ayu. Siska yang tengah asik menyantap roti tawarnya, tiba-tiba tangannya gemetar melihat Daddynya menggandeng mesra Ayu.Siska segera menghabiskan roti tawarnya, nampaknya rumah tangga Ayu dan Daddynya akan berjalan baik. “Kenapa sih? Ia selalu merebut semuanya, pertama Randy, cowok yang aku taksir, kedua Daddy, apalagi saat ini Dewangga terus menanyakan kabar Ayu lewat aku!” Ardian mengusap
Siska dan Ayu turun bersama sesampainya mereka tiba di rumah, langkah keduanya terhenti melihat sosok seorang wanita tua, dan pria tua membawa tas besar-besar. "Oma!" panggil Siska, yang berlari memeluk omanya. Ayu hanya tersenyum dan menunggu Ardian datang menghampirinya. "Ibu, Bapak" ucap Ardian tidak percaya. "Hai, apa kabar Nak, cucuku yang cantik ini?" sapa oma Mora."Ah, selamat datang Pak, Bu!" salam Ardian. Ayu pun ikut menyalami kedua orang tua Ardian. "Yuk masuk!" ajak Ardian. "Tunggu, ini siapa?" tanya oma Mora. "Teman aku Oma, keluarganya sedang berlibur, jadi menginap sementara di sini, soalnya sebentar lagi kami ujian!" sambung Sekar. Oma Mora hanya mengangguk dan tersenyum melihat Ayu.Keluarga itu pun masuk ke dalam rumah, Oma dan Opa di antar Siska menuju kamar mereka yang berada di lantai bawah, yakni memakai kamar tamu. Sedangkan Ayu dan Ardian naik bersama ke la
Tatapan nanar Ayu tertuju kepada pria yang berada di samping Sakha, Dika menghubunginya dengan ponsel Sakha dan tidak sengaja menemuinya. Ayu terpaku melihat Dika datang ke rumah Ardian untuk menemuinya. "Assalamualaikum Ayu?" panggil Dika lembut. "Waalaikumsalam, Kak!" ucap Ayu yang merasa tidak sanggup mendengar suara Dika. Tangan Ayu gemetar, hatinya berdegup kencang, niat hati sudah memutuskan untuk melupakan Dika, pria yang pernah mengisi hatinya."Aku meminta bantuan Sakha, untuk menemui kamu, ternyata kamu sehat, kamu terlihat berbeda sekarang, syukurlah, aku bahagia melihat kamu bahagia!" ucap Dika."Maaf, saat ini aku tidak bisa berlama-lama di luar, maaf Kak!" jawab Ayu. "Tunggu, Yu!" panggil Dika kembali. "Ini, aku punya sesuatu untuk kamu, aku mau kamu menyimpannya!"Dika memberikan sebuah bingkisan untuk Ayu, Ayu pun terpaksa menerima pemberian tersebut, karena melihat Sakha yang menganggukkan kepalanya pertanda, agar Ayu harus menerimanya. "Aku tidak akan memaksa ja
Setelah selesai menyuapi Ayu, malam yang dingin membuat Ayu merasa kedinginan, satu selimut tidak bisa membuatnya merasakan kehangatan. "Kamu kenapa Sayang?" tanya Ardian panik. "Dingin Mas!" ucap Ayu yang berbicara dengan bibir mungilnya yang bergetar. Ardian memeluk Ayu, ia menyelimuti tubuh Ayu dan tubuhnya, terlihat Ayu masih menggigil kedinginan. Ardian pun mencari cara agar Ayu tetap bisa hangat bersamanya. Tidak lama, Ardian melucuti pakaiannya, ia juga membuka semua pakaian Ayu sampai tubuh mereka menempel satu sama lain. Ayu merasakan hangat tubuhnya menyentuh kulit Ardian yang berwarna sawo matang, bagian perutnya yang berbentuk kotak membuat Ayu memunculkan hasrat gairah. Ardian memejamkan kedua matanya, ia hanya ingin membantu Ayu tertidur lelap dalam kehangatan tubuhnya. Selang beberapa menit, Ardian merasakan sesuatu yang menyentuh bibirnya lalu turun menyusuri senua bagian yang tidak terlewatkan.Ardian mencoba untuk tidak membalas hasratnya, ia membiarkan istri k
Langit yang cerah menemani Ayu yang sedang duduk di bangku taman di sekolahnya, nasib rumah tangganya sedang tidak baik saat ini. Mencari solusi sepertinya, akan membuat kegaduhan pasalnya teman-temannya tidak ada yang mengetahui kisah rumah tangganya. Pulang ke rumah orang tua, pasti akan membuat satu keluarganya khawatir. 'Seperti ini ya, hirup pikuk permasalahan rumah tangga, apalagi aku masih sangat muda sekali, terkadang aku tidak pernah berpikir resiko yang harus ku jalani, karena semuanya sudah membenciku, dan meninggalkan aku, termasuk suamiku!' Rasa mual yang dialami Ayu perlahan muncul dan menghilang, ia menatap layar ponselnya menanti sang suami yang seharusnya lebih dulu menghubunginya. "Apa, Mas Ardian masih marah?" tanyanya. Tidak lama, komplotan Siska datang, Sintia, Runia mereka tertawa melihat raut wajah Ayu yang terlihat lemas, dan pucat. "Begini nih mayat hidup, cantik-cantik kok sendirian sih, enggak laku ya?" ucap Runia. Ayu malas untuk meladeni teman-teman
Ardian sudah siap memakai jas berwarna coklat, dipadu dengan dasi berwarna hitam, sepatu hitam. Oma Mora memaksa Ardian untuk berpakaian rapih dan elegan, alangkah berat hati Ardian untuk menerima perjodohan yang dilakukan ibunya dan ayahnya, sementara itu pikirannya bercabang ingin mencari tahu bagaimana keadaan Ayu saat ini. "Dimana kamu Ayu? Pulanglah segera," ucapnya lirih. Ardian turun ke lantai dasar, ia mencoba menghubungi ponsel Ayu lagi, namun tetap tidak ada jawaban dari Ayu. "Jangan buat aku khawatir Ayu!" tuturnya dengan gelisah."Semua ini salah aku, aku terlalu memaksakan Ayu untuk mencintaiku!"Ardian tidak tahu harus melakukan apa, bagaimana caranya ia mencari tahu tentang keberadaan Ayu. "Ayo Nak, kita siap-siap, kita harus menyambut besan loh! Jangan pasang wajah murung, harus ceria, kamu kan gagah, tampan, dan keren, jangan buat Ibu kecewa, Ardian!" pinta oma Mora. Ardian menghembuskan napasnya dengan kasar, ia memgenggam erat ponselnya dengan kencang. Oma Mora
Runia membuka sedikit pintu untuk memotret Ayu dengan Ardian yang berada di rumah sakit, ia memiliki rencana sendiri untuk menghancurkan Ayu, karena ia memiliki dendam pribadi kepada Ayu. "Lihat Ayu, aku sendiri yang akan menghancurkan kamu, dua manusia itu ternyata tidak berguna, tapi tidak apa, yang terpenting kamu harus merasa rasa sakit yang aku rasakan karena kamu merebut cinta Kak Dika dari aku!"Runia berhasil mengambil gambar Ayu dengan Ardian, ia juga sudah berhasik mendapatkan video Ayu yang terekam oleh cctv dari ponsel Siska. Dewangga terkejut saat melihat kehadiran Runia yang berada di rumah sakit."Untuk apa dia kesini?" tanya Dewangga. Runia berjalan cepat untuk keluar segera dari rumah sakit, sebelum seseorang mengenalnya, dan rencananya tidak akan berjalan dengan lancar. Dewangga kehilangan jejak Runia, namun seseorang menepuk pundaknya sehingga Dewangga menoleh ke arahnya."Siska!" panggil Dewangga. Siska memberikan isyarat kepada Dewa agar ia tidak menyebut nama