Beranda / Rumah Tangga / Duda Tampan Canduku / 2 Benci yang terasa.

Share

2 Benci yang terasa.

Penulis: Chaerani T
last update Terakhir Diperbarui: 2022-04-07 12:39:32

Ayu lantas berteriak, merasakan seseorang datang meraih tubuhnya.

Seseorang memeluk tubuhnya  dan membawa Ayu sampai terguling untuk menghindari mobil yang ingin menabrak Ayu.

Spontan Ayu meronta, ia memukul tubuh pria yang sudah menolongnya.

"Ayu!" Suara pria itu membuat gadis itu langsung menoleh dan terkejut melihat  kehadiran Dika, guru mengaji Ayu.

"Kak Dika?" desisnya terisak.

Ayu mendorong tubuh Dika, ia mencoba bangkit dan meninggalkan Dika yang terlihat bingung.

Pria itu merasa heran dengan keberadaan Ayu, di jalan raya dalam waktu tengah malam seperti ini. Sehingga muncul banyak pertanyaan dalam benaknya, yang tidak mampu ia ungkapkan.

"Aku antar pulang ya Yu," ajaknya, berlari sedikit menyamai langkah muridnya itu.

Ayu merasa lemas, kakinya sudah tidak kuat untuk berjalan. Dengan sigap ia menopang tubuh Ayu dan menggendongnya lau membawa masuk ke dalam mobilnya.

Karena merasa tidak kuat, Ayu pingsan saat Dika membantunya duduk didalam kursi mobil.

"Ya Allah, kamu kenapa Yu?"

Secepatnya Dika melajukan mobilnya menuju ke rumah Ayu. Prasangka kian menebak di benaknya.  “Apa yang terjadi dengannya?”

Ia pun mengantar Ayu pulang ke rumahnya. Sesampainya, mobil pajero tiba dan terpakir di halaman luar keluarga Sandi. Dika melihat kedua orang tua Ayu, sudah berdiri di teras depan pintu rumah.

Dika membuka pintunya dan menggendong Ayu. Melihat hal itu, lantas membuat kedua orang tua berlari mendekat ke arah Dika.

"Ya Allah Ayu!"

Dika mengantarkan sampai di dalam kamar Ayu. Setelah merebahkan tubuh Ayu, Dika langsung pergi keluar dari kamar diikuti langkah pak Sandi yang mencoba mencecar Dika.

"Apa yang terjadi dengan Ayu? Kenapa dia bisa pingsan?"

"Saya tidak tahu Pak, saya bertemu Ayu dan ia sudah terjatuh pingsan di jalan!"

Dika tidak dapat menjelaskan dengan detail, nyantanya ia menemukan Ayu yang berusaha menghadang mobil truk. Tentu, jika ia bercerita akan membuat Ayu dalam masalah besar.

"Kalau begitu terima kasih ya Dika, saya tidak tahu harus berkata apalagi, karena kamu sering menolong Ayu!" balas Sandi, meski ia sedang menghilangkan rasa curiga kepada Dika.

"Kalau begitu saya permisi!"

Dika pamit untuk pulang, ia merasa tidak percaya dengan apa yang sudah dilihatnya tadi. “Semoga kamu baik-baik saja Yu!”

Dika pergi dengan mengendarai mobilnya.

"Bu, apa dia sedang ada masalah?" tanya Sandi, justeru pertanyaan itu membuat Dewi, ibu kandung Ayu merasa heran.

"Ibu juga tidak tahu Pak, tadi pagi masih baik-baik saja!" balasnya.

Keduanya sibuk dalam pemikiran masing-masing. Jalan satu-satunya, yakni bertanya langsung kepada Ayu,  apa yang membuatnya menjadi aneh seperti ini.

*

Ayu menceracau ketika ia tidur. Justeru jiwanya tengah terluka dan sedang tidak baik-baik saja. Ia bukanlah gadis nakal yang mencoba mencari musuh. Namun, mengapa Tuhan membuatnya hancur seperti ini?

Saat kedua matanya yang terpejam, lalu terbuka. Ia pun ia lega setelah mengamati suasana nyaman di ruang kamarnya.

"Apa aku harus mengatakan semuanya pada Ayah dan Ibu? Tidak ... mereka tidak boleh tahu, tapi bagaimana jika aku hamil?"

Ayu menjambak rambutnya prustasi, ia membuang semua bantal dan selimut ke lantai hingga berserakan. Sampai ia masih terbayang sosok Ardian, pria yang menyentuhnya dan itu membuat Ayu semakin merasa jijik dengan tubuhnya, hingga sesekali ia berteriak histeris.

"Ay, Ayu, Ayu!" Suara berat, membuatnya kaget dan memilih diam, menggerakan kedua tangannya menutupi kedua. telinganya.

"Dek, kamu enggak apa-apa kan? Ay, Ayu, Kakak masuk ya?" tanya Saka lagi, ia cemas akan keadaan sang adik, setelah sang ibu menceritakan kondisi Ayu, semalam.

Pintu yang terkunci, terpaksa harus ia dobrak dengan kencang, sebelum terjadi sesuatu dengan sang adik. Ia terkejut melihat Ayu sedang meringkuk di lantai dan menangis.

"Ayu, kamu kenapa?" Sang kakak mendekati Ayu dan menuntun Ayu, untuk duduk di sofa kamarnya.

Gadis itu menatap manik Saka, berusaha mengumpulkan keberanian untuk mengatakan segalanya.

"Kak, aku tidak mau hidup, aku ingin mati saja!" tuturnya, membuat Saka bingung dengan keadaannya.

"Kamu bicara apa sih Ay? Kamu kenapa?"

"Kak, aku sudah ternodai, aku ... ingin mati saja!"

"Seorang pria sudah menyentuhku, aku sudah tidak suci lagi, Kak!"

Saka menelan salivanya, hatinya merasa pilu. melihat adik kandungnya menangis histeris seperti ini.

"Katakan siapa yang sudah berbuat seperti itu, kepadamu?"

"Ayah Siska, Kak!"

Saka meradang, ia mengepalkan tangannya dan berusaha untuk pergi.

"Jangan Kak, jangan katakan ini pada Ayah dan Ibu!" pinta Ayu.

"Ay, mereka harus tahu, masa depan kamu sudah dirusak oleh orang itu, dia harus bertanggung jawab atas semua yang ia lakukan padamu"

Saka meninggalkan Ayu yang masih berteriak histeris, Ayu mencoba menghentikan Saka namun Saka sudah pergi menjauh.

“Pria jalang, bisa-bisanya ia merusak hidup Ayu! Pria itu harus kuberi pelajaran!”

Saka mengenal Ardian, Ardian sendiri terkenal sebagai seorang pengusaha yang sukses. Saka pernah bekerja sama dengan Ardian beberapa tahun yang lalu dalam mengelola bisnis sang teman.

Saat ini ia melajukan mobilnya menuju kantor di mana Ardian sedang  bekerja. Setelah sampai, Saka berlari masuk ke dalam kantor dan berteriak memanggil nama Ardian sehingga membuat banyak pegawai yang ikut panik.

"Dimana Ardian?" tanya Saka pada seseorang pria.

"Pak Ardian belum datang Pak! Tolong jangan buat keributan ya Pak, kami sedang bekerja!"

Ardian masuk ke dalam menyapa para pegawainya, langkahnya terhenti melihat, Saka seseorang yang ia kenal, datang menghampirinya

Saka meraih kerah baju milik Ardian, terlihat tatapan tajam Saka yang memandang wajah Ardian.

Satu pukulan di wajah Ardian membuat Ardian tersungkur, beberapa pegawai menahan Saka yang masih ingin melampiaskan kekesalannya.

"Orang ini! Dia yang sudah membuat hidup adik saya hancur, masa depannya hancur, karena pria ini adik saya berniat untuk bunuh diri!" teriaknya begitu murka.

"Kita bisa bicara di ruangan saya, tolong tenangkan diri kamu!" pinta Ardian baik-baik.

"Saat ini saya tidak bisa tenang , saya butuh penjelasan apa maksud kamu ingin merusak hidup adik saya?"

"Saka, saya benar-benar minta maaf, saya tidak tahu jika ada adikmu yang sedang tertidur, di saat itu saya dalam keadaan mabuk, dan maafkan saya terlanjur melakukannya!"

Saka menjadi lebih murka, satu pukulan akhirnya mendarat di wajah Ardian, yang tersungkur dihadapan para pegawainya.

"Malam ini juga kamu harus datang kerumah! Katakan yang sejujurnya kepada orang tua kami, dan kamu harus menikahi Adikku! Kamu yang berbuat, kamu juga harus bertanggung jawab. Kalau memang kamu tidak datang malamini, dengan senang hati saya akan membawa kasus ini menuju jalur hukum!" ucapnya dan berlalu pergi.

*

Rasa bersalah masih membuatnya terus bersikap uring-uringan. Ia takut untuk menghadapi semuanya sendirian. Ia tidak mau dibenci oleh keluarganya. Ia juga tidak sanggup di bully oleh teman satu sekolahnya.

“Baiklah, jalan satu-satunya adalah aku harus pergi selamanya dari dunia ini!”

Langkahnya terus bergerak sampai ia berdiri menghadap balkon dan melihat kebawah, menyiapkan hati untuk melompat dari lantai tiga rumahnya. Suasana rumah sedang sunyi, ia tidak bisa membuang waktu. “Lebih baik aku lompat sekarang!”

Satu kaki kanan terangkat, disusul Ayu menggerakkan kaki kirinya. Kedua tangannya mencoba untuk dilepaskan. Ia berharap setelah menutup mata, ia sudah berada di tempat yang berbeda.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Duda Tampan Canduku    Bab 64 Kebahagiaan Kita

    Semua sudah dipersiapkan dengan baik oleh Ardian dan Ayu. Acara ijab kabul akan dilakukan satu jam lagi. Rumah impian Siska menjadi tempat sakral di mana dua sejoli akan berjanji untuk saling menemani dan merawat cinta mereka. Senyum sumringah merekah di hati Siska dan Ayu.Namun, di balik kamar sang pengantin perempuan. Ada kegelisahan yang menghantui sejak malam. Hari ini pernikahannya dengan Satya akan dilakukan, ia memandang dirinya di hadapan cermin rias yang begitu besar, tampak bayangan pria masa lalunya terus mengancam.Sekar menangis tidak tahan lagi untuk menanggung semua derita. Semalam seseorang menerornya dengan melempari rumahnya dengan surat kaleng. Entah siapa pengirimnya, namun isi surat itu terus membuatnya gelisah."Mah, kenapa belum mengganti pakaian? Mamah nangis?" Siska menjadi panik melihat keadaan Sekar yang tampak kacau balau.Kedua netranya menatap sesuatu yang tergeletak di lantai. Siska mengambil surat itu dan membacanya. Ia benar-benar tidak menyangka jika

  • Duda Tampan Canduku    Bab 63 Pengakuan Cinta

    "Boleh saya memperkenalkan diri saya Pak?" Roman masuk ke dalam rumah seorang pria yang berkerja sebagai supir pribadi Aldian."Kamu siapa ya? Ada perlu dengan saya?" Pria dihadapan Roman ini terlihat khawatir, sebab ia tidak mengenal sama sekali pria berbadan tegap yang sudah duduk di sofa ruang tamunya."Langsung saja ke intinya, saya dengar Bapak akan menikah dengan wanita yang tinggal di sebelah rumah ini? Betul?""Siapa sebenarnya kamu? Kenapa kamu bisa tahu tentang rencana saya?""Saya Roman, teman dari anak Bu Sekar. Sudah satu minggu ini saya mencari keberadaan beliau! Saya hanya ingin membantu anak dari ibu Sekar ini, karena ia benar-benar merindukan ibunya!""Jadi kamu teman anak Sekar? Alhamdulillah, saya sempat berpikir yang tidak-tidak sama kamu!""Maaf jika membuat anda sedikit cemas!" Roman tersenyum kecil, ia melihat jelas jika pria dihadapannya ini terlihat baik dan ramah."Lalu apa yang harus saya lakukan?"Roman tersenyum senang mendengar pria berkacamata itu langsu

  • Duda Tampan Canduku    Bab 62 Gelisah

    "Roman, tolong tinggalkan kami!" Ardian masih menatap tajam ke arah Aldi, dan terlihat masih mencoba menahan emosi.Roman hanya mengangguk dan pergi meninggalkan keduanya. "Lama tidak berjumpa Ardian, oh kemarin kita hanya berjumpa sebentar di bandara!""Jadi, kau ingin mencari seseorang!" Ardian menatap mantan sahabatnya itu dengan raut wajah tidak suka. "Kau memang sahabatku, karena kau lebih lama mengenalku!""Sahabat? Itu masa lalu, dan satu lagi jika kau datang hanya ingin mengatas namakan sahabat atau teman lama, sebaiknya cepat pergi dari rumahku!"Mendengar itu Aldi menelan salivanya, dan bergegas merubah sikap serius terhadap Ardian. "Baiklah, aku berjanji tidak akan basa-basi! Kedatanganku kesini, aku hanya ingin tahu di mana anakku!""Kau merasa memiliki seorang anak?" Ardian tertawa kecil mendengar tujuan Aldi datang menemuinya. "Ardian, kemarin kau bilang jika Sekar mengandung anakku, itu benar atau tidak?""Kau sudah lupa tentang masa lalumu?""Hey! Jangan buat aku b

  • Duda Tampan Canduku    Bab 61 Dimana Anakku

    Satya tersenyum saat Sekar sudah kembali sadar. Wanita itu menjadi bingung melihat keberadaanya di rumah sakit. "Aku di mana?" Selang darahnya masih terpasang pada lengannya. "Kau, mengapa kau malah menolongku! Asal kamu tahu, aku ingin mati! Aku tidak ingin hidup, tidak ada yang mengharapkanku! Kenapa lagi-lagi kau membantuku!" Wanita itu meronta-ronta kepada Satya, berusaha mencabut selang transfusinya. "Sadar Sekar! Apa bagusnya kamu menginginkan kematian? Nyatanya Tuhan memberimu kesempatan, semua manusia di takdirkan mati Sekar!""Tapi kenapa Tuhan tidak mengabulkan doaku, jika semua manusia di takdirkan mati!""Belum waktumu! Tuhan menyayangimu, dia ingin kamu bertaubat!""Untuk apa? Semua yang menyayangiku sudah pergi dan melupakan aku!""Kita tidak pernah tahu rencana Tuhan, hari ini kamu harus bisa membuktikan akan ada kebahagiaan untukmu!"Sekar terdiam, Satya menghapus air matanya perlahan. "Kenapa? Kenapa kau mau menolongku?""Karena aku peduli kepadamu!"Satya tersen

  • Duda Tampan Canduku    Bab 60 Luka Hati Sekar

    Langkah Sekar berhenti di kediaman Ardian, ia hanya bisa melihat betapa mewahnya rumah Ardian. Sungguh banyak sekali dosa yang telah ia lakukan pada pria itu. Dosa besar, menghianati cinta dan pernikahannya, juga mengandung anak perempuan yang nyatanya bukan anak biologis Ardian. Dadanya terasa sesak, ia melepas rompi yang di pakainya, jika dilihat semua yang pernah hadir dalam hidupnya kini perlahan meninggalkannya. Wanita ini menangis tersedu, ia mengingat semua memori cinta dan kasih sayang Ardian. Sikap acuh tak acuhnya kepada Siska, dan bodohnya lagi, ia tertipu akan investasi bodong yang sudah mengkuras seluruh aset miliknya. Hanya mobil ini satu-satunya harta Sekar untuk menghidupi kebutuhannya sehari-hari sebagai supir ojek online. "Ya Tuhan, aku kehilangan semua yang menyayangiku, aku terlalu tergiur harta dan kehidupan mewah yang tidak ada artinya, harus dengan siapa lagi aku mengadu! Aku sudah tidak bisa mengharapkan Ardian, apalagi Siska dia sudah bahagia dengan keluarga

  • Duda Tampan Canduku    Bab 59 Cinta Keluarga Bahagia

    Ardian berjalan tergesa-gesa mencari ruangan di mana Ayu di rawat. Siska melihat Roman tengah duduk menatap lurus dinding putih yang ada dihadapannya. Senyum Siska merekah setelah melihat pria itu. "Bagaimana keadaan istriku?" "Dokter belum keluar, tolong tunggu sebentar Bang!" Roman melirik ke arah Siska, yang terlihat terdiam. Ardian menjadi resah, kenapa begitu lama sekali Dokter memeriksa istrinya. "Kau sudah kembali? Bagaimana kabarmu? Roman memberanikan diri untuk bertanya kepada Siska, hatinya sungguh tidak karuan sedari tadi, ragu untuk mulai berbicara dengan Siska. "Aku baik Paman, Oh ya, aku ada sesuatu untuk Paman!" Roman mengerutkan keningnya, melihat Siska tengah sibuk mencari sesuatu yang berada di dalam tasnya. "Ini Paman, oleh-oleh dariku!" "Sarung?" "Ya, itu sarung batik dari Pekalongan, aku pas melihat itu teringat Paman, jadi aku beli saja!" Roman menjadi salah tingkah saat Siska mengatakan mengingat dirinya. Dan di saat yang bersamaan Ardia

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status