Kepulangannya dari kota Bali, Siska sengaja mengajak sang ibunda untuk kembali. Niat dari lubuk hatinya adalah menyatukan kembali ayah dan sang ibunda yang sudah lama sekali berpisah sejak dirinya dilahirkan.
Alasan mengapa mereka bercerai, Ardian tidak mau membahas, apalagi menceritakan pada anak perempuannya itu.Sambil bergandengan tangan Sekar kembali mengingat memori bersama selama menikah dengan Ardian."Mah! Mamah tunggu disini ya, pasti Daddy terkejut kalau Mamah datang dan kembali lagi bersama aku juga Daddy," tuturnya, terlihat nampak raut wajah bahagia dari Siska.Sekar hanya tersenyum dan mengangguk, Sambil mengenang rumah lamanya, ia pun menunggu Siska dan meraih majalah yang tergeletak di meja ruang tamu.Sementara itu Siska berlari kecil menuju kamar Ardian, bajunya sedikit basah karena harus terkena tetesan air hujan sesaat dirinya keluar dari dalam mobil taksi.Siska membuka pintu kamar sang ayah yang berada di lantai dua. Rumah ini begitu sunyi, sampai ia berteriak pun tidak ada jawaban dari Ardian."Di mana Daddy?" tanyanya gelisah.Suara mobil terdengar masuk ke dalam halaman rumah. Siska bernapas lega, ternyata Daddy-nya datang pada waktu yang tepat.Langkahnya semakin riang, untuk menyambut kedatangan Ardian. Namun, alangkah terkejutnya, sang ayah membawa seorang wanita masuk ke dalam tanpa menyapa dirinya dan tidak mengindahkan kehadiran Sekar yang berdiri terpaku melihat pemandangan yang terjadi.“Siapa wanita tadi?”Ia tidak bisa menangkap jelas wajah wanita yang bersama ayahnya. Tanpa berpikir lama, ia langsung mengambil langkah besar untuk menyusul sang Daddy."Biarkan Siska," ucap Sekar."Tapi Mah? Daddy membawa wanita lain ke rumah ini, dan Daddy tidak melihat Mamah!""Kamu bisa bertanya nanti, kita tunggu Daddy-mu untuk menjelaskan ini semua!" Sekar memilih untuk bersabar mencari tahu siapa wanita yang bersama sang mantan suaminya.Siska yang merasa kesal, pergi meninggalkan Sekar sendirian di ruang tamu. Hujan masih belum reda sejak kedatangannya.Suasana hati dalam benak dua wanita ini penuh dengan pertanyaan. Sekar tidak mau merusak pertemuannya dengan Ardian. Entah dengan siapa sang mantan berhubungan, tentu ia akan merebut kembali Ardian."Mah, aku mau Mamah sama Daddy itu bisa bersama lagi, selama aku tumbuh tidak pernah sekalipun kita pergi bersama, Mamah selalu sibuk dengan urusan di luar, begitu pun Daddy!"Anak gadisnya berkeluh kesah tentang hidup yang tengah dirasakannya. Ada sedikit rasa bersalah dari lubuk hati Sekar."Kami semua bekerja demi kehidupan kamu juga! Percayalah, Daddy pasti masih mencintai Mamah!"Siska menghela napas, rasa jengkel menguasai benaknya.Sekar terkejut setelah mendapatkan pesan dari rekan bisnisnya."Sayang, Mamah minta maaf ya, hari ini Mamah harus pergi mengurusi pekerjaan Mamah," ucap Sekar lembut.Siska menggelengkan kepalanya dengan terpaksa. Entah bagaimana caranya Sekar bisa bersatu kembali dengan Daddynya."Mah, tapi Mamah janji kan, akan rujuk lagi sama Daddy, janji kan Mah?" tanya Siska."Kita lihat nanti ya, pokoknya kalau kamu perlu sesuatu kamu bisa bilang Mamah. Semua barang yang kamu suka, kamu mau beli apa, tinggal bilang saja!""Aku cuma ingin Mamah kembali dan kita bisa menjadi keluarga seperti dulu lagi!" Ucapan Siska membuat hati Sekar sedikit bergetar.Sekar memeluk anak gadisnya, dan membatalkan niatnya untuk bertemu Ardian. Baginya urusan pekerjaannya lebih penting saat ini.Ia terdiam memandang jauh punggung sang ibunda. Menyatukan kembali hubungan kedua orang tuanya begitu tidak mudah."Siska, darimana saja kamu Nak? Daddy khawatir!" teriak Ardian yang membuat Siska tersadar dari lamunannya.Siska tersenyum tipis, ia memandang bengis pada Ayahnya."Ada apa Siska? Kenapa kamu tidak mau memeluk Daddy?" tanya Ardian dengan kedua tangan yang menjulur terangkat"Apa Daddy selingkuh? Jawab pertanyaan aku?" bentaknya.Ardian menggarukkan kepalanya, ia tidak mengerti maksud perkataan Siska."Selingkuh? Daddy tidak selingkuh, kamu kan tahu hampir delapan tahun, Daddy dan Mamahmu sudah resmi bercerai!""Aku tahu Daddy dan Mamah sudah bercerai, tapi apa Daddy lupa dengan janji Daddy, yang akan setia dan menunggu ....""Berhenti Siska, itu semua hanya masa lalu, dan Daddy berusaha untuk melupakan itu!"Kenyataannya Ardian tidak bisa mengelak, selama ini ia memang mengharapkan Sekar dapat kembali, namun nyatanya Sekar benar-benar tidak kembali.Siska berlari ke lantai atas, dan tentu membuat Ardian kalang kabut melihat hal itu.Wanita itu harus segera angkat kaki, tidak ada tempat bagi wanita lain selain Sekar untuk Ardian. Napasnya tersengal, sambil membuka pelan daun pintu. Ia masuk perlahan mencari sosok wanita itu.Kedua matanya tertuju pada seseuatu di atas ranjang Ardian. Senyum Siska terbit, karena ia merasa yakin jika wanita itu berada di atas ranjang."Sial!" ucapnya mengetahui hanya bantal yang tertutupi oleh selimut.Wajahnya begitu memerah, ia tidak bisa meredam emosinya. Ia harus segera mencari di tempat lain."Hallo Siska? Masih mengingatku?" tanya Ayu.Mendengar suara Ayu, Siska segera menoleh ke asal suara tersebut. Jantungnya serasa berhenti sejenak, melihat bagaimana Ayu bisa berdiri di kamar ayahnya."Kenapa? Kamu lupa denganku?" Ayu berjalan mendekati Siska."Buat apa kamu disini?" tanya Siska tergagap."Oh ya? Aku disini sebagai istri sah Ardian, ayah kamu!"Mendengar kalimat itu, Siska merasakan kedua kakinya begitu lemas, sehingga ia terduduk di lantai. Tanganya mulai gemetar, apa yang ia pikirkan, benar-benar sudah terjadi."Apa kau ingin balas dendam?" tanya Siska."Hem! Balas dendam? Lebih tepatnya Ya, membalaskan semuanya kepadamu!" jawab Ayu senang."Pergi! Angkat kaki, ini bukanlah rumahmu!" jerit Siska."Dan kau bukan Tuan rumah ini, Siska! Seharusnya kau berpikir lebih jauh, setelah menjebakku, apa yang akan terjadi denganku, hidupku, masa depanku? Juga anak Ardian ini?""Anak?" tanya Siska tidak percaya."Seharusnya kamu menyambutku dengan wajah penuh senyuman Siska, karena aku adalah istri Ayahmu!"Semua sudah dipersiapkan dengan baik oleh Ardian dan Ayu. Acara ijab kabul akan dilakukan satu jam lagi. Rumah impian Siska menjadi tempat sakral di mana dua sejoli akan berjanji untuk saling menemani dan merawat cinta mereka. Senyum sumringah merekah di hati Siska dan Ayu.Namun, di balik kamar sang pengantin perempuan. Ada kegelisahan yang menghantui sejak malam. Hari ini pernikahannya dengan Satya akan dilakukan, ia memandang dirinya di hadapan cermin rias yang begitu besar, tampak bayangan pria masa lalunya terus mengancam.Sekar menangis tidak tahan lagi untuk menanggung semua derita. Semalam seseorang menerornya dengan melempari rumahnya dengan surat kaleng. Entah siapa pengirimnya, namun isi surat itu terus membuatnya gelisah."Mah, kenapa belum mengganti pakaian? Mamah nangis?" Siska menjadi panik melihat keadaan Sekar yang tampak kacau balau.Kedua netranya menatap sesuatu yang tergeletak di lantai. Siska mengambil surat itu dan membacanya. Ia benar-benar tidak menyangka jika
"Boleh saya memperkenalkan diri saya Pak?" Roman masuk ke dalam rumah seorang pria yang berkerja sebagai supir pribadi Aldian."Kamu siapa ya? Ada perlu dengan saya?" Pria dihadapan Roman ini terlihat khawatir, sebab ia tidak mengenal sama sekali pria berbadan tegap yang sudah duduk di sofa ruang tamunya."Langsung saja ke intinya, saya dengar Bapak akan menikah dengan wanita yang tinggal di sebelah rumah ini? Betul?""Siapa sebenarnya kamu? Kenapa kamu bisa tahu tentang rencana saya?""Saya Roman, teman dari anak Bu Sekar. Sudah satu minggu ini saya mencari keberadaan beliau! Saya hanya ingin membantu anak dari ibu Sekar ini, karena ia benar-benar merindukan ibunya!""Jadi kamu teman anak Sekar? Alhamdulillah, saya sempat berpikir yang tidak-tidak sama kamu!""Maaf jika membuat anda sedikit cemas!" Roman tersenyum kecil, ia melihat jelas jika pria dihadapannya ini terlihat baik dan ramah."Lalu apa yang harus saya lakukan?"Roman tersenyum senang mendengar pria berkacamata itu langsu
"Roman, tolong tinggalkan kami!" Ardian masih menatap tajam ke arah Aldi, dan terlihat masih mencoba menahan emosi.Roman hanya mengangguk dan pergi meninggalkan keduanya. "Lama tidak berjumpa Ardian, oh kemarin kita hanya berjumpa sebentar di bandara!""Jadi, kau ingin mencari seseorang!" Ardian menatap mantan sahabatnya itu dengan raut wajah tidak suka. "Kau memang sahabatku, karena kau lebih lama mengenalku!""Sahabat? Itu masa lalu, dan satu lagi jika kau datang hanya ingin mengatas namakan sahabat atau teman lama, sebaiknya cepat pergi dari rumahku!"Mendengar itu Aldi menelan salivanya, dan bergegas merubah sikap serius terhadap Ardian. "Baiklah, aku berjanji tidak akan basa-basi! Kedatanganku kesini, aku hanya ingin tahu di mana anakku!""Kau merasa memiliki seorang anak?" Ardian tertawa kecil mendengar tujuan Aldi datang menemuinya. "Ardian, kemarin kau bilang jika Sekar mengandung anakku, itu benar atau tidak?""Kau sudah lupa tentang masa lalumu?""Hey! Jangan buat aku b
Satya tersenyum saat Sekar sudah kembali sadar. Wanita itu menjadi bingung melihat keberadaanya di rumah sakit. "Aku di mana?" Selang darahnya masih terpasang pada lengannya. "Kau, mengapa kau malah menolongku! Asal kamu tahu, aku ingin mati! Aku tidak ingin hidup, tidak ada yang mengharapkanku! Kenapa lagi-lagi kau membantuku!" Wanita itu meronta-ronta kepada Satya, berusaha mencabut selang transfusinya. "Sadar Sekar! Apa bagusnya kamu menginginkan kematian? Nyatanya Tuhan memberimu kesempatan, semua manusia di takdirkan mati Sekar!""Tapi kenapa Tuhan tidak mengabulkan doaku, jika semua manusia di takdirkan mati!""Belum waktumu! Tuhan menyayangimu, dia ingin kamu bertaubat!""Untuk apa? Semua yang menyayangiku sudah pergi dan melupakan aku!""Kita tidak pernah tahu rencana Tuhan, hari ini kamu harus bisa membuktikan akan ada kebahagiaan untukmu!"Sekar terdiam, Satya menghapus air matanya perlahan. "Kenapa? Kenapa kau mau menolongku?""Karena aku peduli kepadamu!"Satya tersen
Langkah Sekar berhenti di kediaman Ardian, ia hanya bisa melihat betapa mewahnya rumah Ardian. Sungguh banyak sekali dosa yang telah ia lakukan pada pria itu. Dosa besar, menghianati cinta dan pernikahannya, juga mengandung anak perempuan yang nyatanya bukan anak biologis Ardian. Dadanya terasa sesak, ia melepas rompi yang di pakainya, jika dilihat semua yang pernah hadir dalam hidupnya kini perlahan meninggalkannya. Wanita ini menangis tersedu, ia mengingat semua memori cinta dan kasih sayang Ardian. Sikap acuh tak acuhnya kepada Siska, dan bodohnya lagi, ia tertipu akan investasi bodong yang sudah mengkuras seluruh aset miliknya. Hanya mobil ini satu-satunya harta Sekar untuk menghidupi kebutuhannya sehari-hari sebagai supir ojek online. "Ya Tuhan, aku kehilangan semua yang menyayangiku, aku terlalu tergiur harta dan kehidupan mewah yang tidak ada artinya, harus dengan siapa lagi aku mengadu! Aku sudah tidak bisa mengharapkan Ardian, apalagi Siska dia sudah bahagia dengan keluarga
Ardian berjalan tergesa-gesa mencari ruangan di mana Ayu di rawat. Siska melihat Roman tengah duduk menatap lurus dinding putih yang ada dihadapannya. Senyum Siska merekah setelah melihat pria itu. "Bagaimana keadaan istriku?" "Dokter belum keluar, tolong tunggu sebentar Bang!" Roman melirik ke arah Siska, yang terlihat terdiam. Ardian menjadi resah, kenapa begitu lama sekali Dokter memeriksa istrinya. "Kau sudah kembali? Bagaimana kabarmu? Roman memberanikan diri untuk bertanya kepada Siska, hatinya sungguh tidak karuan sedari tadi, ragu untuk mulai berbicara dengan Siska. "Aku baik Paman, Oh ya, aku ada sesuatu untuk Paman!" Roman mengerutkan keningnya, melihat Siska tengah sibuk mencari sesuatu yang berada di dalam tasnya. "Ini Paman, oleh-oleh dariku!" "Sarung?" "Ya, itu sarung batik dari Pekalongan, aku pas melihat itu teringat Paman, jadi aku beli saja!" Roman menjadi salah tingkah saat Siska mengatakan mengingat dirinya. Dan di saat yang bersamaan Ardia