Share

8 Jatuh Hati

Author: Chaerani T
last update Last Updated: 2022-05-05 02:33:55

Setelah melakukan prosesi yang begitu sederhana, Ardian dan Ayu pamit untuk pergi dari rumah, mengingat mereka sudah menjadi sepasang suami-istri yang sah. 

Tangisan Dewi pecah, bagian ini menjadi hal terberat untuknya. Hati kecilnya belum bisa menerima semuanya secara ikhlas. Tentu ia masih merasa khawatir, gadis kecilnya itu belum cukup umur untuk mengarungi kehidupan rumah tangga. 

"Jangan menangis Bu, Ayu tidak pergi jauh, Ayu masih di sekitar Jakarta, kalau ada waktu Ayu akan bermain ke sini!"

Senyum yang terbit dari sang putri menguatkan hati sang ibu. Ayu mengusap air mata yang sudah luruh membasahi wajah Dewi. Kenangan bersama sejak dulu seakan menjadi kisah yang tidak bisa dilupakan sampai kapan pun. 

"Ibu akan merindukan kamu, Nak! Sehat-sehat ya Sayang. Kamu harus kuat Nak, rumah tangga itu tidak mudah seperti jalan yang lurus, kalian harus bisa melewati segalanya bersama. Jangan egois dalam menghadapi masalah. Ingat Nak, jangan Jangan bersikap buruk pada suamimu, sekarang Ardian adalah imam-mu bersikap baik padanya. Jangan lupakan Ibu ya, sering datang ke rumah ya."

Dewi memeluk erat putrinya, rasa sesak di dadanya perlahan menghilang. Bagaimana pun, ia akan merasakan kejadian ini. Melepaskan buah hatinya untuk melanjutkan hidup, membangun kehidupan bersama pasangannya. 

"Kami pamit, assalamualaikum!" ucap Ardian. 

Terasa berat ketika melangkah pergi meninggalkan keluarganya. Ia pun tidak mau meneteskan air matanya di depan kedua orang tuanya juga kakaknya. 

Keduanya menaiki mobil, Ayu hanya tersenyum dan melambaikan tangannya kepada keluarganya. 

“Maafkan aku Ayu, jika aku harus memisahkan kamu dengan keluargamu!” 

Ardian mulai melajukan mobilnya, lelaki itu tahu bagaimana perasaan yang tengah dirasakan Ayu. 

Ardian meraih jemari Ayu, lalu mengecupnya. Spontan ia menarik kembali tangannya, berusaha menjaga jarak dengan suaminya. 

"Ada apa?" tanya Ardian. 

"Tidak! Aku hanya terkejut!"

"Sudah halal, tentu aku bisa melakukan itu kapan saja bukan?" tanyanya. 

"Melakukan hal?"

Sesaat ia terdiam, dan menoleh ke arah suaminya, dan Ardian hanya menampakkan senyum nakal kepadanya. 

"Bisakah kau bersikap sopan di depan-ku?" Nada suaranya mulai tinggi. 

"Maksudku, aku bisa bergandengan tangan denganmu, melakukan kegiatan bersama selama di rumah. Bukankah aku sudah bersikap sopan di depan keluargamu? Apa kau masih belum yakin dengan hubungan ini?!" tanyanya lagi. 

"Ah ..., itu. Aku butuh waktu, tidak mungkin aku langsung jatuh cinta padamu."

"Ya, aku paham! Aku akan berdoa semoga kau bisa membuka hati untuk orang sepertiku," balasnya. 

Namun tampak kilatan kedua matanya yang   masih berair. 

"Jangan bersedih Ayu, seminggu sekali kamu bisa mengunjungi keluargamu, aku tidak memisahkan kamu dengan keluarga-mu!"

Mendengar itu, tanpa sadar ia mengangguk.  Ia memilih membuka handpone-nya, berselancar di sosial media. Nampak sesekali ia mengukir senyum, sesuatu tengah menghiburnya lewat video lucu. 

Sebuah pesan masuk tertera di layar, pesan seseorang yang masih menjadi penguasa hatinya. 

[Bagaimana kabarmu? Bisakah kita bertemu?] 

Berat untuknya mencoba membalas salam sapa yang selalu ia nantikan. 

[Maaf, aku sudah pergi menuju rumah suamiku!] 

[Jaga dirimu! Aku mencintaimu!] 

Jemarinya terus bergerak mengetik di layar ponsel namun, suara hatinya merasa berat untuk kembali membalas pesan pujaan hatinya. 

Tak kuat lagi menahan sesak dan sakit di dada. Ia menangis tersedu, dan pilu. 

"Ayu, tenanglah, ada aku disini!" bisik Ardian, ia berhenti sejenak untuk menenangkan istri kecilnya itu. 

Tanpa sadar Ayu memeluk Ardian, menumpahkan segala apa yang ia rasakan saat ini. Kedua tangannya memeluk erat, sehingga Ardian merasakan sesuatu berdesir di hatinya. 

Ardian mengecup kening Ayu. Pandangannya tertuju pada handphone yang menyala. Dalam hati ia membacanya. 

"Maaf," ucapnya. 

Ardian menghela napasnya, ia membalas pelukan Ayu dengan erat. Entah bagaimana, saat ini ia tidak ingin melepaskan pelukannya. Aroma wangi pada Ayu, mampu membuatnya tergoda untuk menyentuhnya.

"Ayu bolehkah aku memintanya?" tanyanya. 

Tidak ada jawaban, akhirnya Ardian melepaskan pelukannya, dan tersenyum kecil melihat Ayu sudah lelap dalam tidurnya. 

Kedua matanya terus menatap wajah Ayu. 

"Cantik," ucapnya. 

Jemarinya bergerak membelai rambut wanitanya, dari atas sampai menyentuh bibir merah merona yang sudah mulai menggodanya.

"Ayu," bisiknya lalu memejamkan kedua matanya memberi sentuhan manis pada istrinya. 

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Duda Tampan Canduku    Bab 64 Kebahagiaan Kita

    Semua sudah dipersiapkan dengan baik oleh Ardian dan Ayu. Acara ijab kabul akan dilakukan satu jam lagi. Rumah impian Siska menjadi tempat sakral di mana dua sejoli akan berjanji untuk saling menemani dan merawat cinta mereka. Senyum sumringah merekah di hati Siska dan Ayu.Namun, di balik kamar sang pengantin perempuan. Ada kegelisahan yang menghantui sejak malam. Hari ini pernikahannya dengan Satya akan dilakukan, ia memandang dirinya di hadapan cermin rias yang begitu besar, tampak bayangan pria masa lalunya terus mengancam.Sekar menangis tidak tahan lagi untuk menanggung semua derita. Semalam seseorang menerornya dengan melempari rumahnya dengan surat kaleng. Entah siapa pengirimnya, namun isi surat itu terus membuatnya gelisah."Mah, kenapa belum mengganti pakaian? Mamah nangis?" Siska menjadi panik melihat keadaan Sekar yang tampak kacau balau.Kedua netranya menatap sesuatu yang tergeletak di lantai. Siska mengambil surat itu dan membacanya. Ia benar-benar tidak menyangka jika

  • Duda Tampan Canduku    Bab 63 Pengakuan Cinta

    "Boleh saya memperkenalkan diri saya Pak?" Roman masuk ke dalam rumah seorang pria yang berkerja sebagai supir pribadi Aldian."Kamu siapa ya? Ada perlu dengan saya?" Pria dihadapan Roman ini terlihat khawatir, sebab ia tidak mengenal sama sekali pria berbadan tegap yang sudah duduk di sofa ruang tamunya."Langsung saja ke intinya, saya dengar Bapak akan menikah dengan wanita yang tinggal di sebelah rumah ini? Betul?""Siapa sebenarnya kamu? Kenapa kamu bisa tahu tentang rencana saya?""Saya Roman, teman dari anak Bu Sekar. Sudah satu minggu ini saya mencari keberadaan beliau! Saya hanya ingin membantu anak dari ibu Sekar ini, karena ia benar-benar merindukan ibunya!""Jadi kamu teman anak Sekar? Alhamdulillah, saya sempat berpikir yang tidak-tidak sama kamu!""Maaf jika membuat anda sedikit cemas!" Roman tersenyum kecil, ia melihat jelas jika pria dihadapannya ini terlihat baik dan ramah."Lalu apa yang harus saya lakukan?"Roman tersenyum senang mendengar pria berkacamata itu langsu

  • Duda Tampan Canduku    Bab 62 Gelisah

    "Roman, tolong tinggalkan kami!" Ardian masih menatap tajam ke arah Aldi, dan terlihat masih mencoba menahan emosi.Roman hanya mengangguk dan pergi meninggalkan keduanya. "Lama tidak berjumpa Ardian, oh kemarin kita hanya berjumpa sebentar di bandara!""Jadi, kau ingin mencari seseorang!" Ardian menatap mantan sahabatnya itu dengan raut wajah tidak suka. "Kau memang sahabatku, karena kau lebih lama mengenalku!""Sahabat? Itu masa lalu, dan satu lagi jika kau datang hanya ingin mengatas namakan sahabat atau teman lama, sebaiknya cepat pergi dari rumahku!"Mendengar itu Aldi menelan salivanya, dan bergegas merubah sikap serius terhadap Ardian. "Baiklah, aku berjanji tidak akan basa-basi! Kedatanganku kesini, aku hanya ingin tahu di mana anakku!""Kau merasa memiliki seorang anak?" Ardian tertawa kecil mendengar tujuan Aldi datang menemuinya. "Ardian, kemarin kau bilang jika Sekar mengandung anakku, itu benar atau tidak?""Kau sudah lupa tentang masa lalumu?""Hey! Jangan buat aku b

  • Duda Tampan Canduku    Bab 61 Dimana Anakku

    Satya tersenyum saat Sekar sudah kembali sadar. Wanita itu menjadi bingung melihat keberadaanya di rumah sakit. "Aku di mana?" Selang darahnya masih terpasang pada lengannya. "Kau, mengapa kau malah menolongku! Asal kamu tahu, aku ingin mati! Aku tidak ingin hidup, tidak ada yang mengharapkanku! Kenapa lagi-lagi kau membantuku!" Wanita itu meronta-ronta kepada Satya, berusaha mencabut selang transfusinya. "Sadar Sekar! Apa bagusnya kamu menginginkan kematian? Nyatanya Tuhan memberimu kesempatan, semua manusia di takdirkan mati Sekar!""Tapi kenapa Tuhan tidak mengabulkan doaku, jika semua manusia di takdirkan mati!""Belum waktumu! Tuhan menyayangimu, dia ingin kamu bertaubat!""Untuk apa? Semua yang menyayangiku sudah pergi dan melupakan aku!""Kita tidak pernah tahu rencana Tuhan, hari ini kamu harus bisa membuktikan akan ada kebahagiaan untukmu!"Sekar terdiam, Satya menghapus air matanya perlahan. "Kenapa? Kenapa kau mau menolongku?""Karena aku peduli kepadamu!"Satya tersen

  • Duda Tampan Canduku    Bab 60 Luka Hati Sekar

    Langkah Sekar berhenti di kediaman Ardian, ia hanya bisa melihat betapa mewahnya rumah Ardian. Sungguh banyak sekali dosa yang telah ia lakukan pada pria itu. Dosa besar, menghianati cinta dan pernikahannya, juga mengandung anak perempuan yang nyatanya bukan anak biologis Ardian. Dadanya terasa sesak, ia melepas rompi yang di pakainya, jika dilihat semua yang pernah hadir dalam hidupnya kini perlahan meninggalkannya. Wanita ini menangis tersedu, ia mengingat semua memori cinta dan kasih sayang Ardian. Sikap acuh tak acuhnya kepada Siska, dan bodohnya lagi, ia tertipu akan investasi bodong yang sudah mengkuras seluruh aset miliknya. Hanya mobil ini satu-satunya harta Sekar untuk menghidupi kebutuhannya sehari-hari sebagai supir ojek online. "Ya Tuhan, aku kehilangan semua yang menyayangiku, aku terlalu tergiur harta dan kehidupan mewah yang tidak ada artinya, harus dengan siapa lagi aku mengadu! Aku sudah tidak bisa mengharapkan Ardian, apalagi Siska dia sudah bahagia dengan keluarga

  • Duda Tampan Canduku    Bab 59 Cinta Keluarga Bahagia

    Ardian berjalan tergesa-gesa mencari ruangan di mana Ayu di rawat. Siska melihat Roman tengah duduk menatap lurus dinding putih yang ada dihadapannya. Senyum Siska merekah setelah melihat pria itu. "Bagaimana keadaan istriku?" "Dokter belum keluar, tolong tunggu sebentar Bang!" Roman melirik ke arah Siska, yang terlihat terdiam. Ardian menjadi resah, kenapa begitu lama sekali Dokter memeriksa istrinya. "Kau sudah kembali? Bagaimana kabarmu? Roman memberanikan diri untuk bertanya kepada Siska, hatinya sungguh tidak karuan sedari tadi, ragu untuk mulai berbicara dengan Siska. "Aku baik Paman, Oh ya, aku ada sesuatu untuk Paman!" Roman mengerutkan keningnya, melihat Siska tengah sibuk mencari sesuatu yang berada di dalam tasnya. "Ini Paman, oleh-oleh dariku!" "Sarung?" "Ya, itu sarung batik dari Pekalongan, aku pas melihat itu teringat Paman, jadi aku beli saja!" Roman menjadi salah tingkah saat Siska mengatakan mengingat dirinya. Dan di saat yang bersamaan Ardia

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status