Share

Duda dan Janda Bertetangga
Duda dan Janda Bertetangga
Penulis: Black Aurora

1. Tetangga Baru

Penulis: Black Aurora
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-22 12:48:55

Kintan menengadah menatap gedung apartemen yang berada di depannya.

Cuaca yang cukup terik siang ini, membuat wanita itu menyipitkan mata dan menangkup satu tangan di atas kepala, untuk menghalau sinar matahari yang menyilaukan mata.

“Halo, tempat tinggal yang baru! Be nice with us, okay?” Gumannya sembari menyunggingkan senyum.

Sambil menghela napas pelan, wanita itu pun berjalan dengan penuh semangat memasuki gedung 23 lantai itu.

Kintan memiliki alasan tersendiri saat pindah dari rumah yang selama ini ia tingggali selama bertahun-tahun ke gedung apartemen ini, yaitu agar tidak terganggu dengan tetangga-tetangganya yang mendadak berubah rese dan julid.

Terutama, sejak status dirinya yang tiba-tiba menjanda, karena kematian suaminya 6 bulan yang lalu.

Ck. Memangnya kenapa sih dengan status janda??

Nggak ngerti deh dengan pemikiran picik mereka, yang seolah alergi dengannya dan merasa kalau Kintan adalah sebuah ancaman bagi suami-suami mereka.

Padahal Kintan pun sama sekali tidak bersikap yang aneh-aneh, apalagi genit. Rasanya ia tetap ramah dan bersikap biasa saja, tapi tetap saja ia dituding suka menggoda!

Hah, sudahah. Paling tidak sekarang ia sudah terbebas dari tetangga rese, dan bisa menata hidup baru dengan lebih damai dan tenang di tempat tinggal barunya ini.

Kintan berharap, penghuni apartemen ini lebih welcome dan tidak terlalu terganggu dengan statusnya yang janda.

Meskipun anak sulungnya Khalil selalu saja cemberut, karena merasa kehilangan teman bermain di kompleks perumahannya.

Untung saja Khafi, anak kedua Kintan, masih berusia 3 tahun.

Ia tidak terlalu mengerti soal pindah tempat tinggal, tapi yang pasti ia sangat girang saat mengetahui ada kolam renang dan tempat bermain anak-anak di sana.

Kintan sedang membawa dus berukuran sedang yang dipenuhi dengan mainan anak-anak, barang terakhir dari rumahnya yang dibawanya.

Syukurlah pindahannya sudah beres sekarang dan semua barang sudah dibawa. Anak-anak juga sudah berada di dalam apartemen ditemani Bi Yani, asisten rumah tangga Kintan.

Saat Kintan masuk ke dalam lift yang hanya diisi oleh beberapa orang saja, wanita itu pun menekan tombol 19, lantai tempat tinggalnya.

Pintu lift pun kemudian akhirnya terbuka di lantai 19. Namun ketika ia keluar beberapa langkah dari kotak besi itu, tiba-tiba saja Kintan tersandung tali sepatu ketsnya yang tanpa sadar telah terlepas dari ikatan.

"Aduhh!!" Wanita itu pun jatuh terjerembab, dan kardus berisi mainan anak-anak juga ikut terlempar berhamburan di lantai.

‘Ya Tuhan. Apes banget sih!’

Sambil mendesah kesal, ia pun memunguti mainan yang berserakan dan melemparkannya dengan asal-asalan kembali ke dalam kardus.

Tiba-tiba saja Kintan mendengar suara langkah cepat dari seseorang yang menuju ke arahnya, lalu seseorang itu pun ikut mengambilkan mainan-mainan itu dan memasukkannya ke kardus.

Wanita itu sontak menengadah, menatap kaget pada orang yang membantunya.

Yaitu seorang laki-laki jangkung, berkulit putih, dan amat sangat tampan yang menatapnya balik sambil tersenyum.

"Terima kasih," ucap Kintan kemudian, ketika printilan mainan-mainan itu sudah terkumpul semua.

"Penghuni baru ya?" Tanya suara ramah namun terdengar sangat maskulin itu.

Kintan pun hanya mengangguk singkat sebagai jawaban, agak malas untuk berbasa-basi meskipun jadinya terkesan tidak sopan.

Jujur ia masih takut untuk berinteraksi dengan seorang pria, takut jika pasangan pria ini akan menuduhnya macam-macam seperti yang terjadi pada tetangga-tetangganya di perumahan yang dulu.

"Itu mainan punya adik kamu?" ucap lelaki itu tiba-tiba, sambil menunjuk mainan bocil dalam kardus yang Kintan pegang.

"Eh? Adik??" Beo Kintan yang sekarang malah ingin tertawa terbahak-bahak.

‘Apa dia kira aku ini masih sekolah??’

Kintan hendak mengkonfirmasi bahwa semua mainan di dalam kardus adalah milik putranya yang bernama Khafi, namun suara denting pelan dari ponsel lelaki itu membuatnya sektika terdiam.

"Oke. Kalau begitu selamat datang di apartemen ini, ya. Saya pergi dulu," ucapnya setelah membaca sekilas isi pesan yang ia terima dan kembali menyunggingkan senyum kepada Kintan.

"Uh-hum. Sekali lagi makasih untuk bantuannya tadi." Kintan baru saja mau melangkahkan kakinya ketika tiba-tiba lelaki itu kembali memanggilnya.

"Adik... tunggu dulu," panggilnya lagi.

Kintan menoleh dan melihat lelaki itu berjalan cepat kembali ke arahnya, lalu tiba-tiba saja ia berlutut di depan Kintan sambil menalikan tali sepatu kets wanita itu.

Kintan pun sampai terkesiap dan melongo melihatnya. ‘Ini cowok apa-apaan sih, main pegang-pegang sepatu orang aja! Aduh, jadi rikuh deh.’

"Hati-hati ya? Nanti kamu bisa terjatuh lagi seperti tadi kalau tali sepatunya lepas seperti itu," ucapnya seperti sedang menasihati anak-anak, sambil tersenyum dan melambaikan tangan lalu berlalu serta menghilang menuju lift.

Dan Kintan yang masih diam terpaku pun serta-merta kembali ingin tertawa miris mendengarnya.

“Aku pindah ke apartemen supaya nggak di cap janda gatel tukang godain suami orang. Tapi malah kenapa dikira dedek-dedek gemes?! Ck!"

Kintan pun melangkah dengan perasaan kesal sambil menghentakkan kakinya.

****

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Asrial Duri
bagus,lanjut
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • Duda dan Janda Bertetangga   52. Akhir Perjalanan Kita

    "Lebih cepat, Toni!" bentak Ibram gusar. Toni pun semakin mempercepat laju mobilnya, menyelip sana-sini mencari celah di antara lalu-lalang kendaraan yang masih memenuhi jalanan. Alarm dari alat penyadap yang ditempelkan pada anting-anting Katya telah berbunyi. Wanita itu dalam bahaya. Ibram benar-benar kecolongan untuk yang kedua kalinya, saat ia mendapati istri dan keponakannya telah menghilang entah kemana. Polisi sudah bertindak dan dikerahkan untuk mencari Katya dan Adel, dengan mengikuti sinyal yang dipancarkan alat penyadap itu. "BRENGSEK! BAJINGAN! LELAKI BIADAB!" Ibram terus memaki sambil memukul dasbor di depannya. "Kali ini kau benar-benar akan kubunuh!" "Pak, orang-orang kita sudah berada dekat dengan Kean, mungkin mereka akan sampai duluan di tempat itu," lapor Toni setelah ia mendapatkan info dari wireless earphone di telinganya. "Serang dia jika Katya dan Adel berada dalam bahaya," perintah Ibram. Beberapa belas menit kemudian, Ibram dan Toni telah s

  • Duda dan Janda Bertetangga   51. Penyiksaan

    Ibram, David dan Toni duduk di depan meja bar, sementara Katya, Brissa dan Zizi berada di meja restoran di seberang mereka. "Halo, temanku ini baru saja menikah, tolong berikan minuman yang terbaik dan termahal di sini," ucap David pada bartender yang menghampiri mereka. "Tidak, Dave," tolak Ibram tegas. "Aku harus menyetir pulang nanti." David berdecak kesal. "Ibram, kamu benar-benar tidak menyenangkan! Bukankah Toni yang akan mengantarmu pulang nanti?" "Tidak. Toni akan mengantarmu, Brie dan Zizi. Aku hanya ingin menjaga Katya," tegasnya. David mendesah dan tertawa pelan sambil menggeleng-gelengkan kepalanya. "Kamu benar-benar telah berubah, Ibram. Apa itu karena Katya?" Ibram tersenyum. "Aku sekarang seorang suami, Dave. Akulah yang bertanggung jawab atas keselamatan istriku," tukasnya. David mengangkat gelas berisi minuman keras untuk bersulang pada Ibram. "Untuk suami paling beruntung di dunia," ucap David, ada rasa bangga atas perubahan positif pada sahabatnya itu, nam

  • Duda dan Janda Bertetangga   50. Menikah

    Katya terlihat sangat cantik dalam balutan gaun panjang putih dan sederhana. Gaun itu berlengan panjang dengan deretan kancing berlian di sepanjang siku hingga pergelangan tangan, menutup hingga batas bawah lehernya, dan terulur jauh menutupi kaki. Meskipun terkesan sopan dan menutup, namun karena jatuh mengikuti bentuk tubuh Katya, tetap saja terlihat sangat sangat seksi. Ibram bolak-balik menatap Katya sambil menggeleng-gelengkan kepala, tidak rela jika garis tubuh kekasihnya itu dinikmati oleh beberapa pasang mata pria brengsek dan dijadikan fantasi liar mereka. "Nggak ada gaun yang lebih sopan?" tanya Ibram sambil mengerutkan wajah tidak suka pada stylist yang bertugas mengatur kostum pengantin mereka. Wanita berambut bob berkacamata itu hanya bisa menggaruk-garuk kepala bingung. Katya telah bergonta-ganti baju lima kali, dan ini adalah pakaian tersopan yang mereka punya. "Maafkan saya, Pak Ibram... tapi kami tidak memiliki gaun yang lebih tertutup lagi. Masalahnya adalah

  • Duda dan Janda Bertetangga   49. Bentuk Tanggungjawab

    Ibram melepaskan ciumannya dan memeluk tubuh Katya, untuk memberikan kesempatan pada gadis itu agar bisa mengatur napasnya. "Katya, menikahlah denganku," ucap Ibram lembut. "Dulu aku pernah melamarmu dan kamu menolaknya karena merasa belum ada cinta di hatiku, bukan?" Ibram mengingat saat-saat dirinya dan Katya berada di rumah pantai miliknya. "Apa sekarang kamu masih juga belum yakin jika aku mencintaimu?" ada nada murung di suara Ibram. "Diriku yang sekarang dan diriku yang dulu sudah jatuh begitu dalam padamu, Katya." lelaki itu pun melepaskan pelukannya untuk menatap lekat Katya yang terdiam membisu. "Jadilah istriku, pendamping hidupku, dan pelindungmu seumur hidup," ucapnya dengan suara parau, sarat akan emosi yang membuncah di dalam dada. "Aku mencintaimu, Katya Lovina. Wanita tercantik di dunia yang beraroma vanilla." Dan Katya pun merasa dadanya meledak dalam kebahagiaan. Tentu saja ia sangat yakin sekarang kalau Ibram benar-benar mencintainya, bukan karena obs

  • Duda dan Janda Bertetangga   48. Mengingat Segalanya

    Ibram terbaring di sebelah Katya, berusaha meredakan rasa sakit hebat yang menyerang kepala dan membuatnya kesulitan untuk bernafas. Ingatan-ingatan yang datang padanya bagai ribuan paku yang menghujam deras ke dalam otaknya, membuatnya gemetar menahan rasa sakit yang hampir tak tertahankan. Namun Ibram berusaha untuk menerima dan tidak menolak seluruh pesan dari pikirannya itu, meskipun acak dan berupa kilasan-kilasan cepat bagaikan kilat yang menyambar-nyambar dirinya. Jessi yang menyelingkuhi Gamal. Gamal yang meninggal akibat kanker nasofaring. Kuliahnya yang sempat kacau karena ia sangat berduka. Adel yang masih kecil namun sudah ditinggalkan ayahnya selamanya dan ibunya yang entah kemana. Mengasuh Adel. Mendirikan One Million. Mengakuisisi beberapa perusahaan. Menemukan Katya Lovina. Dan jatuh cinta padanya. Dengan napas yang masih memburu, ia pun menatap ke arah samping. Katya. Gadis itu berbaring di sisinya, dan membalas tatapannya dengan wajah bingung. "Pak Ibram

  • Duda dan Janda Bertetangga   47. Sentuhan

    'APAA??? Dia mengira ada sesuatu antara aku dan Toni??' Katya menepis kasar tangan Ibram dari bahunya. "Pak Ibram, apa maksudmu bertanya seperti itu?" "Kau selingkuh dengan Toni, kan? Mengakulah! Toni memang jauh lebih muda dariku dan kau pasti merasa lebih cocok dengan lelaki yang tidak terlalu jauh perbedaan usianya denganmu!" ucap Ibram ketus. "Hah! Entah apa yang sudah kalian berdua lakukan di belakangku, menjijikkan sekali." "Apa anda sudah puas menghinaku? Sepertinya memang percuma, apa pun yang kukatakan, anda pasti tidak akan pernah percaya bukan? Aku akan selalu jelek di matamu," tukas Katya pelan. Ia sudah benar-benar lelah sekarang. "Anda sudah menuduhku hanya mengincar uangmu, dan kini menuduhku selingkuh dengan orang kepercayaanmu? Selanjutnya apa lagi? Apa lagi yang anda tuduhkan? Begitu sulitkah bagimu menerima bahwa aku benar-benar mencintaimu dengan tulus tanpa ada maksud apa pun?" tanya Katya dengan suara yang mulai parau karena menahan tangis. "Jika memang

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status