Share

Bab 2

Author: Sasa
Meskipun Husin adalah paman Sienzo, dia cuman empat tahun lebih tua darinya. Kami juga bisa disebut sebagai teman dari masa kecil.

Hanya saja, setelah sebuah kecelakaan yang membuatnya nggak bisa berdiri lagi, dia pun pelan-pelan menghilang dari pandanganku.

Saat aku dikurung Sienzo di ruang bawah tanah di kehidupan sebelumnya, dia juga orang yang duluan menemukanku.

Dia terus-menerus menobrak pintu sambil berteriak, “Jangan takut!”

Aku jelas-jelas melihat kakinya sama sekali nggak lumpuh.

Kemudian, setelah Sienzo tiba, sekelompok orang memukulnya mati-matian.

Aku ingat Sienzo berkata dengan kejam, “Paman, sebelumnya aku bayar orang menabrakmu, tapi kau kok nggak mati?”

“Waktu itu kau mau rebutan bisnis dengan ayahku, sekarang kau malah rebutan wanita denganku. Kau kok semunafik itu?”

Husin bukan hanya nggak marah, dia juga berlutut padanya dan berkata, “Terserah kau mau aku lakukan apa saja, asalkan kau lepaskan Silvia.”

Sienzo tersenyum dingin, lalu membanting kepalanya ke dinding dan menghasilkan suara benturan yang keras.

Aku selamanya nggak akan melupakan perkataan Husin, “Silvia, aku sudah lama mencarimu.”

Jadi, memilih Husin mana bisa disebut sembarangan?

Sebaliknya, aku akan balas semua perbuatan Sienzo!

Setelah pikiranku tenang kembali, aku menatap pasangan suami istri Keluarga Gunawan dan berkata, “Aku sudah memutuskan, aku akan menikah dengan Husin Gunawan.”

Melihat sikapku yang tegas, semua orang berhenti berbicara dan mengangguk setuju.

Setelah membuat keputusan ini, aku merasa lega dan berencana pergi ke bar milik Husin untuk mencarinya.

Tapi aku malah melihat Sienzo dan Tina di depan bar.

Begitu melihatku, Sienzo yang awalnya senang langsung menjadi kesal, “Silvia? Kau menyebalkan sekali. Kau harus ikut ke mana pun aku pergi?”

Teman-teman di belakangnya semua tertawa dan berkata, “Aku sudah bilang kalau dia bakal datang malam ini!”

“Aku berani taruhan. Kalau suruh dia jilat sepatu Tuan Sienzo, dia pasti langsung mau.”

Mendengar ini, Sienzo tersenyum nakal, lalu menatapku dengan penuh arti sambil melihat-lihat kakinya.

Aku tiba-tiba merasa jijik, lalu berjalan memutarinya dan berkata dengan dingin, “Minggir.”

Sienzo tercengang. Setelah sadar, dia menarikku dan berkata, “Silvia, aku sudah tahu kau mengancam dengan investasi untuk menikah sama aku. Ngapain sekarang kau berakting?”

“Kau kira aku bakal lebih memperhatikanmu kalau kau bersikap keren ya?”

Aku menatapnya dengan tenang dan berkata jujur, “Aku nggak mau menikah denganmu.”

Setelah diam sejenak, Sienzo tiba-tiba tertawa dengan dingin dan sinis, “Nggak mau? Grup Gunawan baru saja menerima investasi dana puluhan triliun dari ayahmu. Kau bilang nggak mau?”

“Kau tahu nggak, caramu memintaku menikahimu beneran kelihatan murahan!”

Aku menganggukkan kepalaku dan berkata, “Aku tahu, makanya aku nggak akan menikah denganmu.”

Setelah mendegnar jelas perkataanku lagi, Sienzo tercengang hingga Tina yang berada di samping pelan-pelan berbicara, “Bang Sienzo, mungkin Silvia nggak mau melihatku. Kalau kau nggak menikah dengannya, Grup Gunawan bakal …”

“Sudahlah, aku pergi saja.”

Sienzo langsung melepaskan tanganku dan memeluknya, “Apaan dia? Meskipun dia beneran menikah denganku, aku juga nggak mencintainya.”

“Tina, besok kita pergi foto nikah saja. Dalam hatiku, kaulah istriku.”

Mendengar ini, orang-orang di samping langsung bersiul dan memanggil Tina “Kakak Ipar”.

Sienzo melirikku dengan puas, seolah-olah sedang menunggu reaksiku.

Dulu dia suka melihatku malu, tapi kini aku malah nggak terpengaruh, “Terserah kau mau menikah dengan siapa. Aku nggak peduli.”

Saat aku hendak pergi, Tina menghalangi jalanku, “Silvia, kau nggak usah pura-pura. Sore ini sudah ada berita tentang pernikahan bisnis antara Keluarga Sujito dan Keluarga Gunawan.”

“Aku boleh memaafkanmu soal kau menyuruh preman mencelakaiku waktu itu. Tapi aku mohon, kelak jagalah Bang Sienzo baik-baik …”

Sebenarnya, insiden preman itu cuman rekayasa Tina untuk menjebakku dan mendapatkan simpati.

Aku sudah pernah mencoba membuktikan kebenaranku, tapi Sienzo nggak percaya.

Kini, aku pun malas untuk menjelaskannya lagi.

Mendengar ini, wajah Sienzo berubah menjadi muram, “Ngapain mohon dia? Wanita yang mau melakukan apa saja untuk tujuannya nggak akan pernah bisa menandingimu.”

Sienzo memperingatiku, “Aku menikahimu hanya karena kepentingan bisnis. Kalau aku tahu kau ganggu Tina lagi, aku nggak akan melepaskan …”

Sebelum Sienzo selesai berbicara, aku memotong pembicaraannya, “Baik, aku tahu. Kalau nggak ada apa-apa, aku pergi dulu.”

Setelah selesai berbicara, aku langsung masuk ke bar tanpa memandangnya lagi.

'Apaan kakak ipar? Beberapa hari lagi, Sienzo juga harus memanggilku “Bibi” dengan hormat!'
Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App

Pinakabagong kabanata

  • Dulu Kau Buang Aku, Kini Aku Milik Pamanmu!   Bab 8

    Wajah Dison pun menjadi pucat setelah mendengar semua ini.Dia menghampiri Sienzo dan menamparnya, “Rupanya kau pelakunya! Beraninya kau!”“Husin itu adik kandungku. Dia berhak atas semua barang di Keluarga Gunawan. Aku sama sekali nggak merasa dia rebutan denganku.”“Lagian, dia pamanmu! Dasar b*jingan! Tega-teganya kau!”Dison menampar Sienzo berkali-kali hingga mukanya bengkak.Nyonya Salima merasa sakit hati, tapi dia cuman bisa memalingkan kepalanya dan menangis, “Kali ini kau beneran keterlaluan.”Husin saat ini baru mulai berbicara, “Sebenarnya waktu itu aku bukan sepenuhnya hilang kesadaran.”“Aku melihat dengan jelas ada logo Keluarga Gunawan di ban mobil yang menabarakku. Makanya aku yakin, pelakunya pasti orang dari Keluarga Gunawan.”“Cuman aku nggak pasti siapa pelakunya. Aku pura-pura lumpuh supaya pelakunya lengah.”“Awalnya aku juga nggak percaya, tapi akhirnya semua bukti menunjukkan pelakunya adalah Sienzo.”Mendengar ini, Dison meninju Sienzo hingga jatuh ke lantai.

  • Dulu Kau Buang Aku, Kini Aku Milik Pamanmu!   Bab 7

    Aku menjawab tanpa ekspresi, “Baik.” Kemudian, aku langsung masuk ke dalam rumah.Melihat ini, Dison jelas tampak lega.Dia segera menghampiriku dan berkata dengan nada kecil, “Silvia, setelah Husin mengalami kecelakaan, kondisinya selalu buruk. Malam ini dia kelihatan lebih baik. Semoga kau bisa selalu menemani dia dan menyemangati dia.”“Aku cuman ada satu adik saja. Aku nggak mau lihat dia terus seperti ini.”Saat balik ke kamar, setelah merenung sejenak, akhirnya aku membuka mulutku dan berkata, “Husin, abangmu sepertinya nggak seperti yang digosipin orang. Tampaknya dia lumayan perhatian sama kau.”Setelah diam sejenak, Husin menatapku sambil berkata, “Aku pura-pura lumpuh karena aku curiga Sienzo adalah orang yang menabrakku.”“Sebelumnya aku nggak ceritakan karena aku khawatir kau masih cinta dia.”Aku teringat akan perkataan Sienzo di kehidupan sebelumnya, lalu aku pun menganggukkan kepalaku.Tepat pada saat ini, pintu kamar terbuka.Sienzo masuk dengan membawa dua gelas alkoho

  • Dulu Kau Buang Aku, Kini Aku Milik Pamanmu!   Bab 6

    Mendengar ini, aku pun tertawa dan berkata, “Jangan asal ngomong. Nanti orang lain salah paham.”“Aku nggak pernah pacaran denganmu. Gimana bisa selingkuh?”Wajah Sienzo penuh dengan ketidakpercayaan. Dia lalu menarik kerah baju Husin dan berteriak, “Dulu kau rebutan harta sama ayahku, sekarang malah rebutan wanita sama aku! Kau kok semunafik itu!”Mendengar ini, mata Dison terbelalak. Dia lalu menampar Sienzo dan berkata, “Dasar anak durhaka! Kau asal ngomong apa?”“Pamanmu nggak pernah merampas apa pun dari aku!”“Lagian, sejak awal Silvia memang mau menikah dengan pamanmu!”Sienzo tercengang dan terdiam untuk beberapa saat.Husin menatapnya dengan dingin dan berkata, “Minta maaf sama Silvia dan Keluarga Sujito.”Para hadirin juga mulai mengkritik Sienzo, “Sienzo sudah keterlaluan.”“Betul, Keluarga Sujito telah menyelamatkan Keluarga Gunawan. Dia kok berani memperlakukan Nona Silvia seperti ini? Apa dia nggak takut Keluarga Sujito nanti ingkar janji?”Mendengar ini, Dison segera men

  • Dulu Kau Buang Aku, Kini Aku Milik Pamanmu!   Bab 5

    Mendengar ini, para hadirin langsung ribut, “Membatalkan pernikahannya?”“Apa yang dia lakukan?”“Emangnya dia berhak memutuskan ini?”Setelah melihat ke sekitar, Sienzo menatap kedua orang tuanya dan berkata, “Ayah, Ibu, aku cinta Tina.”“Keluarga Sujito memang sudah membantu kita, tapi aku nggak bisa menyangkal isi hatiku. Nanti aku pasti akan membayar uang yang kita ambil dari mereka.”Aku menatap Sienzo dengan dingin dan mulai merasa canggung untuknya.Lagian, pengantin pria malam ini bukan dia.Keluargaku sudah memberi dana investasi puluhan triliun pada Keluarga Gunawan, tapi dia dengan senang bilang mau mengembalikan uangnya.Apa dia nggak merasa lucu akan perkataannya ini?Dia bahkan mempermalukanku di depan segitu banyak orang hanya karena Tina. Dia beneran cari mati.Ayahku baru sadar dan wajahnya langsung menjadi pucat, “Apa maksud Keluarga Gunawan?”Tapi Sienzo bukan hanya nggak takut, dia bahkan menoleh ke arah ayahku dan berkata dengan dingin, “Kalian menggunakan investas

  • Dulu Kau Buang Aku, Kini Aku Milik Pamanmu!   Bab 4

    Mata Sienzo langsung terbuka lebar, “Apa?! Apaan Bibi?”Husin melewatinya dan mendorong kursi roda ke arahku, “Malam ini adalah malam pernikahanku dan Silvia. Kau nggak tahu ya?”Aku tersenyum dan berkata, “Aku sudah bilang, tapi dia nggak percaya.”Sienzo langsung tercengang dan berkata, “Mana mungkin? Ayah dan ibu sudah pergi ke Keluarga Sujito untuk menjodohkan kami. Harusnya aku yang akan menikah denganmu!”Pelayan baru pelan-pelan berkata, “Tuan Sienzo, pengantin prianya selama ini adalah Tuan Husin.”Mendengar ini, Sienzo masih nggak percaya.Dia merapikan jasnya, lalu pura-pura tenang dan menarik tanganku, “Silvia, jangan memainkan permainan murahan seperti ini lagi.”“Cepetan kita selesaikan resepsinya dulu. Tina masih menungguku.”Aku secara refleks melepaskan tangannya. Dia malah tersenyum dingin dan berkata, “Malam ini memang malam pernikahan kita, tapi aku nggak akan menemanimu. Aku sudah janji mau menemani Tina.”“Jadi, jangan buang waktuku.”Di kehidupan sebelumnya, dia j

  • Dulu Kau Buang Aku, Kini Aku Milik Pamanmu!   Bab 3

    Begitu masuk ke bar, aku langsung masuk ke ruangan terdalam.Setelah membuka pintunya, aku melihat Husin duduk di atas kursi roda.Dia membelakangi aku dan berkata, “Kenapa kau nggak pilih Sienzo?”Tanpa pikir panjang, aku langsung mencondongkan badanku dan menicum bibirnya, “Apa kau nggak mau menikahiku?”Jakunnya menggelinding, lalu setelah beberapa saat, dia berkata dengan nada rendah, “Mau.”Pada esok harinya, Nyonya Salima mengutus orang untuk menjemputku ke vila Keluarga Gunawan.Katanya, semua pengantin perempuan Keluarga Gunawan selalu memakai gaun pengantin yang sama. Dia memintaku pergi untuk melakukan pengukuran.Pelayan mengeluarkan gaun itu dari lemari kayu merah dengan hati-hati, lalu berkata dengan sorot mata penuh sukacita, “Tuan Husin pasti nggak akan mengalihkan pandangannya kalau melihat Anda mengenakan gaun pengantin ini.”“Apa yang barusan kau bilang?”Suara tak terduga itu membuat jantungku berdebar.Sienzo tiba-tiba muncul di ujung tangga dengan Tina di belakangn

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status