Share

Bab 3

Author: Sasa
Begitu masuk ke bar, aku langsung masuk ke ruangan terdalam.

Setelah membuka pintunya, aku melihat Husin duduk di atas kursi roda.

Dia membelakangi aku dan berkata, “Kenapa kau nggak pilih Sienzo?”

Tanpa pikir panjang, aku langsung mencondongkan badanku dan menicum bibirnya, “Apa kau nggak mau menikahiku?”

Jakunnya menggelinding, lalu setelah beberapa saat, dia berkata dengan nada rendah, “Mau.”

Pada esok harinya, Nyonya Salima mengutus orang untuk menjemputku ke vila Keluarga Gunawan.

Katanya, semua pengantin perempuan Keluarga Gunawan selalu memakai gaun pengantin yang sama. Dia memintaku pergi untuk melakukan pengukuran.

Pelayan mengeluarkan gaun itu dari lemari kayu merah dengan hati-hati, lalu berkata dengan sorot mata penuh sukacita, “Tuan Husin pasti nggak akan mengalihkan pandangannya kalau melihat Anda mengenakan gaun pengantin ini.”

“Apa yang barusan kau bilang?”

Suara tak terduga itu membuat jantungku berdebar.

Sienzo tiba-tiba muncul di ujung tangga dengan Tina di belakangnya yang memandangku dengan tersenyum puas.

Pelayan baru saja hendak berbicara, aku langsung duluan berkata, “Nggak ada apa-apa.”

Setelah menatapku selama beberapa detik, Sienzo tersenyum dingin dan berkata, “Jangan sok jadi nyonya muda hanya karena kau akan menikah denganku.”

Kemudian, Sienzo merebut gaun pengantin di tanganku dan berkata, “Biar Tina pakai gaun pengantin ini dulu. Setelah itu, baru giliranmu.”

Wajah pelayan itu berubah menjadi muram, “Tuan Sienzo, ini adalah gaun pengantin yang diwariskan oleh Keluarga Gunawan. Biasanya cuman boleh dikenakan oleh pengantin Keluarga Gunawan.”

Tina tiba-tiba menangis dan berkata, “Silvia memang hebat. Begitu kau datang, seorang pelayan pun berani berbicara seperti itu sama aku …”

Begitu Tina selesai berbicara, Sienzo menunjuk pelayan sambil memarahinya, “Kau nggak mau dengar perkataanku?! Ukur punya Tina dulu!”

Aku menghela napas dan berkata, “Nggak boleh.”

Jadwal pernikahanku dan Husin memang sudah mepet, sekarang aku mana ada waktu berurusan dengan mereka?

Kemudian, aku mengulurkan tanganku untuk mengambil gaunnya kembali.

Tapi tidak disangka sebelum aku sempat menyentuh gaunnya, Tina tiba-tiba berteriak dan jatuh ke belekang hingga terguling ke bawah tangga.

Tina pun terbaring di bawah tangga dan ada luka di dahinya.

Dia menunjukku dengan wajah pucat dan berkata, “Kenapa … kenapa kau dorong aku?”

Melihat ini, Sienzo langsung menggendongnya dan berlari ke luar tanpa menoleh ke belakang sambil berteriak, “Tina!”

Dulu Tina sering melakukan penampilan canggung seperti ini, tapi setiap kali Sienzo memercayainya.

Aku menghela napas dan bersiap-siap untuk pergi, tapi ponselku tiba-tiba bergetar. Husin mengirimku pesan dan memintaku untuk menunggunya di tempat biasanya.

Suasana hatiku langsung menjadi baik dan langkah kakiku pun menjadi ringan.

Namun, saat aku hendak keluar dari pintu Keluarga Gunawan, aku ditarik Sienzo yang memutar balik ke dalam mobil.

Aku mengerutkan alisku dan bertanya, “Apa yang kau lakukan?!”

Aku berusaha keluar dari mobil, tapi Sienzo menahanku dengan erat sambil berkata, “Tina mengalami pendarahan, kau pergi donor darah untuknya.”

“Apa kau gila?” teriakku dengan kaget. “Luka sekecil itu harusnya sudah sembuh sebelum sampai ke rumah sakit! Aku mau turun!”

Melihat aku mengambil ponsel dan hendak menelepon, Sienzo merampas ponselku dan melemparkannya ke luar jendela mobil, “Silvia, kau sudah menikah denganku sesuai keinginanmu. Kenapa kau masih memperlakukan Tina seperti ini?!”

Melihat mobil segera bergerak, aku pun berteriak, “Sienzo! Aku takut darah dan menderita anemia. Kalau donor darah, aku pasti akan mati!”

Tapi Sienzo malah tertawa, “Kau nggak usah pura-pura. Aku nggak akan dibohongi.”

Segera, kami tiba di rumah sakit swasta milik Keluarga Gunawan. Sienzo menarikku ke ruang transfusi dan berkata pada perawat, “Cepetan! Ambil sebanyak yang Tina butuhkan!”

Jarum pertama, tubuhku langsung gemetaran dan kesadaranku makin pudar.

Entah berapa lama kemudian, aku menyadari diriku terbaring di lantai dengan lemah. Aku ingin minta pertolongan dokter, tapi cuman aku yang tersisa di ruang transfusi.

Rupanya Sienzo sudah membawa semua petugas kesehatan untuk menjaga Tina.

Saat aku merasa diriku akan mati, tiba-tiba ada sebuah lengan yang menggendongku sambil berkata, “Jangan tidur! Silvia, jangan tidur!”

Aku bangun dan melihat Husin di sisiku. Dia berkata dengan mata yang memerah, “Aku datang telat.”

Begitu selesai berbicara, dia mengeluarkan sebuah cincin berlian dan memakaikannya di jari manisku sambil berkata, “Silvia, menikahlah denganku.”

Aku baru tahu, ternyata dia berencana mengajakku ke tempat biasanya untuk melamarku.

Katanya ritual yang wajib harus tetap dilakukan.

Aku pun mengangguk setuju.

Pada detik berikutnya, dia menelepon seseorang, “Pernikahan dimajukan ke malam ini.”

Aku agak terkejut dan berkata, “Tapi gaun pengantinnya diambil Tina.”

Husin tersenyum dan berkata dengan pandangan penuh kasih sayang, “Nggak apa-apa. Aku sejak awal sudah menyiapkannya untukmu.”

Malam itu, aku muncul di hotel dengan mengenakan gaun yang teristimewa di dunia ini.

Sienzo bergegas kemari dan berkata dengan kesal, “Cuman suruh kau donor darah saja, apa kau perlu mempermainkanku seperti ini?”

“Kau ‘kan iri aku menemani Tina. Sekarang aku sudah pulang. Apa kau senang?”

Begitu selesai berbicara, terdengar suara Husin dari belakang Sienzo, “Sienzo, sopan dikit dong. Sapalah bibimu.”
Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App

Pinakabagong kabanata

  • Dulu Kau Buang Aku, Kini Aku Milik Pamanmu!   Bab 8

    Wajah Dison pun menjadi pucat setelah mendengar semua ini.Dia menghampiri Sienzo dan menamparnya, “Rupanya kau pelakunya! Beraninya kau!”“Husin itu adik kandungku. Dia berhak atas semua barang di Keluarga Gunawan. Aku sama sekali nggak merasa dia rebutan denganku.”“Lagian, dia pamanmu! Dasar b*jingan! Tega-teganya kau!”Dison menampar Sienzo berkali-kali hingga mukanya bengkak.Nyonya Salima merasa sakit hati, tapi dia cuman bisa memalingkan kepalanya dan menangis, “Kali ini kau beneran keterlaluan.”Husin saat ini baru mulai berbicara, “Sebenarnya waktu itu aku bukan sepenuhnya hilang kesadaran.”“Aku melihat dengan jelas ada logo Keluarga Gunawan di ban mobil yang menabarakku. Makanya aku yakin, pelakunya pasti orang dari Keluarga Gunawan.”“Cuman aku nggak pasti siapa pelakunya. Aku pura-pura lumpuh supaya pelakunya lengah.”“Awalnya aku juga nggak percaya, tapi akhirnya semua bukti menunjukkan pelakunya adalah Sienzo.”Mendengar ini, Dison meninju Sienzo hingga jatuh ke lantai.

  • Dulu Kau Buang Aku, Kini Aku Milik Pamanmu!   Bab 7

    Aku menjawab tanpa ekspresi, “Baik.” Kemudian, aku langsung masuk ke dalam rumah.Melihat ini, Dison jelas tampak lega.Dia segera menghampiriku dan berkata dengan nada kecil, “Silvia, setelah Husin mengalami kecelakaan, kondisinya selalu buruk. Malam ini dia kelihatan lebih baik. Semoga kau bisa selalu menemani dia dan menyemangati dia.”“Aku cuman ada satu adik saja. Aku nggak mau lihat dia terus seperti ini.”Saat balik ke kamar, setelah merenung sejenak, akhirnya aku membuka mulutku dan berkata, “Husin, abangmu sepertinya nggak seperti yang digosipin orang. Tampaknya dia lumayan perhatian sama kau.”Setelah diam sejenak, Husin menatapku sambil berkata, “Aku pura-pura lumpuh karena aku curiga Sienzo adalah orang yang menabrakku.”“Sebelumnya aku nggak ceritakan karena aku khawatir kau masih cinta dia.”Aku teringat akan perkataan Sienzo di kehidupan sebelumnya, lalu aku pun menganggukkan kepalaku.Tepat pada saat ini, pintu kamar terbuka.Sienzo masuk dengan membawa dua gelas alkoho

  • Dulu Kau Buang Aku, Kini Aku Milik Pamanmu!   Bab 6

    Mendengar ini, aku pun tertawa dan berkata, “Jangan asal ngomong. Nanti orang lain salah paham.”“Aku nggak pernah pacaran denganmu. Gimana bisa selingkuh?”Wajah Sienzo penuh dengan ketidakpercayaan. Dia lalu menarik kerah baju Husin dan berteriak, “Dulu kau rebutan harta sama ayahku, sekarang malah rebutan wanita sama aku! Kau kok semunafik itu!”Mendengar ini, mata Dison terbelalak. Dia lalu menampar Sienzo dan berkata, “Dasar anak durhaka! Kau asal ngomong apa?”“Pamanmu nggak pernah merampas apa pun dari aku!”“Lagian, sejak awal Silvia memang mau menikah dengan pamanmu!”Sienzo tercengang dan terdiam untuk beberapa saat.Husin menatapnya dengan dingin dan berkata, “Minta maaf sama Silvia dan Keluarga Sujito.”Para hadirin juga mulai mengkritik Sienzo, “Sienzo sudah keterlaluan.”“Betul, Keluarga Sujito telah menyelamatkan Keluarga Gunawan. Dia kok berani memperlakukan Nona Silvia seperti ini? Apa dia nggak takut Keluarga Sujito nanti ingkar janji?”Mendengar ini, Dison segera men

  • Dulu Kau Buang Aku, Kini Aku Milik Pamanmu!   Bab 5

    Mendengar ini, para hadirin langsung ribut, “Membatalkan pernikahannya?”“Apa yang dia lakukan?”“Emangnya dia berhak memutuskan ini?”Setelah melihat ke sekitar, Sienzo menatap kedua orang tuanya dan berkata, “Ayah, Ibu, aku cinta Tina.”“Keluarga Sujito memang sudah membantu kita, tapi aku nggak bisa menyangkal isi hatiku. Nanti aku pasti akan membayar uang yang kita ambil dari mereka.”Aku menatap Sienzo dengan dingin dan mulai merasa canggung untuknya.Lagian, pengantin pria malam ini bukan dia.Keluargaku sudah memberi dana investasi puluhan triliun pada Keluarga Gunawan, tapi dia dengan senang bilang mau mengembalikan uangnya.Apa dia nggak merasa lucu akan perkataannya ini?Dia bahkan mempermalukanku di depan segitu banyak orang hanya karena Tina. Dia beneran cari mati.Ayahku baru sadar dan wajahnya langsung menjadi pucat, “Apa maksud Keluarga Gunawan?”Tapi Sienzo bukan hanya nggak takut, dia bahkan menoleh ke arah ayahku dan berkata dengan dingin, “Kalian menggunakan investas

  • Dulu Kau Buang Aku, Kini Aku Milik Pamanmu!   Bab 4

    Mata Sienzo langsung terbuka lebar, “Apa?! Apaan Bibi?”Husin melewatinya dan mendorong kursi roda ke arahku, “Malam ini adalah malam pernikahanku dan Silvia. Kau nggak tahu ya?”Aku tersenyum dan berkata, “Aku sudah bilang, tapi dia nggak percaya.”Sienzo langsung tercengang dan berkata, “Mana mungkin? Ayah dan ibu sudah pergi ke Keluarga Sujito untuk menjodohkan kami. Harusnya aku yang akan menikah denganmu!”Pelayan baru pelan-pelan berkata, “Tuan Sienzo, pengantin prianya selama ini adalah Tuan Husin.”Mendengar ini, Sienzo masih nggak percaya.Dia merapikan jasnya, lalu pura-pura tenang dan menarik tanganku, “Silvia, jangan memainkan permainan murahan seperti ini lagi.”“Cepetan kita selesaikan resepsinya dulu. Tina masih menungguku.”Aku secara refleks melepaskan tangannya. Dia malah tersenyum dingin dan berkata, “Malam ini memang malam pernikahan kita, tapi aku nggak akan menemanimu. Aku sudah janji mau menemani Tina.”“Jadi, jangan buang waktuku.”Di kehidupan sebelumnya, dia j

  • Dulu Kau Buang Aku, Kini Aku Milik Pamanmu!   Bab 3

    Begitu masuk ke bar, aku langsung masuk ke ruangan terdalam.Setelah membuka pintunya, aku melihat Husin duduk di atas kursi roda.Dia membelakangi aku dan berkata, “Kenapa kau nggak pilih Sienzo?”Tanpa pikir panjang, aku langsung mencondongkan badanku dan menicum bibirnya, “Apa kau nggak mau menikahiku?”Jakunnya menggelinding, lalu setelah beberapa saat, dia berkata dengan nada rendah, “Mau.”Pada esok harinya, Nyonya Salima mengutus orang untuk menjemputku ke vila Keluarga Gunawan.Katanya, semua pengantin perempuan Keluarga Gunawan selalu memakai gaun pengantin yang sama. Dia memintaku pergi untuk melakukan pengukuran.Pelayan mengeluarkan gaun itu dari lemari kayu merah dengan hati-hati, lalu berkata dengan sorot mata penuh sukacita, “Tuan Husin pasti nggak akan mengalihkan pandangannya kalau melihat Anda mengenakan gaun pengantin ini.”“Apa yang barusan kau bilang?”Suara tak terduga itu membuat jantungku berdebar.Sienzo tiba-tiba muncul di ujung tangga dengan Tina di belakangn

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status