Keadaan di desa Tenganan sudah mulai membaik. Jumlah musuh mulai berkurang dan semua penduduk desa sudah dievakusi ke tempat yang lebih aman. Indra dengan para Pendekar Pedang Bintang yang lain tengah sibuk menghabisi para tamu tak diundang ini, sementara Iqbal, Reza dan para tetua tengah sibuk merawat para penduduk yang terluka.
“Terkutuklah kalian, Waku-Waku.” Wayan terlihat amat kesal melihat apa yang telah Waku-Waku lakukan.
“Kita hanya bisa menyerahkan semua pada mereka. Tenanglah, kita hanya perlu melakukan apa yang kita bisa sekarang.” Ketut berusaha menenangkan Wayan.
“Dia benar. Tidak ada gunanya kita mengeluh, lagipula Varz juga bersama mereka. Aku
Herman terlihat sangat serius. Dia terus memukul-mukul kantong pasir itu sampai kantong pasir itu hancur.“Bagus, sekarang coba hancurkan yang satu ini.”Kata Varz memasangkan kantong yang diisi penuh oleh kerikil.”Coba hancurkan kantong ini beserta isi-isinya.”Lanjutnya.Herman berusaha mengatur pernafasannya.“Bagaimana caranya?”Tanya Herman.“Dalam pertarungan, kau harus mencari tahu sendiri bagaimana caranya untuk mengalahkan lawanmu. Sama seperti yang kau lihat sekarang. Pikirkanlah sendiri.”Kata Varz meninggalkan Herman sendirian di ruang lat
Alfi masih terdiam di kamarnya. Kartika dan Koji yang berdiri di luar kamarnya merasa enggan untuk mengetuk pintu kamar Alfi.“Bagaimana ini?”Tanya Kartika bimbang.“Dia sedang banyak pikiran. Sebaiknya kita beri dia waktu untuk sendirian.”Kata Koji.“Aku tahu, tapi...”“Apa?”“Aku mengkahwatirkannya.”Sementara itu di dalam kamar Alfi, Alfi sedang duduk di tepi kasurnya bersama Megumi. Alfi terlihat mur
Desa Tenganan sudah porak poranda, namun para penduduk desa masih selamat karena Darz, Harz dan Larz masih dapat bertahan menghadapi Franz.“Ayolah, menyerah saja. Kalian tahu kan kalian tidak akan pernah mampu melawanku.”Kata Franz dengan nada meremehkan.Darz, Harz dan Larz pun berdiri dengan tubuh mereka yang gemetaran
“Yang Mulia!”“Yang Mulia!”“Yang Mulia!”Alfi pun perlahan membuka matanya. Dia melihat Arz dan Barz yang terlihat cemas padanya.“Syukurlah anda baik-baik saja.”Arz merasa lega.“Apa aku masih tak sadarkan diri? Seingatku aku tadi dihajar oleh Kartika sampai tak sadarkan diri.”Kata Alfi mengelus kepalanya yang masih terasa pening.”Tunggu, di mana Varz?”Tanya Alfi.“Dia sek
“Sudah kubilang kan? Jangan memanggilku dengan nama itu!”Seru Varz melompat ke arah Franz.Ular itu pun mengeluarkan ular besar dari mulutnya. Ular itu melesat ke arah Varz dengan cepat sekali. Melihat itu, Varz segera menarik pedangnya dan menebas ular itu menjadi 2 bagaikan balok kayu yang dipotong rapi oleh mesin pemotong.Saat Varz sudah mencapai ujung ular itu, Franz tiba-tiba muncul dengan pedangnya siap menebas tubuh Varz. Varz pun segera menghembuskan angin dari mulutnya untuk memunculkan pedang anginnya untuk menahan serangan Franz. Pedang mereka berdua pun saling beradu sampai mereka berdua mendarat.“Tidak kusangka, kau berhasil menjinakan monster sialan itu.&rdqu
Arz membawaVincent dan Frans ke suatu rumah dekat rumah para tetua. Rumah itu hanyalah rumah panggung sederhana yang dihiasi dengan bunga-bunga di halamannya. Mereka bertiga pun menaiki tangga depan dan berhenti di depan pintu kayu yang besar itu. Pintu itu sangatlah besar dan terdapat ukiran 12 binatang yang mewakili keduabelas rasi bintang Tiongkok. Keduabelas binatang itu dibariskan dari bawah ke atas sesuai urutannya yaitu, babi, anjing, ayam, monyet, kambing, kuda, ular, naga, kelinci, harimau, kerbau, dan tikus.“Kak Arz, bukannya kita dilarang untuk memasuki rumah ini?”Tanya Vincent.“Memang, tapi sekarang sudah saatnya bagimu untuk masuk rumah ini.”Kata Arz.“Iya, Vincent, kamu adalah murid yang paling ahli dalam perang pandan kan? Karena itulah kamu diizinkan oleh para tetua untuk masuk rumah ini.”Kata Frans.“Sebentar, 12 binatang rasi bintang Tiongkok. Jangan-jangan!”
“Oi, apa kautidak merasa kau sudah kelewatan?”Tanya Alfi.“Apa? Kurasa akusudah menulisdengan benar selama ini.” Kataku santai.“Memang. Bobot cerita yang bagus dan konfliknya cukup rumit, tapi...”Ucap Alfi menghela nafasnya.”KENAPA KAU MALAH MENULIS CERITA SI VARZ SELAMA 3 BAB BERTURUT-TURUT, BRENGSEK!”Alfi memarahiku.“Sebelum aku menjawabnya, ada juga satu hal yang ingin kutanyakan padamu.” Ucapku menghela nafasku. “KENAPA KAU BERANI-BERANINYA MENYERETKU KESINI?! APA KAU TIDAK SADAR KALAU SEKARANG KAU SEDANG BERADA DI TENGAH-TENGAH PERTARUNGAN BESAR, HAH?!” Iya, si Alfi menarikku ke sini seenak jidatnya aja.“MEMANGNYA KENAPA?! APA KAU TAKUT TERKENA SERANGAN, OH WAHAI DESOPE YANG AGUNG?!”Anjrit, sindirannya lah.“BACOT! DENGAN ADANYA KAU MENYERETKU KESINI, CERITANYA MALAH JADI NGGAK JELAS, TAHU?!”
“2 lawan 1? Apa kalian tidak merasa malu melawanku dengan cara yang menyedihkan seperti ini?”Tanya Franz.“Hah? Kau takut?”Tanya Alfi.“Bacot!”Franz melesat ke arah Alfi siap menebasnya dengan pedangnya.Alfi dengan mudahnya menahannya dengan pedang bambunya.“Padahal ini hanya bambu, namun kenapa bisa sekeras ini?”Franz terlihat kesal.“Tingkat dua: BG.”Ucap Alfi melucuti pedang Franz dengan entengnya.Alfi membelah pedang itu menjadi 2 dan segera mengayunkannya secara horizontal dan vertikal pada Franz sampai Franz terdorong ke belakang.“A... Apa yang baru saja terjadi?!”Ucap Varz terbata-bata.“Tingkat dua: BG. Kekuatan satu pedang setara dengan 200 pedang. Pelidi adalah pedang bambu yang dapat memanipulasi kekuatannya dengan rumus yang sudah ditetapkan, namun ada syarat yang harus dipenuhi untuk menggunakannya,