Rainer adalah seorang jenius yang kehilangan nyawanya dalam sebuah kecelakaan tragis. Namun, hidupnya tidak berakhir di sana. Ia bereinkarnasi di dunia baru yang penuh dengan sihir dan keajaiban. Sayangnya, meski memiliki kecerdasan luar biasa, ia terlahir kembali sebagai seseorang dari kalangan biasa, tanpa kekayaan atau kekuasaan, yang diremehkan oleh para bangsawan. Di dunia yang penuh dengan sistem kelas yang ketat, Rainer harus bertahan hidup di tengah ketidakadilan yang menindas. Sebagai seorang yang terlahir dengan bakat luar biasa, ia merasakan betapa sulitnya hidup di tengah kebodohan dan ketidakpedulian orang-orang kaya dan berkuasa. Namun, justru di sinilah kekuatan sejati Rainer muncul. Dengan kecerdasan dan strategi briliannya, ia mulai merancang langkah demi langkah untuk mengubah takdirnya. Dalam perjalanan ini, ia bertemu dengan Elyse, seorang gadis muda dari kalangan biasa yang juga memiliki impian besar untuk mengubah nasibnya. Bersama-sama, mereka menghadapi berbagai tantangan, dari intrik politik di kerajaan hingga ancaman dari kelompok-kelompok kuat yang ingin mempertahankan kekuasaan mereka. Namun, Rainer tahu bahwa untuk meraih perubahan besar, ia harus memanfaatkan kecerdasannya, bukan hanya dengan kekuatan, tetapi juga dengan pengaruh yang cerdas dan strategi yang brilian. Akankah Rainer dapat mengubah dunia yang terjebak dalam sistem yang menindas? Atau akankah ia menjadi korban dalam permainan kekuasaan yang lebih besar dari dirinya? Temukan jawabannya dalam perjalanan tak terlupakan ini, di mana kecerdasan dan keberanian menjadi kunci untuk menghadapi dunia yang tampaknya tak terubah.
もっと見るRainer Alden terbangun di tengah kegelapan yang pekat. Bukan kegelapan seperti malam hari atau ketidakjelasan, melainkan kegelapan yang menyesakkan, seperti terperangkap dalam kekosongan abadi. Namun, sesuatu terasa berbeda. Kegelapan ini bukan akhir. Ada sesuatu yang lebih, sesuatu yang mengalir—energi, kehidupan.
"Apa...?" gumamnya, kebingungan. Suaranya terdengar asing, tidak seperti suara yang dia kenali. Lebih muda, lebih... jernih.
Sejenak, dia teringat kecelakaan tragis yang merenggut nyawanya—sebuah mobil yang kehilangan kendali, menabrak pohon di malam yang hujan deras. Dalam sekejap, hidupnya berakhir. Namun, kini, dia merasa seperti terlahir kembali.
Rainer membuka matanya perlahan. Dunia yang terbentang di hadapannya begitu asing. Langit yang cerah menyambutnya, penuh dengan nuansa warna yang tak pernah ia lihat sebelumnya. Angin membawa aroma yang berbeda, lebih segar, lebih alami. Bukannya berada di ruang rumah sakit atau kamar rumahnya, ia kini terbaring di atas rerumputan yang lembut, dengan cahaya matahari yang menghangatkan kulitnya.
"Di mana ini?" pikirnya, berusaha mengingat apa yang terjadi.
Saat ia bangkit, sebuah suara lembut terdengar. "Hati-hati," sebuah tangan membantu Rainer untuk berdiri. Dia menatap ke arah suara itu. Seorang gadis muda dengan rambut panjang berwarna cokelat keemasan, berpakaian sederhana namun elegan, tersenyum padanya.
"Apa yang terjadi?" tanya Rainer, suaranya terdengar agak serak, seperti baru pertama kali berbicara setelah lama terdiam.
"Syukurlah, kau terbangun," kata gadis itu, menatapnya dengan cemas. "Kau tiba-tiba pingsan begitu saja di tengah hutan. Kami pikir kau akan mati."
Rainer memandangnya dengan bingung. "Kami?" Ia melihat sekeliling, dan mendapati bahwa ia sedang berada di sebuah desa kecil yang tampaknya terpisah dari peradaban besar. Rumah-rumah kayu berdiri sederhana, dan penduduknya tampak sibuk dengan pekerjaan sehari-hari.
"Apa ini tempatnya?" Rainer bertanya lagi.
"Ini adalah Desa Vallen," jawab gadis itu dengan lembut. "Tapi sepertinya... kau bukan berasal dari sini, kan? Tak ada yang pernah melihatmu sebelumnya."
Rainer mengangguk, perasaan bingung semakin mendalam. Dunia ini, tempat ini, tak pernah ia kenal. Kenapa dia bisa ada di sini? Ia bahkan tak ingat bagaimana bisa sampai ke tempat ini. Saat ia hendak bertanya lebih lanjut, sebuah suara kasar terdengar dari belakang.
"Apa yang terjadi di sini?" seorang pria paruh baya muncul, berjalan cepat ke arah mereka. Pria itu mengenakan pakaian pelindung yang tampaknya dipakai oleh seorang petani atau pekerja kasar, tubuhnya kekar dengan bekas luka-luka pertarungan di wajah dan tubuhnya.
Gadis itu cepat-cepat menjelaskan, "Aku menemukannya terbaring di tengah jalan, ayah. Dia sepertinya pingsan."
Pria itu mengamati Rainer dengan tatapan tajam. "Hmph, aneh sekali. Tidak ada yang datang ke desa ini tanpa alasan," katanya dengan suara berat. "Kau dari mana, anak muda? Pasti bukan penduduk sini."
Rainer mencoba berdiri tegak, merasakan ketegangan dalam tubuhnya. "Aku... aku tidak tahu. Aku rasa aku baru saja... lahir kembali, atau semacamnya."
Gadis itu terkejut. "Lahir kembali?"
"Hei, jangan bercanda dengan kami," kata ayah gadis itu dengan suara lebih keras. "Kami tidak punya waktu untuk permainan bodoh. Jika kau tidak bisa menjelaskan darimana asalmu, lebih baik kau pergi."
Rainer menghela napas. “Aku... Aku jenius dari dunia yang berbeda. Aku tahu ini terdengar gila, tapi aku bukan orang biasa.”
Tatapan pria itu semakin tajam. "Seorang jenius?" katanya dengan sinis. "Tentu saja. Seorang jenius yang terjatuh dari langit, ya?"
Rainer tahu bahwa kata-katanya tidak akan diterima dengan mudah. Untuk sementara, dia harus bermain aman. "Baiklah, saya akan mencari cara untuk membuktikannya. Tapi saya perlu bantuan."
Gadis itu tampaknya merasa kasihan padanya. "Ayah, mungkin kita bisa membantunya. Dia jelas tidak seperti orang yang bisa dipercaya begitu saja." Tatapannya lembut, berbeda dari sikap keras ayahnya.
Setelah beberapa detik yang penuh ketegangan, ayah gadis itu akhirnya mengangguk. "Baiklah. Tapi ingat, anak muda, jika kau mencurigakan atau malah membawa bahaya, kami tidak segan-segan untuk mengusirmu."
Rainer mengangguk, merasa sedikit lega. Dalam keadaan yang tak pasti ini, setidaknya ia menemukan tempat untuk berlindung.
Beberapa hari berlalu sejak kejadian itu, dan Rainer mulai beradaptasi dengan kehidupan barunya di desa Vallen. Meskipun penampilannya yang tampak tidak cocok dengan para penduduk desa, ia mulai merasakan bahwa dia mungkin lebih terhubung dengan dunia ini daripada yang ia kira. Keahlian dalam strategi, logika, dan pengetahuan dari dunia lamanya mulai terasa berguna, meski banyak orang di desa yang belum sepenuhnya mengerti apa yang ia katakan.
Namun, dunia ini lebih rumit dari yang ia bayangkan. Sistem kelas yang ketat dan ketidakadilan yang terjadi di kerajaan tempat ia berada membuat Rainer merasa terasingkan. Ia sadar bahwa kecerdasannya bisa menjadi kunci untuk mengubah dunia ini, tapi itu tidak akan mudah.
Suatu hari, saat Rainer sedang berdiri di luar rumah, menatap desa yang tampaknya damai namun penuh ketegangan, gadis yang membantunya, Elyse, datang menghampiri. "Rainer," katanya dengan cemas. "Ada kabar buruk. Kerajaan sedang mencari orang-orang yang dianggap berbahaya. Mereka menyebutnya... pengkhianat."
Rainer menoleh padanya dengan ekspresi serius. "Apa maksudmu?"
Elyse menggigit bibirnya. "Maksudku, mereka mencari orang-orang yang mungkin bisa menggulingkan sistem yang ada. Orang-orang yang bisa mengubah status quo. Aku takut mereka akan datang ke desa ini."
Di saat itu, Rainer merasakan ketegangan di udara. Sesuatu yang besar sedang terjadi—sesuatu yang tak bisa ia hindari.
Kehidupan barunya yang tenang kini semakin terancam. Sebuah dunia baru yang penuh dengan keajaiban juga dipenuhi dengan ketidakadilan dan perang yang tersembunyi. Rainer tahu, dengan kecerdasannya, dia bisa memanfaatkan situasi ini. Tapi apakah dia cukup kuat untuk bertahan? Dan bagaimana jika kekuatan yang mengincar dirinya lebih besar dari yang bisa ia bayangkan?
Rainer menatap langit biru yang mulai gelap. "Jika aku harus bertarung untuk hidupku, maka aku akan melakukannya. Tidak hanya untuk bertahan, tapi untuk mengubah dunia ini."
Kilatan cahaya menyelimuti seluruh ruang dalam Menara Caelus. Cahaya dari Prisma Keempat memancar, menyatu dengan tiga fragmen sebelumnya yang telah Rainer kumpulkan. Suara bisikan kuno membahana, menyampaikan pesan yang tak dapat ditangkap oleh telinga biasa—melainkan oleh jiwa yang bersedia menerima kebenaran seutuhnya.Rainer berdiri di tengah pusaran cahaya itu, matanya terbuka lebar, menyerap seluruh memori dan kebenaran yang tersimpan selama ribuan tahun. Sosok Aeron, bayangan dari masa lalu, perlahan menghilang—senyumnya pudar, meninggalkan beban yang tak kasat mata.Elyse mendekat, wajahnya penuh kecemasan. “Apa yang kau lihat?”Rainer tidak langsung menjawab. Tangannya gemetar. Di matanya tergambar peperangan yang belum pernah diceritakan, pengkhianatan oleh mereka yang dicatat sebagai pahlawan, dan dunia yang dibentuk bukan dari harapan, melainkan dari ketakutan para pendiri.“Aku melihat... dunia yang kita kenal bukan hasil dari kebijaksanaan. Tapi hasil dari keputusan terb
Angin dingin dari utara membawa kabar buruk.Pagi itu, Rainer berdiri di atas puncak benteng pengamatan, memandangi pusaran cahaya yang membelah langit dari kejauhan. Fenomena itu muncul mendadak—tidak satu pun dari alat-alat sihir mereka bisa mendeteksi energi semacam itu sebelumnya. Tapi satu hal jelas: titik pusatnya adalah Menara Caelus, struktur kuno dari Zaman Awal yang selama ini hanya dianggap reruntuhan tak berfungsi.Kini, menara itu bersinar. Hidup kembali.“Menara keempat telah bangkit,” gumam Rainer.Di belakangnya, Elyse datang membawa gulungan tua yang diambil dari arsip Perpustakaan Tengah. “Ada yang menarik,” katanya sambil membuka gulungan di meja observasi. “Menurut peta zaman kuno, Menara Caelus bukan hanya tempat sihir—melainkan tempat penyimpanan memori dunia.”Rainer menoleh, alisnya terangkat. “Memori dunia?”Elyse mengangguk. “Sesuatu yang disebut ‘Rekam Astral’. Sebuah sistem penyimpanan sihir yang bisa merekam kejadian dan pengetahuan dari masa lalu. Jika be
Dunia berubah, tapi perubahan sejati tidak pernah datang tanpa konsekuensi.Sepekan setelah kepulangan Rainer dari Perpustakaan Tengah, gelombang informasi mulai merembes ke setiap pelosok kerajaan. Terjemahan parsial Simfoni Tertinggal telah disalin dan disebarkan ke berbagai sekolah sihir rakyat dan tempat-tempat belajar kecil yang tersembunyi di balik bayang-bayang kota besar.Di awalnya, banyak yang menertawakan dokumen itu. Mereka menyebutnya propaganda seorang anak dari kasta rendah yang menginginkan kekuasaan melalui pengetahuan. Namun semakin banyak yang membaca, semakin banyak pula yang mulai bertanya-tanya.“Kalau sihir bukan bakat keturunan, mengapa kami tidak bisa mempelajarinya?”“Kenapa hanya keluarga bangsawan yang punya akses ke sekolah sihir tingkat tinggi?”Pertanyaan-pertanyaan itu menyebar lebih cepat daripada yang diperkirakan siapa pun.Dan dari balik dinding istana, para bangsawan mulai merasakan tekanan.Di ruang utama Dewan Tertinggi Bangsawan, sebuah pertemua
Hujan turun pelan di atas atap markas, membasahi kaca jendela tempat Rainer bersandar. Di tangan kirinya, liontin yang memuat tiga fragmen kini berpendar aneh—perpaduan antara cahaya dan kegelapan, seolah dua kekuatan bertentangan sedang saling menekan, mencari bentuk akhir dari sebuah kebenaran.Elyse melangkah masuk tanpa suara, membawa dua cangkir teh. Ia menyerahkan satu pada Rainer sebelum ikut bersandar di sisi jendela. Diam.“Apa kau pernah merasa,” kata Elyse akhirnya, “bahwa dunia ini... lebih tua dari yang kita tahu?”Rainer tersenyum kecil. “Tidak hanya lebih tua. Tapi juga lebih terluka.”Ia mengangkat liontin. “Setiap fragmen membawa ingatan. Yang pertama memberi petunjuk tentang asal usul sistem kasta. Yang kedua memperlihatkan eksperimen sihir terhadap manusia biasa. Tapi yang ketiga...”“...membawa kehampaan,” sambung Elyse pelan. “Aku merasakannya saat kita berada di altar itu.”“Dan lebih dari itu.” Rainer berbalik, berjalan ke meja penuh dokumen. Ia mengambil satu g
Langit malam menyelimuti dunia dengan kelam yang lebih pekat dari biasanya. Di luar ibu kota, jauh dari mata para penguasa dan rakyat biasa, Menara Bayangan berdiri di atas bukit batu yang tandus, dikelilingi reruntuhan peradaban lama yang telah lama dilupakan. Di dalam menara itu, sihir lama—sihir yang bahkan tidak dikenali oleh Akademi Sihir Pusat—masih hidup.Di tengah lingkaran sihir yang berpendar redup, pria berjubah ungu tua itu membuka matanya. Mereka bersinar hijau pucat, bukan karena sihir, tapi karena kekosongan yang menghuni raganya. Ia bukan lagi manusia biasa. Namanya telah lama dihapus dari sejarah, digantikan dengan satu julukan: Nihros, sang Pemelihara Kekosongan.“Fragmen ketiga telah terbangun,” gumam Nihros. Suaranya nyaris seperti bisikan di antara celah kenyataan. “Dan si bocah itu... mulai mengganggu alur.”Di sekelilingnya, entitas-entitas tak bernama—makhluk yang dulunya manusia, tapi telah dirusak oleh sihir gelap dari
Ruangan Majelis Tertinggi tidak seperti aula biasa di kerajaan—ia tidak hanya dibangun dari marmer dan batu mulia, tapi dari keheningan yang dalam dan rasa takut yang menggantung. Di tempat inilah hukum kerajaan diciptakan, strategi perang dirancang, dan takdir rakyat ditentukan.Pagi itu, ratusan kursi di tribun atas dipenuhi para bangsawan, penyihir agung, akademisi, dan bahkan utusan luar negeri. Mereka semua datang karena undangan langka: seseorang dari kalangan bawah, tanpa darah bangsawan, tanpa gelar, akan berbicara di hadapan Majelis.Rainer berdiri di tengah podium, mengenakan jubah hitam dengan garis emas yang dirancang Elyse dan para pendukungnya—sebuah simbol antara perlawanan dan martabat. Di belakangnya, Elyse berdiri tegak, mata tajamnya menyapu ruangan.Suara bel logam berdentang tiga kali, menandakan awal sesi. Di kursi utama, High Consul Avarel—pemimpin tertinggi Majelis—mengangguk ke arah Rainer.“Rainer dari distrik bawah, pemegang fra
Langit di atas ibu kota kerajaan Arkwen tampak kelabu. Awan gelap menggantung rendah, seolah menandakan badai besar akan segera datang. Namun badai yang mendekat bukan sekadar cuaca—melainkan konflik yang akan mengguncang seluruh struktur kekuasaan kerajaan.Rainer dan timnya baru saja kembali dari ekspedisi ke Utara, membawa satu kebenaran baru dan satu fragmen simfoni tambahan. Tapi bukan hanya kekuatan yang mereka bawa pulang, melainkan juga informasi yang bisa mengguncang fondasi dunia: bahwa sistem yang saat ini berdiri adalah hasil dari siklus berulang yang dipaksakan oleh kekuatan kuno, dan bahwa pemilik simfoni sejati berpotensi menjadi kunci pembebas atau penghancur dari siklus itu.“Berita tentang pergerakan kita telah bocor,” kata Kysha sambil menyerahkan gulungan surat kepada Rainer. “Tiga dari lima keluarga bangsawan besar mengirim utusan ke menara dewan sihir. Mereka menyebutnya sebagai ‘Tanda Pertama dari Kerusakan.’”“Karena kita mengambil fragme
Hutan Frostveil, wilayah utara kerajaan yang dinginnya mampu membekukan tulang bahkan sebelum musim salju datang. Kabut tebal menggantung di antara pohon-pohon cemara tinggi, dan hanya suara ranting patah atau langkah lembut di salju yang memberi tanda bahwa kehidupan masih ada di tempat itu.Di sinilah Rainer, Elyse, Marcus, dan Kysha menelusuri jejak pengkhianat dari tim mereka—Seth, anggota pencatat sihir yang ternyata telah menyusup atas perintah pihak luar. Peta menuju fragmen ketiga kini berada di tangannya, dan jika dia berhasil menyerahkannya ke tangan sekte atau faksi bangsawan tertentu, pertarungan untuk perubahan bisa berakhir sebelum dimulai.“Kita hanya berjarak satu hari perjalanan dari kuil tua yang disebutkan di fragmen kedua,” bisik Kysha sambil menunjuk peta yang telah mereka salin ulang. “Tapi jalur yang diambil Seth... bukan jalur langsung. Dia menuju celah pegunungan—ada sesuatu di sana yang dia sembunyikan.”Rainer menatap langit yang mulai
Hujan deras mengguyur pelabuhan selatan Kerajaan Galvane. Kapal ekspedisi akademi telah bersandar di dermaga, dan suara ombak yang menghantam kayu menambah ketegangan suasana. Rainer berdiri di dek kapal, mengenakan jubah tebal berlapis pelindung sihir. Di belakangnya, Elyse, Marcus, dan beberapa anggota tim elite akademi bersiap turun.Wilayah yang mereka tuju adalah reruntuhan Virellis, kota kuno yang terkubur oleh tanah longsor dua abad lalu. Berdasarkan kode dalam simfoni pertama, fragmen kedua tersembunyi di bawah tanah, dilindungi oleh mekanisme sihir yang hanya bisa dipecahkan oleh harmoni energi tertentu—sesuatu yang hanya bisa dideteksi jika seseorang memiliki resonansi dengan fragmen pertama.“Aku merasakannya,” bisik Rainer sambil menekan telapak tangannya ke dada, tempat ia mengenakan liontin kristal kecil dari fragmen pertama. “Ada sesuatu yang memanggil… seperti gema di ujung lorong panjang.”Elyse menatapnya, mata peraknya penuh waspada. “Pastikan
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
コメント