Lah, gue nggak apa-apa kali, Al. Ya kali seorang Asia jadi pendiem," balas Asia yang tidak tega melihat sahabatnya memohon.
"Gitu dong dari tadi, kalau kayak gini kan gue nggak berasa ngomong sama patung," katanya sambil meminum es cendol miliknya.
"Lo tahu nggak, tadi rasanya gue mau bilang sesuatu sama Dylan. Tapi rasanya tuh nggak bisa, padahal gue sering banget disakitin. Kenapa ya hati gue bawangnya luluh mulu," kesal Asia.
"Ya ampun Al, gue sampai mikir kayak gini. Apa jangan-jangan gue cinta sama Dylan? Gue bingung nih," jelas Asia.
"Tuh, kan, bener lo cinta sama Dylan?"
"Gue juga nggak tahu, sih. Tapi itu yang gue rasa,"
"Jangan cinta terlalu dalam cukup Dylan Milea aja, Dylan Asia nanti nggak sanggup," ledek Alya.
Asia hanya tertawa saja saat mendengar ucapan dari Alya. Percuma cakep ya, kalau kerjaa
"Tumben sendirian aja, Nan?""Iya, nih, tadinya mau duduk sendiri tapi Lo manggil jadinya gue disini, deh. Ada Asia juga lagi disini,""Kalau ada gue, emang kenapa?" balas Asia."Kalau ada kamu, aku suka aja. Apalagi kalau kamu senyum, manis, deh," ujar Nanda. Seolah ingin menganggap Asia menjadi bagian dari hidupnya.Asia hanya tersenyum saat mendengar ucapan dari Nanda. Ucapan Nanda memang manis, tetapi apa bisa menggantikan posisi Dylan di hati Asia? Dylan yang selalu hambar tetapi isinya di manis banget.Melihat kedekatan Asia dan Nanda, Alya hanya bisa tersenyum saja. Sesekali Alya melirik ke arah Asia.Kenapa, sih? Setiap waktu harus mengingat Dylan?Gila!"Udah makan belum?" tanya Nanda."Gue nggak laper,""Ihh nggak boleh gitu, harus makan
Di tempat lain, Dylan dilanda cemburu melihat kedekatan Asia dan Nanda. Matanya menatap tajam kearah cowok itu.Menyebalkan!Ucapnya di dalam hati.Sedihnya lagi, dia belum pernah membuat Asia tertawa kembali. Dan ini cowok yang baru datang menghampiri Asia tiba-tiba mampu akrab dengan Asia dan Alya. Sayang, Dylan tidak bisa melihat secara dekat wajah pria itu.Tapi tiba-tiba Dylan melihat tangan Asia yang mengarah ke cowok itu. Sampai ketika cowok itu menghindar dan pergi dari Asia dan Alya.Dylan tersenyum. Tiba-tiba dia merindukan Asia.Asia!"Sayang!"Saat Dylan melihat Asia, tiba-tiba istrinya datang membawa makanan."Kamu tuh, kenapa, sih, lagi mikirin apa sih?" kata Nafisah yang melihat tingkah aneh Dylan. Dylan beralih pandangan ke Nafisah, Dylan t
"Al! Gue capek, mau cari gebetan lain aja deh!"Alya seperti berada di alam bawah sadarnya, dulu Asia senang banget kalau dekat sama Dylan. Sekarang tiba-tiba tidak ada angin atau hujan, sahabatnya malah berbicara seperti itu. Alya seperti melihat itu bukan sahabatnya, sedangkan Asia masih berdiri disana. Sejak mendengar hal itu, dia langsung mencubit pipi Asia,"Asli kok ini ya".Asia langsung bersikap aneh kepada Alya. Asia kesal, Alya malah bersikap seperti itu. Pagi ini jam 9 pagi, Asia harus rapat di luar. Sedangkan ini masih jam 7 pagi, masih ada banyak waktu bagi Asia untuk berbicara dengan sahabatnya."Sebentar, deh, As, Lo pagi ini makan apa?" kata Alya yang masih memikirkan kejadian hari ini. Lalu gadis itu menarik kursinya untuk duduk dekat Asia.Mendengar pertanyaan Alya, Asia jadi kaget. "Hah?" hanya itu ucapan yang keluar dari mulut Asia."Yaudah, s
"Ada apa, nih? Lo kangen sama gue?" kata Pemuda itu yang seolah ingin pertahanan hati Asia hancur.Gila! batin Asia."Oh jadi, ini alasannya kenapa Lo tiba-tiba ngilang gitu aja. Nggak ngabarin gue apa-apa," Dylan hanya duduk lalu melirik ke arah Asia."Emang Lo siapanya Asia? Lo nggak berhak ngatur-ngatur Asia,""Ehh. . Alya, gue tuh ngomong sama Asia. Bukan sama Lo!""Kepedean banget, Lo, Dyl. Kayak Asia mau ngomong aja sama Lo!" kesal Alya.Asia hanya diam saja saat melihat kedua temannya itu mulai bertengkar. Daripada Asia yang kena getahnya lebih baik diam saja."Pasti Asia mau, kan, Lo temen gue, kan, As?" Dylan mengelus tangan Asia. Ini nih yang sering membuat Asia luluh."Heh, Dyl, daripada kerjaan lo cuma nyakitin Asia. Lebih baik Lo pergi sama istri Lo aja," kata Alya sema
"Lo masih waras, As? Yakin udah siap move on dari Dylan?" Alya seolah tidak percaya kalau Asia akan meninggalkan Dylan selama-lamanya.Asia hanya melirik ke arah Alya dan hanya mengangguk saja."Nah, gini dong, As! Lo nggak baik tuh, sama dia,"Asia melihat ke arah Alya. Enak aja si Alya, dikira dia nggak bisa move-on dari Dylan apa. Asia rasanya ingin sekali menghukum temannya yang satu ini. "Gue kan bilang mau move on, tapi nggak usah gitu juga kali," ucap Asia."Ini kan, jarang banget Lo ngomong kayak gini. Ya Lo harus semangat jangan putus asa gitu!" kata Alya.Asia senang disemangati oleh Alya, "Lo nggak usah ngomong pun gue tahu kali, Al," tandas Asia."Tapi gue salut ya sama Lo. Di saat Lo bertemu dengan cinta pertama Lo tapi Lo malah mundur!" Alya dengan penuh semangat."Dan Lo bilang tadi Lo mau move on. Padahal nyatanya Lo cinta kan, sama dia? Orang kalau udah move-on itu udah pasti cinta
"Tapi disini gue adalah orang ketiga. Dan gue nggak mau menjadi penghancur diantara sepasang kekasih," "Kalau gue jadi Nafisah, pun, gue nggak suka kalau ada wanita lain yang mau merebut suami gue. Mulai sekarang gue mau ngejauhin Dylan," Beberapa menit kemudian, Alya datang. Lalu menanyakan apakah sahabatnya ini ada masalah. Kemudian, Asia melirik dengan raut wajah yang sama seperti sebelumnya. "Kalau menurut Lo, nih, gue bisa nggak, sih, move-on dari Dylan?" Alya hanya terdiam. Dia menyilangkan tangannya di dada dan berpikir. Saat melihat Alya terdiam, Asia jadi ikut berpikir mampukah dia menjauhi Dylan? Lelaki yang amat dicintainya itu. Memikirkan bagaimana kisah cintanya jika tetap berlanjut antara Asia, Dylan dan Nafisah. Rumit sekali! Cukup saja hari ini dia mendapat pesan dari atasannya untuk lembur. "Ya, bisa, lah. Kalau
"Lo ngapain, sih?" Asia berada di tempat kerjanya dan melihat ke arah Dylan. Ia melihat Dylan sambil membawa 1 kotak dimsum.Lelaki itu memberikan 1 kotak dimsum untuk Asia. "Dimsum kesukaan, lho, nih, tadi mau habis untung gue beli duluan," kata Dylan sambil menawarkan kepada Asia."Eh, Dyl. Masih punya nyali juga, Lo, ngedeketin Asia?" balas Alya saat melihat sahabatnya ditemui oleh Dylan. Dylan, pria yang disukai oleh Asia tetapi hal itu sudah sirnah."Lo, bukannya pulang. Malah disini? Pulang aja sana," kata Dylan mulai mengusir Alya."Yaelah, ngegas banget, sih, Lo. Inget, As, nggak usah deket-deket sama dia. Cuekin aja!" tutur Alya mengingatkan Asia tentang perbuatan Dylan yang pernah dilakukan kepada Asia.Dimsum yang diberikan oleh Dylan, masih berada di hadapan Asia. Asia belum sekalipun menyentuh dimsum itu.Asia memikirkan tahu saja kalau Asia suka sama Dimsum. Dasar Dylan! Bisa aja nyari kesempatan d
"Gimana, enak, kan, dimsumnya?" kata Dylan. Dylan yang masih memperhatikan Asia dari meja kantornya."Enak, kok. Thank, Dyl," Asia berusaha merespon Dylan sewajarnya. Dia tidak mau kalau harus menjadi orang ketiga di hubungan Dylan dan Nafisah.Dylan tidak menyangka ternyata Asia bisa luluh hanya dengan 1 kotak dimsum. Kalau sudah tahu Asia suka dimsum sudah pasti dibelikan sejak kemarin-kemarin. Tapi walaupun Asia sudah memakan dimsum pemberian Dylan, tetap saja wajahnya seperti itu.Asia sejak tadi terlihat memiliki aura yang tidak menyenangkan. Bukannya disambut, Asia sudah siap memperlihatkan ucapan tidak menyenangkan yang akan dilontarkan olehny. Padahal dia sudah makan dimsum dari Dylan tetapi tetap saja auranya itu tidak pernah hilang.Asia itu lagi kenapa, sih? Suka bingung, deh. Sebentar-sebentar dia ngambek, baik, terus ngambek lagi. Aneh banget, kan? Setiap ditanya malah tatapannya tajam banget. Eh dan sekarang dibilang