Share

•03•

Sesuai dengan kesepakatan Naya, mereka berempat kerja kelompok dirumah sikembar. Tak lupa mengajak Gea yang kabarnya sudah pulang dari luar kota.

Mereka kini berada di ruang televisi. Naya yang sedang berkutat dengan laptopnya, Gea yang membolak-balikkan buku Bahasa Indonesia-nya. Dan para cowok sedang berkutat dengan Handphonenya membuka g****e, mencari judul dan tema yang akan dikerjakan.

"Nay, ini bagus nih," ujar Gavin, lalu mendekat ke arah Naya.

"Judulnya?" jawab Naya sembari menoleh.

"Yang ini aja ya, tentang kesehatan. Disini juga ada contohnya, pengertian, aspek-aspeknya, cara menjaganya. Ini juga singkat. Tinggal direvisi lebih baik aja," jelas Gavin.

"Setuju nggak?" tanya Naya sembari menoleh ke arah Kevan, Gea dan Darrel yang tadinya sibuk langsung menoleh dan mengangguk paham.

"Boleh juga. Nay, lo yang ketik. Dan lo Vin, Ganti kata-kata yang kurang menarik atau perlu direvisi. Selebihnya kita nyari cover," jelas Gea, kemudian gadis berambut sebahu itu mendekat ke arah Naya.

Mereka mulai mengerjakan tugasnya masing-masing. Kalau kerja kelompok yang lain dengan artian yang kerja satu, yang lainnya hanya melihat, ada juga yang membantu. Tapi mereka tidak, karena kecerdasannya, walaupun Darrel yang sedikit kurang paham.

Seusai mengerjakan tugas sekitar dua jam, ada yang sedang di meja makan mencari makanan, ada yang duduk lesehan dikarpet bulu yang digelar oleh Kevan. Karena Orangtua Naya sedang tidak ada di rumah, jadi mereka bebas.

"Nay ada makanan nggak? Laper," ujar Darrel sambil mengusap perutnya bak orang hamil.

"Di kulkas. Sekalian ambilin juga buat kita," jawab Naya.

Dengan senang hati Darrel berjalan kearah dapur dan membuka kulkas besar itu, banyak camilan disana. Dia mulai mengambil satu persatu, dari mulai chiki, minuman dingin, soda.

"Banyak amat, kalo begini jalannya mah rumah gue dirampok ini," ujar Kevan heboh ketika melihat Darrel membawa makanan yang amat banyak, bahkan ada yang sampai jatuh dilantai.

"Tau, Rel. Kaya gak makan seminggu aja lo," sahut Gavin, bercanda.

Darrel menyimpan camilan yang ia bawa tadi dikarpet bulu yang digelar oleh Kevan. "Ini gue bawa kan buat kalian semua, bukan buat gue semuanya. Gimana, sih!"

"Ya gak sebanyak ini juga kali, Rel," kata Gea sewot.

"Udah. Nggak bakal habis juga." Naya berusaha melerai, bukannya apa-apa, Naya hanya tak ingin berisik karena ucapan unfaedah mereka.

"Eh, Nay. Asal lo tau, kalo sama ni gentong, bakal abis!" cetus Kevan sembari menunjuk Darrel.

"Tinggal beli lagi, kan?"

"Nah bener kata si Nay, nggak usah kaya orang susah aja lo Van," jawab Darrel semangat.

"Tapi, Nay. Keenakan dianya," tutur Gavin yang sedari tadi hanya menyimak.

Naya berdecak. "Lo berdua nggak usah makan aja, ribet!" putus Naya.

Ucapan Naya membuat Gavin dan Kevan cengo. Kok jadi mereka yang salah?

"Enggak, enggak! Enak si Darrel dong!" jawab Kevan cepat.

"Yaudah diem."

***

Sekitar tiga jam yang lalu teman-teman Naya dan Kevan sudah pulang. Karena hari semakin gelap juga.

Kini Naya sedang berada didalam kamarnya, dia mengotak-atik ponselnya. Lalu dia mematikannya, tidak ada apa-apa. Baru saja dia hendak ingin berdiri, notif W******p terdengar.

Naya membuka aplikasi itu, dahinya menyernyit heran.

Gavin:

Nay

Dengan malas dia mematikan ponselnya kembali, tidak penting!

Tapi deringan itu kembali berbunyi lagi. Dengan kesal dia membuka W******p lagi, kemudian membalasnya dengan perasaan kesal.

Gavin:

Ko di read doang si?

K Naya:

?!

Sedangkan disisi lain, Gavin memandang ponselnya dengan terkekeh pelan. Pasti Naya sedang kesal, karena dia tidak suka jika ada yang mengiriminya pesan apabila itu tidak penting-penting banget.

"Lagi ah," ucap Gavin terkekeh.

Gavin :

Lagi apa?

Read.

Gavin berdecak. "Nyebelin."

"Spam aja, bodo." Gavin kembali bermonolog.

Gavin:

Nay, lo mah gitu:(

bales napa sih:(

Nayaaaanggg🤣

Eh, Naya mksud gue🤣

K Naya:

APA SI APA

Gavin :

Lo marah ya? maaf deh

maaf🤣

K Naya:

G JLS!

Gavin:

Iya, gajelas kalo hidup

gue tanpa lo.

/Read.

Gavin sudahi sajalah, dia juga merasa lapar malam ini. Dia perlahan berjalan, menuruni anak tangga satu persatu. Yaiyalah, masa iya langsung loncat, bunuh diri itu namanya.

Dia membuka kulkas, kosong. Lalu ke meja makan, kosong juga? Astagfirullah, kerja lembur bagai Quda, sampai lupa orang tua!

Gavin menyambar kunci mobil dan memakai hoodie kuning gelapnya.

Sesampainya di ruang TV, dia menemui orang tua nya yang sedang menonton sinetron, kalau nggak salah liriknya,

Kumenangiss ... Membayangkan ...

Sinetron apa, ya?

"Mau kemana, Vin?" tanya Renata, sang Mama.

"Mau beli cemilan, di kulkas kosong, di meja makan nggak ada makanan."

"Pakai mobil aja ya, udah malem," sahut Ardi, sang Papa.

"Iya, Gavin pergi dulu. Assalamualaikum." Salamnya setelah mencium punggung tangan keduanya.

***

"KEVAAAAANNNN!"

"Apasi Nay, kuping gue budek ini, agh."

"Lagian lo diapanggilin gak nyaut-nyaut," ujar Naya dengan mengerucutkan bibirnya. Kesal.

"Nyaut-nyaut emangnya gue ikan apa!" tukas Kevan.

"Anterin ke depan."

"Ke depan? Depan mana? Depan pintu? Gitu aja perlu dianter. Man—"

"SUPERMARKET, ONTA!" Naya berteriak tepat disamping telinga Kevan, yang mana membuat Kevan menjauh dari Naya.

"ANJING! KUPING GUE!" Kevan ikutan berteriak sambil mengusap-usapkan tangannya ke telinganya.

Jessie dan Devan yang mendengar teriakkan anak-anaknya saling melempar tatapan seolah bertanya 'kenapa?'

Tanpa dikomando, Jessie menaiki anak tangga dengan tergesa-gesa disusul oleh Devan dibelakangnya. Mereka melihat ke kamar Kevan yang terbuka lebar. Mereka dapat melihat, Naya yang sedang kesal, dan Kevan yang mengusap-usapkan tangannya ke telinga.

"Ada apa sih kalian ini? Kaya di hutan aja pake teriak-teriak segala," cetus Jessie.

"Naya, Ma. Dia teriak di telinga Kevan," adunya.

Devan ingin membuka suara. Tapi—

"Naya mau ke supermarket, Ma. Nay minta anterin Kevan, tapi Kevaby nggak mau." Naya berujar dengan memajukan bibirnya, kesal.

"Eh, gue belum bilang mau apa kagak, Maimunah!"

"Nama gue Naya," ralatnya.

"Serah! Pokoknya gue belum jawab mau apa nggak!"

"Sudah, sudah. Kevan, kamu antar dong Naya. Emangnya kamu mau kalau diajalan Nay kenapa-napa?" lerai Devan. Sedangkan Jessie, dia menggelengkan kepalanya beberapa kali.

"Ih, Papa! Kok kaya nyumpahin Nay kenapa-napa, sih?"

"Bukan begitu, Kanaya ... masa papa nyumpahin yang buruk-buruk sama anak sendiri?" Devan mengusak rambut putrinya.

Lalu pandangan Devan kembali ke arah Kevan. "Mau adikmu kenapa-napa?"

"Eng ... nggak sih." Kevan menjawab dengan terbata-bata, awalnya ia hanya ingin bermain-main sebentar dengan Naya dan mengusili adiknya itu. Namun, tampaknya Naya sedang sensitif, ya?

Kanaya yang dirumah memang super duper menjengkelkan juga bikin Kevan pusing sendiri.

"Ya sudah, sana antar Naya. Bahaya juga sudah malam."

***

any feedback to appreciate me, thanks for reading this❤️

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status