Semua Bab ES BATU: Bab 1 - Bab 10
33 Bab
•01•
"AAAAAAAAAAAAA!" teriak seorang gadis yang tengah berbaring langsung mendudukkan dirinya. Dengan jam weker ditangannya. Pukul 07.55. Berarti dia terlambat. Pake banget malah! Dengan cekatan gadis itu berlari kearah kamar mandi, melakukan ritual mandinya dengan tergesa-gesa. Tidak apa-apa telat, yang penting harus! Prinsipnya. Jessie yang mendengar teriakan anak gadisnya terperanjat kaget. Masalahnya, ngapain dia teriak-teriak di pagi buta seperti ini, dan posisinya sedang memotong sayuran yang akan di masaknya. Untung saja tidak mengenai tangan, kan. "Ya Allah, kenapa lagi sih," gumam Jessie. Jessie dengan langkah tergesa, menaiki anak tangga dengan hati-hati. Ketika sampai didepan pintu kamar putrinya, Jessie mengetuknya. Tetapi tidak ada sahutan, langsung saja Jessie membukanya. Dan, yah tidak dikunci. Jessie mengedarkan pandangannya, t
Baca selengkapnya
•02•
Bel istirahat berbunyi lima menit yang lalu, para siswa/siswi pun mulai keluar masuk ke dalam kelas, berbeda dengan Naya. Dia sangat kesal pada hari ini. Teman sebangku juga sahabat sejak SMPnya tidak hadir, dikarenakan izin keluar kota bersama keluarganya. Gea Favella. Cewek cantik nan manis, kulit putih, rambut sebahunya terkesan makin imut. Sikap dia berbanding balik dengan Naya. Dia cerewet, Naya sebaliknya. Alhasil dia sebangku dengan Gavin. Kan ngeselin. Kevan mendekati meja yang diduduki Naya dan Gavin. "Kantin kuy lah, laper gue," ujarnya sembari mengelus perutnya bak orang hamil. Mereka berempat berjalan beriringan menuju kantin. Dengan posisi Naya di apit oleh Gavin dan Kevan, sedangkan Darrel disamping Kevan. Banyak pasang mata terarah kearah mereka. Jangan salah, ketiga cowok itu most wanted disini. Jadi, siapa yang tidak iri kepada Naya yang bisa berdekatan dengan pr
Baca selengkapnya
•03•
Sesuai dengan kesepakatan Naya, mereka berempat kerja kelompok dirumah sikembar. Tak lupa mengajak Gea yang kabarnya sudah pulang dari luar kota. Mereka kini berada di ruang televisi. Naya yang sedang berkutat dengan laptopnya, Gea yang membolak-balikkan buku Bahasa Indonesia-nya. Dan para cowok sedang berkutat dengan Handphonenya membuka google, mencari judul dan tema yang akan dikerjakan. "Nay, ini bagus nih," ujar Gavin, lalu mendekat ke arah Naya. "Judulnya?" jawab Naya sembari menoleh. "Yang ini aja ya, tentang kesehatan. Disini juga ada contohnya, pengertian, aspek-aspeknya, cara menjaganya. Ini juga singkat. Tinggal direvisi lebih baik aja," jelas Gavin. "Setuju nggak?" tanya Naya sembari menoleh ke arah Kevan, Gea dan Darrel yang tadinya sibuk langsung menoleh dan mengangguk paham. "Boleh juga. Nay, lo yang ketik. Dan lo Vin, Ganti kata-kata yang kura
Baca selengkapnya
•04•
Kevan tuh tipe kakak yang penyayang. Namun, dia tidak menunjukkannya secara langsung. Walaupun sering tidak akur, tapi dia sangat sayang kepada adiknya. "Lama banget sih, buru!" Naya terus mengomel sampai telinga Kevan pengang. Cerewet. "Diem atau nggak gue anter," ancam Kevan. Namun, hanya bercanda. Cuma nada bicaranya saja seperti serius. Naya yang hendak ingin angkat bicara terurung karena tangan kekar milik Kevan membekap mulutnya. Dia ingin berteriak. Mengadu lebih tepatnya. "Lo tuh ya, di sekolah aja so' cuek. Tapi di rumah cerewet dan manjanya minta ampun. Gue bilangin sikap lo ke si Gavin baru tau rasa lo," celotehnya. "Lah? Hubungannya sama gue apa?" tanya Naya bingung. Bukannya teman-temannya sudah tahu perihal Naya yang bersikap manja jika dirumah? Bukannya juga hal itu wajar bagi adik perempuan yang lebih manja kepada kakak laki-lakinya?&n
Baca selengkapnya
•05•
Bel istirahat berbunyi lima belas menit yang lalu. Naya dan teman-temannya sedang berada di kantin dan melakukan makan siang mereka. Kelihatannya Naya masih marah atas kejadian semalam. Tapi, Gavin bisa apa? Sepertinya Naya sedang datang tamu. "Nay, lo kenapa deh. Diem-diem bae," ucap Darrel. "Lagi ngambek dia sama si Gavin," sahut Kevan. Gea menoleh ke arah Kevan. "Lah, emang kalian pacaran?" tanya Gea yang melirik ke arah Naya dan Gavin secara bergantian. "Enggak lah," sergah Naya. "Lah emang kudu orang pacaran aja yang ngambekkan?" sahut Darrel, yang sahabatan juga bisa saja toh marah-marahan, ya kan? Naya sedang badmood, dia tidak mau jika harus marah-marah gak jelas. Apalagi di kantin yang se-ramai ini. Bukan malu, hanya jaga attitude saja. Walau kenyataannya sekolah ini milik orang tuanya. Dia beranjak dan melen
Baca selengkapnya
•06•
Sudah dua minggu sejak kejadian waktu Gavin menemui Naya yang sedang datang bulan, mereka menjadi dekat. Banyak yang heran dan iri sekaligus.Seorang cowok kini tengah berbaring di kasur empuknya. Sedari tadi bibirnya terus terangkat keatas. Senang, bahagia. Semuanya dia rasakan.Renata-Mama Gavin. Membuka pintu kamar putranya. Dia tersenyum geli melihat tingkah anaknya, pasti lagi kasmaran!"Vin," panggilnya.Gavin diam."Vin."Masih diam."Gavin." Kali ini Renata berbicara sedikit berteriak."Astagfirullah Mama, ngagetin!" ucap Gavin sembari mengusap dadanya, terkejut. "Nggak ngetuk pintu dulu pula," lanjutnya."Mama tuh udah ngetuk beberapa kali Vin. Cuma kamunya aja yang budek!" cercanya."Amit-amit, Ma!" sarkas Gavin dengan mengusap perutnya beberapa kali.Renata mendengus. "Cepet turun. Papamu sudah menunggu di meja makan," titahnya lalu beranjak kaluar dari kamar Gavin."Iya."***
Baca selengkapnya
•07•
Dengan langkah malas, Naya membuka pintu utama, suara bel masuk ke pendengarannya, pembantu-pembantunya sedang sibuk di dapur. Jadi, dialah yang akan membukanya. Masih pagi siapa yang sudah bertamu?   Ketika Naya memutar knop pintu dan membukanya. Oh! Dia Gavin! Masa iya Naya bertemu Gavin dengan fashion kaya gini?   Lihatlah, dia memakai piyama unicorn dengan lengan panjang serta celana panjang. Lalu, rambut yang di ikat asal, terkesan acak-acakkan. Kan, nggak banget!   "Ngapain?" tanyanya ketus. Apa tidak ada waktu yang pas untuk Gavin bertemu dengannya? Kenapa harus saat Naya berpakaian seperti ini.   "Ketemu lo, lah. Masa iya Kevan."   "Masih pagi juga," decaknya.   "Nggak papa, lo cantik kok kalo lagi gini juga," kata Gavin yang sukses membuat pipi Naya bersemu.   "Apaan sih." Naya memalingkan wajahnya ke arah lain, tak menatap wajah
Baca selengkapnya
•08•
"Sayang, sini dong," rengek seorang pemuda sembari merentangkan kedua tangannya meminta untuk dipeluk. "Apasih kamu. Bangun, gak usah pake tidur lagi," kata gadisnya galak. "Sayang. Bentar aja kok. Janji," rengeknya semakin menjadi. Gadis itu menghela nafas. "Gak ada Vin. Udahlah bangun." "Ayolah Nay, peluk doang." Gavin berucap sambil memajukan bibirnya, merajuk. Naya menghampiri Gavin yang sedang berada diranjang. Lalu duduk ditepi ranjang. Membuat senyum Gavin mengembang. Dengan cekatan Gavin beringsut untuk memeluk tubuh mungil Naya. "Sesek Vin, jangan erat banget." Gavin cengengesan. "Hehe, maaf ya sayang," katanya. Lalu mencium pipi Naya. Naya menghindar lalu mendorong pelan kepala Gavin. "Bau ish. Mandi dulu sana," titahnya. "Apasih?" tanyanya. Lalu menciumi wangi tubuhnya. "Masih wangi Nay
Baca selengkapnya
•09•
Naya memasuki kamar Kevan. Dengan kesal dia menghentak-hentakkan kakinya. "Van," rengeknya.Kevan menoleh, ia hanya bergumam untuk membalas ucapan Naya."Van, ih.""Apa Kanaya?" tanya nya yang mulai kesal."Gue gak bisa bersikap hangat sama semua orang," katanya jujur."APA?!" pekik Kevan. "Lo gak bisa bersikap hangat sama sahabat lo sendiri?" katanya tak percaya.Naya berdecak. Alay sekali. "Bukan gitu. Gue sama Gea udah kenal dari smp kan? Dia tuh udah ngerti banget sama sikap dan sifat gue. Sedangkan Darrel dan," Naya menggantungkan ucapannya. Dia malas menyebut nama itu. "Gavin. Baru kelas sepuluh. Gue gak bisa Van," rengeknya. Dengan mata yang sudah berkaca-kaca."KALO LO UDAH GINI! MANA BISA GUE NOLAK?!" Kevan berteriak gemas lalu memeluk tubuh Naya.Akhirnya, rencana Naya berhasil. Dia bukan memanfaatkan kelemahan Kevan. Tapi, dia juga tidak bisa menjadi apa yang Kevan mau.Naya memeluk Kevan erat. "Gue sayang lo,
Baca selengkapnya
•10•
"Berjuanglah jika orang itu patut untuk diperjuangkan."  -Gavinno Leonard Pradipta. ***  Hari ini kepulangan Gavin. Dia sudah dibolehkan pulang karena memang lukanya sudah membaik. Kini Gavin sedang berada didalam mobilnya, yang dikendarai oleh Papanya dan Mamanya berada disampingnya. Jadilah dia sendiri dibelakang. Gavin menghela nafas beratnya. Sudah lima hari ia tidak sekolah. Dan esok, ia kembali melakukan aktivitasnya seperti biasa. Ini lah, akibat keras kepala. Tapi, tak apa. Yang penting Naya sudah mulai peduli dengannya. Deringan ponsel Gavin mengusik ketiganya. Gavin melirik nama yang menghubunginya 'Es balok<3'. Itu nama Naya yang telah ia ubah pada saat mereka berdebat menyebut 'Es' dan 'Batu'.  Tidak ingin Naya menunggu, Gavin langsung menggeser tombol hijaunya. Lalu mendekatkan ponselnya ketelinganya. Agar orangtuanya tidak mendengarkan.
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1234
DMCA.com Protection Status