Share

03. King and Queen

Aleka mematut dirinya didepan cermin kamar ganti. Aleka menggunakan office wear dengan atasan kemeja putih berkerah tali berwarna hitam yang ia sampul pita. Aleka juga mengenakan celana sepan yang ukurannya memang ukuran kaki Aleka. Sungguh baju yang dibawakan oleh Mila seperti di desain untuknya, buktinya pakaian itu memang benar-benar tipe ukurannya.

Aleka berjalan menggunakan sandal capit entah milik siapa yang ia temukan dikelas. Aleka sedikit malu diperhatikan oleh murid lain karena pakaiannya yang berbeda. Aleka hanya berusaha untuk bersikap tak peduli.

Saat sampai dipintu kelas, Aleka sudah disambut oleh sorakan teman-temannya.

"Wah, pas banget. Ini ukuran bajunya Cuma gue kira-kira padahal." Puji Mila pada Aleka sambil menyodorkan blazer yang satu set dengan pakaian yang dipakai Aleka.

"Nih," Radit menyodorkan paper bag berwarna hitam pada Aleka.

"Apaan nih?" tanya Aleka sambil menerima paper bag itu.

"Buka dong!" perintah Radit pada Aleka sambil membetulkan dasi berwarna hitamnya.

Aleka membuka paper bag itu. Didalamnya ada kotak lagi, Aleka meletakkan paper bag itu di meja sebelahnya, kemudian membuka isi kotak itu. Aleka menebak jika isinya adalah alas untuk kaki, dan benar saja isinya adalah sepatu high heels hitam dengan tinggi hak hanya 9 cm.

"Hadiah buat lo. Dari gue sama Mommy." Ucap Radit.

"Ah, lo. Bilangin ke tante, makasih ya. Eh ntar deh gue kesana." Ucap Aleka sambil membolak-balik sepatu high heels itu.

Aleka pun memakai sepatu high heels itu. Radit tahu ukuran kaki Aleka jadi sepatu high heels yang ia belikan sudah pasti akan pas dikaki Aleka.

"Gimana?" ucap Aleka meminta pendapat teman-teman sekelasnya.

"Sebaiknya jangan digerai deh rambut lo, trus tambahin sedikit make up formal gitu loh. Lo juga Dit, mending di hair up aja." saran Feby.

"Feby bener." Ucap Mila.

Kemudian Mila menyuruh Aleka duduk agar Mila dapat memoleskan make up pada permukaan wajah Aleka dan dapat merapikan rambut Aleka. Mila mengucir rambut Aleka dan sedikit menyampirkan poni Aleka yang sudah panjang. Setelah selesai dengan Aleka, Mila pun membantu Radit, agar gaya rambut Radit lebih terkesan rapi dengan hair up style.

"Gimana?" tanya Mila.

"Radit sih udah pas, tapi Aleka terkesan mengikuti gaya ituloh, Aktris korea di drama yang sekretaris-sekretaris itu." Komentar Gladis.

"Dia bener." Ucap Aleka.

Gladis pun mendekat dan meraih sisir ditangan Mila, kemudian tanganya dengan lihai memperbaiki gaya rambut Aleka. Gladis mencatok rambut Aleka agar rambutnya lebih terkesan rapi, tetapi gladis men-curly bagian bawah rambut Aleka.

Kemudian Gladis mengucir setengah rambut Aleka tetapi tidak begitu kuat. Gladis juga membiarkan poni panjang Aleka agar menambah kesan manis pada Aleka.

"Gimana?" tanya Gladis.

"Aleka banget ini mah." Komentar salah satu teman lelaki di kelas itu.

"satu lagi," Mila menyematkan anting bermutiara satu di telinga Aleka, "Pas."

Gladis mengeluarkan kamera digitalnya untuk mengabadikan moment ini agar bisa ia unggah di akun sosial media kelas.

"Okay photo dulu, gandengan ya!" ucap Gladis yang siap menangkap moment itu.

Setelah selesai dengan photo-photo, Aleka dan Radit pun berjalan beriringan menuju tempat yang telah disediakan oleh panitia. Aleka menatap Radit dengan ragu saat mereka akan sampai diruangan itu.

"Lo siapkan, Le?" tanya Radit.

Aleka menghela nafas cukup panjang, "siap, gak siap, harus siap." Ucap Aleka yakin.

Radit tersenyum menatap sepupu kebanggaannya ini, "Arah jam 3." Bisik Radit pada Aleka.

Aleka pun mengedarkan pandangannya ke arah jam 3 yang diucapkan Radit. Disana ada Keynan yang tengah mengobrol dengan pasangan dari kelasnya. Aleka menatap Keynan dengan kagum. Keynan memang selalu cocok memakai apapun. Bahkan sekarang Keynan yang menggunakan setelan jas single breasted hitam putih yang tak terlalu berbeda dengan Radit, terlihat lebih tampan dan berkarisma. Gaya rambutnya yang di hair up kesamping menambah kesan dewasa padanya.

Betapa terkejutnya Aleka ketika melihat Keynan sedang menatap kearahnya juga. Aleka pun dengan cepat mengubah ekspresinya agar tak terlihat terlalu terkejut. Keynan dan pasangannya itu menghampiri Aleka dan Radit, "Hai gays. This is weird." Sapa Keynan yang menunjukkan pakaiannya.

Aleka dan Radit terkekeh pelan, "yeah, you right, Key," balas Radit.

"stop call me like that, dit!" Peringat Keynan pada Radit.

"sorry, gue lupa kalo lo bakal jadi the king ya," ejek Radit.

Suara salah satu panitia pun terpaksa menghentikan obrolan mereka.

"Oke semua peserta berbaris dengan pasangannya untuk mengambil kertas kuesioner ini. Nanti yang putra masuk ke ruangan sebelah kanan dan yang putri diruangan sebelah kiri." Ucap salah satu panitia perempuan yang wajahnya tak asing bagi Aleka karena ia selalu muncul dihadapan para siswa.

Semua peserta berbaris dengan tertib. Aleka berbaris dibagian tengah karena memang ia dan Radit datang terlalu on time. Tapi tak terlalu lama, akhirnya Aleka dan Radit mendapatkan gilirannya mendapatkan lembaran kertas yang cukup tebal itu. Aleka pun terpisah dari Radit karena ruangannya berbeda.

Saat masuk, Aleka mencari tempat yang menurutnya nyaman. Aleka berharap setidaknya, salah satu dari mereka ada yang Aleka kenal, tapi nihil wajah mereka asing untuk Aleka.

Aleka pun dengan ragu memilih duduk di kursi depan saja yang kebetulan belum terisi oleh siapapun. Tapi sialnya Aleka, disebelah kanannya ada perempuan yang selalu mengusik Aleka. Ya, itu Halma. Tapi Aleka berusaha tak peduli dan tak ambil pusing dengan kehadiran perempuan itu.

Setelah semua kursi terisi ada jeda beberapa menit sebelum para peserta seleksi King and Queen mengisi kuesionernya. Aleka berinisiatif untuk berkenalan dengan orang yang duduk bersebelahan dengannya, juga yang membuat Halma terhalangi oleh kehadirannya.

"Hai!" sapa Aleka sedikit canggung.

Perempuan itu menoleh dan menampilkan senyuman yang manis pada Aleka.

"Hallo kak! Aku Tiara kelas X IPS 3." Ucapnya memperkenalkan diri pertama kali.

"Aku Aleka, kelas XI IPS 3." Jawab Aleka.

"Aku kira kakak, anak IPA. Tapi ternyata bukan."

"Memangnya kenapa kalo aku anak IPA?" tanya Aleka spontan.

Perempuan yang mengaku bernama Tiara itu hanya menampilkan cengirannya, "hehe enggak." Ucapnya.

Obrolan itu tak berlanjut karena ada panitia yang masuk.

"Okay, hari ini seleksi dengan menggunakan point dari jawaban kuesioner ini. Kalian akan diawasi oleh Ibu Diana Putri,S.Pd. kalian akan memulai pengisian kuesioner 2 menit lagi. Dari tahap seleksi pertama ini, akan diambil 26 peserta terbaik dari 32 peserta. Jadi isilah kuesioner ini baik. Ini pulpen yang akan kalian gunakan selama seleksi tahapan King and Queen ini."

Dua orang dari panitia masuk dan membagian satu buah pulpen pada satu orang peserta. Tak lama, Ibu Diana pun memasuki ruangan itu dan duduk di kursi yang telah disediakan.

"Baiklah, pengisian kuesioner dimulai dari.. sekarang!" seru panitia itu.

Dengan santai Aleka membalik halaman kuesioner yang telah disiapkan panitia. Jujur saja Aleka tidak menyiapkan apapun untuk hari ini. Karena menurut informasi yang ia dapat, kuesioner ini lebih bertanya pada opini kita sendiri.

***

3 jam berlalu. Aleka dan peserta lainnya telah selesai mengerjakan kuesioner yang tak pernah Aleka sangka memiliki 100 soal, terdiri dari 60 soal pilihan ganda dan 40 essay. Bahkan rasanya tangan Aleka hendak putus saking pegalnya. Tetapi untungnya Aleka bisa menyelesaikan soal-soal itu 15 Menit sebelum waktunya habis.

Para peserta belum diberi arahan untuk meninggalkan ruangan ini, bahkan sudah 10 menit setelah tahapan pertama dari seleksi ajang ini selesai. Aleka dan peserta lainnya sudah merasakan bokongnya kebas dan ingin segera berdiri.

Seorang panitia masuk, "baiklah tahap seleksi ini sudah selesai kalian kerjakan, berikan tepuk tangan untuk kita semua." Seru panitia itu yang diikuti oleh suara tepuk tangan dari orang-orang yang ada diruangan itu.

"termakasih kepada Ibu Diana,S.Pd yang telah meluangkan waktunya untuk acara penyeleksian ini, sekarang kalian kembali ke kelas masing-masing, untuk pengumumannya kalian akan mendapatkannya dari surel, sms atau pun telepon. Jadi usahakan alamat email dan nomor kalian tetap aktif. Selamat beristirahat dan selamat pulang!" serunya lagi.

Semua peserta keluar dari ruangan itu ada yang terburu-buru dan tergesa-gesa, ada juga yang sangat santai dan kalem seperti Aleka. Aleka sudah lelah tapi ia tidak mau terburu-buru karena ia takut sepatu high heels yang diberikan Radit dan tantenya itu akan melukai kakinya. Secara sepatu baru kan mesti kenalan dulu sama kaki.

Dengan langkah yang santai tapi tetap anggun seperti Aleka biasanya ia berjalan keluar ruangan untuk mencari Radit, sepupunya itu.

"Dit!" panggil Aleka setelah ia melihat Radit baru keluar ruangan.

Radit menghampiri Aleka dan tanpa sepatah kata pun Radit menarik tangan Aleka lembut agar langsung berjalan menuju kelasnya.

Sesampainya dikelas, Radit dan Aleka langsung duduk di kursi yang terdekat karena sungguh mereka sangat lelah. Aleka membuka sepatu high heels yang ia kenakan.

Kemudian melihat tumitnya yang kemerahan. Aleka yakin jika iya berjalan 5 menit lagi menggunakan sepatu high heels itu, ia yakin lecet dikakinya akan sampai berdarah.

Aleka berdiri dan berjalan menuju kursinya dengan menenteng sepatunya itu. Kelas sedang kosong karena ini adalah jam olahraga jadi semua sedang berada dilapang outdoor. Aleka mengeluarkan tumblrnya dan segera meminum airnya. Aleka membuka blazernya dan membuka sampul pita dilehernya.

Begitu pun Radit, Radit membuka kaus kakinya dengan tak sabar. Radit juga membuka single breasted-nya dan meletakannya dimeja, lalu dasinya dan melepaskan 2 kancing kemeja bagian atasnya.

Aleka menumpukkan kepalanya pada kedua lengannya yang dilipat diatas meja, kemudian menutup matanya. Tapi baru saja Aleka akan tertarik ke dunia mimpi, anak-anak kelasnya datang dan menyerangnya dengan pertanyaan secara bertubi-tubi.

"Gimana-gimana? Lancarkan?" suara Mila-lah yang paling kentara karena yang paling dekat dengan Aleka sekaligus Mila mengucapkannya setelah Anak-anak yang lainnya tidak terlalu ribut.

Aleka mengangkat wajahnya dan menatap teman-temannya tanpa ekspresi apapun yang membuat teman-temannya mnegernyitkan dahi dan saling pandang satu sama lain.

"Gue cape. Intinya bayangin aja dah, lo dikasih TO buat UN langsung semua pelajaran tanpa istirahat. Cukup jelas menurut gue." Jawab Aleka tetap tanpa ekspresi.

Kemudian teman-teman Aleka mendekati Aleka dan Radit yang jauhnya hanya terhalang 1 meja, tanpa diduga oleh Aleka, teman-teman Aleka memijat-mijat tubuhnya. Tentunya Aleka oleh siswi perempuan dan Radit oleh siswa lelaki dari kelas itu.

Aleka yang merasa nyaman dipijat hanya menikmati. Sedikit mengobati pegal nya.

Kali-kalilah. Batin Aleka.

***

.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status