Share

02. Haruskah?

Sudah seminggu berlalu. Kegiatan belajar mengajar juga sudah berjalan seperti biasanya. Seperti sekarang Aleka tengah fokus memperhatikan penjelasan tentang mata pelajaran Sejarah Minat yang ia sukai, tak hanya pelajarannya gurunya juga sangat Aleka sukai. Meskipun begitu, tapi tetap Keynan lebih disukai Aleka.

"Jadi, kerajaan Hindu Buddha di Indonesia itu masih banyak pengaruhnya hingga sekarang. Selain menjadi sarana edukasi untuk kita, banyak juga adat istiadat yang masih dijalankan. Sampai sini ada yang ditanyakan?" terang Bapak Andre selaku guru mata pelajaran sejarah minat.

Aleka mengangkat tangan, "Untuk tugas yang kelompok itu, presentasinya minggu depan kan, Pak?"

"Iya, tapi kalo kalian siap, sekarang juga boleh." Jawab Pak Andre.

"Nggak, Pak!" serentak anak-anak.

"Ya sudah, kalo begitu kita akhiri pelajaran hari ini. Kerjakan tugasnya jangan hanya menumpang nama. Minggu depan presentasi acak. Selamat istirahat." Ucap Pak Andre sambil membereskan barang-barangnya.

"iya Pak." Jawab anak-anak serentak.

Pak Andre pun keluar dari kelas XI IPS 3 itu, suasana kelas jadi lebih ramai melebihi ibu-ibu yang tengah menawar daster di pasar Kaget.

"Eh Gaes! Liat nih, poster buat pemilihan King and Queen udah ada!" teriak Gladis selaku Ketua Murid dikelas XI ini.

"Ada di linimasa Sosmed OSIS!" beritahunya lagi.

Anak-anak kelas dengan antusias membuka sosial medianya untuk melihat posternya. Tak terkecuali Aleka.

"Aleka, lo mau ikutan?" tanya Mila pada Aleka sambil memperlihatkan posternya.

"Tertarik sih gue, cuman.." Aleka menjeda, "males juga sih. Hehehe."

"Lo masuk ke kriteria ini loh, wakilin kelas kita juga,"

Aleka berpikir, memang tidak ada salahnya mengikuti acara itu. Tapi Aleka juga memikirkan resiko yang akan dihadapinya kelak.

"Takut menang ah gue mah, Mil." Aleka memberi alasan konyol.

"Pede amat sih, lo!" sahut Radit mengejek.

Aleka mendelik dan tidak berniat untuk membalas ejekan Radit.

"Eh gaes! Gue bakalan wakilin kalian buat acara King and Queen ini!" teriak Radit memberitahukan seisi kelas.

"Lo serius?" tanya Gladis.

Radit mengangguk mantap, "Gue ganteng, jadi masuk kriteria." Ucap Radit dengan percaya dirinya yang setinggi Namsan tower di Korea Selatan.

"Jangan! Nanti dia malah malu-maluin kita lagi!" ucap Feby, mantan Radit sebenarnya.

"Sirik aja lo, seharusnya sebagai mantan lo dukung gue tahu, By!" balas Radit pada Feby.

"Ya udah, fix ya lo aja, Dit. Trus buat queen-nya siapa?" tanya Gladis sambil menelisik satu-persatu siswi dikelas ini.

Radit berjalan menghampiri Aleka, "Dia aja." tunjuk Radit pada Aleka.

Aleka mendengus sambil melirik tajam ke arah Radit, "Maksud lo apa?"

"Secara lo kan bidadari kayangan, kembarannya mimi peri." Jawab Radit ngasal.

Aleka memukul kepala Radit dengan buku tulisnya yang ia gulung.

"Aww!" ringis Radit.

"Gue gak mau ikutan. Yang lain aja." Tolak Aleka.

Semua orang menatap Aleka penuh harapan, seolah-olah Aleka semacam The Last airbender untuk mereka.

"Keynan ikutan lohh, yakin gak mau ikut?" bisik Radit pada Aleka.

Aleka menghela nafas panjang, "tidak!" tolak Aleka pada Radit.

"Ayolah Aleka, lagipula lo kan pinter jalan kayak model gitu." Bujuk salah satu temannya.

"Catwalk, maksud lo?" tanya Radit.

"Ah ya! itu maksud gue."

"gak! Gue gak mau!" ucap Aleka keukeuh.

"Ayolah Aleka. Gue traktir makan siang deh seminggu!" bujuk Radit.

"Setahun." Jawab Aleka.

"Lo mau gue jadi miskin?" tanya Radit so ngambek.

"Gak ada salahnya lo jadi miskin, Dit." Jawab Aleka.

"Satu semester ini deh!"

Aleka nampak berpikir untuk menimbang-nimbang tawaran Radit.

"tapi gaes, gue sempet cari tahu tentang king and Queen ini, gue emang pinter nge-mix and match baju yang gue pakai, tapi kalo pesyennya kayak gaun-gaun gitu gue gak terlalu paham." Tolak Aleka dengan alasan lain.

"Tenang, ada gue."

Semua menoleh kepada Mila, teman sebangku Aleka saat ini.

"maksud lo?" tanya Aleka.

"sorry gaes. Gue belom cerita dan emang jarang cerita sih gue sama kalian tentang kehidupan gue. Tapi intinya, gue bisa bantu perihal baju, sepatu dan make up yang bakal lo butuhin buat nanti. Mommy gue punya butik." Mila menjeda, "Gue jarang bantu kalian buat naikin nama kelas, mungkin sekarang kesempatan gue, gue bisa dukung dibidang ini." Jelas Mila.

"Masalah terpecahkan." Ucap Radit tersenyum menang menatap Aleka.

"Ya udah deh..." jawab Aleka Ragu.

***

Aleka melangkahkan kakinya menuju majalah dinding sekolah untuk melihat poster fisik yang tertempel disana, sekaligus mengambil lembar pendaftaran untuk mengikuti audisi King and Queen disekolahnya itu.

Aleka sedikit ragu ketika ia akan mengambil kertas pendaftaran itu, sehingga ia terdahului olehh orang lain yang akan mengambil kertas pendaftaran itu.

"Lo mau ikutan ini? Gak salah?" tanya Halma meremehkan, setelah ia mengambil kertas pendaftaran yang hendak diambil oleh Aleka.

Aleka memutar bola matanya jengah, "ini untuk umum, jadi gue bisa ikut. Why? Ada masalah?" jawab Aleka pada Halma.

Halma tertawa sumbang, "gak sama sekali, gue cuman takut mental lo gak kuat buat ikutin ini." Jelas Halma.

"whatever.." balas Aleka menatap Halma tak takut sedikit pun.

Aleka mengambil asal kertas pendaftaran lalu pergi meninggalkan Halma yang masih menatap Aleka remeh.

Aleka masuk kedalam kelas dengan wajah sedikit kesal. Aleka memang pandai mengatur emosi dihadapan musuhnya, jadi tadi saat berhadapan dengan Halma ia bisa mengatur emosi kekanakannya.

"Gue kesel banget anjir sama tuh cewek!" kesal Aleka duduk disebelah Mila sambil mengeluarkan tumblr berisi air minumnya, lalu meneguknya hingga tandas.

"Kenapa sih, baru dateng juga." tanya Aleka tanpa mengalihkan pandangannya dari ponsel yang tengah ia pegang.

Aleka mengabaikan perkataan Mila, "bantu gue ngisi ini." Pinta Aleka pada Mila.

Mila menolehkan kepalanya pada kertas yang Aleka bawa, kemudian dia mengambil satu lembar kertas untuk ia baca.

"Buset!" reaksi dari Mila membuat Aleka mengernyitkan alisnya.

"Ini lembar pendaftaran apa lembar pengisian buat kredit motor? Panjang bener, pake zodiak segala lagi." Komentar Mila setelah melihat 3 lembar dari pendaftaran itu.

"Biasa aja kali!" tawa Aleka mendengar komentar Mila.

"Sini, kita isiin."

Aleka mulai mengisi lembar pendaftaran untuk audisi King and Queen. Mulai dari pertanyaan seputar identitas Aleka seperti nama, kelas, tanggal lahir dan semacamnya. Aleka menulisnya dengan hati-hati agar ia tidak melakukan coretan pada kertas pendaftaran. Setidaknya ada kesan rapi dari kertas pendaftaran.

"Alasan mengikuti seleksi King and Queen ini?" ucap Mila mengulang pertanyaan di Kertas lembaran pendaftaran.

"Karena menerima Dare dari teman sekelas." Jawab Aleka disambut tawa oleh Mila.

"Lo, baru diliat kertas pendaftarannya aja udah pasti di diskualifikasi anjir!" balas Mila.

"Apa ya alasannya, gak boleh terkesan terpaksa juga gak boleh terkesan berharap gitu loh," ucap Aleka.

Mila tampak berpikir setelah Aleka menyebutkan sebuah batasan untuk mengisi alasannya mengikuti audisi ini, "karena lo pengen berpartisipasi di acara itu." Saran Mila.

"Terkesan... cuman numpang nama di audisi." Balas Aleka.

Mila mengangguk mengerti karena setelah dipikir memang kesannya seperti itu.

"Gimana kalo gini.." ucap Aleka sambil mengeluarkan ponselnya dan membuka aplikasi perekam suara di ponselnya. "Ajang King and Queen ini adalah ajang bersejarah disekolah kita, menjadi siswa teladan sudah menjadi keinginan tiap siswa di sekolah ini. Semua siswa menggunakan cara berbeda untuk menyalurkan keinginannya itu, termasuk saya. Dengan mengikuti ini saya yakin bisa menambah wawasan saya agar saya terus berkembang menjadi lebih baik lagi. Dan menurut saya menjadi bagian dari ajang ini adalah sebuah kesempatan besar untuk menjadi orang terpilih yang istimewa." Ucap Aleka kemudian mematikan rekamannya.

"orang terpilih? Kayak mau jadi pengikut Lord Voldemort aja lo." Komentar Mila mendengar penuturan panjang Aleka.

Aleka dan Mila berpikir kembali untuk pemilihan kata yang cocok, "gimana kalau... sebuah kesempatan besar menjadi orang yang istimewa?" saran Mila.

Aleka nampak menimang-nimang saran dari Mila kemudian setelah beberapa detik, Aleka menganggukan kepalanya yang berarti ia setuju dengan saran Mila. Aleka pun mengisi pertanyaan tentang alasannya mengikuti ajang ini.

Setelah puluhan menit ia mengisi lembar pendaftaran itu, akhirnya Aleka selesai mengisinya yang dibantu juga oleh Mila. Beruntung pula di jam pelajaran menuju istirahat kedua ini, free class.

"thanks! Lo temen gue emang!" puji Aleka pada Mila.

Mila hanya membalasnya dengan senyuman yang menandakan bahwa ia bangga juga akan dirinya sendiri.

"Eh si Radit udah ngisi belom?" tanya Mila pada Aleka.

"Oh iya.." Aleka menjeda, kemudian mengedarkan pandanganya ke seisi kelas mencari keberadaan Radit

"Dit! Lo udah ngisi lembar pendaftaran?" tanya Aleka sedikit berteriak karena jaraknya dengan Radit cukup jauh.

"Udah gue kasih ke OSIS." Jawab Radit santai tanpa mengalihkan pandangannya dari ponsel.

"kok lo gak ngasih tahu sih?"

"Lo nya gak ada dikelas, kebetulan ada OSIS lewat jadi gue kasih deh." Ucap Radit tanpa menolah sedikit pun.

"Kampret lo ya!"

Aleka pun meminta pada Mila untuk mengantarnya memberikan lembar pendaftaran kepada salah satu panitia penyelenggara-pengurus OSIS.

Aleka berjalan beriringan menuju kantin dimana memang bertemu seseorang yang kita cari dikantin itu kemungkinannya besar. Dan benar saja disana ada ketua OSIS yang tengah membeli sesuatu.

"Kak Glenn!" panggil Mila pada ketua OSIS yang sekaligus menyandang gelar King of the school ini.

Glenn menoleh kearah Aleka dan Mila, kemudian menghampiri keduanya. Aleka merasakan kegugupan dari sebelahnya, yang tak lain dari Mila.

"Ada apa?" tanya lelaki itu lembut.

Dengan ragu Aleka menyerahkan lembar pendaftarannya, "ini, lembar pendaftaran King and Queen, Kak."

"Oh, kamu yang ngewakilin?" tanya Glenn dengan ramah.

Aleka mengangguk, "iya, kak." Jawab Aleka dengan senyuman tipisnya.

"good luck! Aku duluan yah!" ucap Glenn melambaikan tangan dengan senyuman ramahnya.

Aleka dan Mila membalas lambaian dan senyuman Glenn, kemudian beranjak pergi untuk menuju kelasnya.

"Tadi, kak Glenn ganteng banget!" seru Mila saat mereka sampai di pintu kelas.

"senyuman dia juga... aaa..!" ucap Mila kegirangan, Ah tak lupa dengan wajahnya yang sudah memerah seperti tomat.

Aleka tidak menyangka ternyata Mila juga punya sisi ke-fangirl-an yang akan meluap ketika ada orang yang ia kagumi. Tetapi wajar juga jika dirinya tidak terlalu tahu tentang Mila, karena memang sejak kelas X mereka tidak terlalu dekat dan tidak membicarakan tentang hal-hal pribadi.

Aleka mengikuti langkah semangat Mila menuju kursinya. Kemudian menatap Mila dengan lekat. Aleka memperhatikan pancaran bahagia dari mata Mila.

"sebegitu sukanya lo sama Kak Glenn?" tanya Aleka.

Mila mengangguk semangat.

"ahh ternyata ada maksud lain toh.."

"maksud lo?" tanya Mila dengan barusan yang diucapkan oleh Aleka.

Aleka tersenyum geli, "sok polos, lo!"

Mila menampilkan cengirannya pada Aleka, sehingga Aleka dapat melihat gigi rapi, putih dan bersih milik Mila.

"Jangan nyengir mulu. Gue takut." Ucap Aleka dengan nada becanda.

"Ih lo, ganggu suasana aja deh." Kesal Mila yang ditanggapi oleh Aleka dengan tawa.

***

Di jam istirahat kedua ini, Aleka mengajak Mila untuk bergabung dengannya. Bersama Radit, Aldi dan Keynan. Aleka memang tidak sepenuhnya percaya pada Mila, hanya saja Aleka ingin lebih dekat lagi dengan Mila. Karena bisa dibilang, Aleka tidak punya teman dekat seorang perempuan disekolahnya. Apalagi Aleka hanya aktif di satu eskul yaitu eskul komputer yang memang cukup jarang mengadakan pertemuan.

Aleka memperkenalkan Mila pada Aldi dan Keynan. Mila disambut hangat keduanya, apalagi oleh Aldi.

"Gue sama Aleka jadi pasangan buat King and Queen." Ucap Radit memberitahu semuanya.

"Serius? Gue kira Mila yang ikut." Ucap Aldi sambil melirik pada Mila.

"Nggak kak, aku gak ikut." Jawab Mila.

"Emangnya kenapa sih, kalo aku yang ikut?" tanya Aleka sok ngambek.

"Nggak, tumben aja lo ikutan yang begituan." Itu Keynan.

Aleka melirik tak suka pada Keynan, padahal Aleka mengharap kata yang lain daripada apa yang diucapkan Keynan barusan.

Kampret emang. Dengus Aleka dalam hati.

"Biasa aja dong natapnya, naksir lo sama gue?" tanya Keynan sambil melirik balik pada Aleka.

"Kalo gue naksir gimana?" tanya Aleka menggoda sekaligus mengirim kode keras pada Keynan.

"Gak kenapa-napa sih, wajar kalo naksir juga. Secara kan gue ganteng." Ucap Keynan sambil menaikturunkan alisnya yang kemudian dihadiahi oleh akting pura-pura muntah oleh mereka yang mendengar dengan tujuan untuk mengejek, tapi jauh dibawah alam sadar mereka, tidak bahkan secara sadar pun Keynan memang tampan.

"Masih gantengan gue!" ucap Radit tak mau kalah.

"gue!" jawab Keynan.

"Udah gue aja, biar aman." Celetuk Aldi yang mendapat tatapan-tatapan yang berarti 'seriously?' dan kemudian disambut tawa oleh mereka semua.

***

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status