Share

04

4 hari berlalu. Setelah tahapan seleksi pertama kemarin yang cukup melelahkan, Aleka, Radit dan yang lainnya masih menunggu pengumuman siapa saja yang lolos tahap pertama. Sebenarnya, Aleka tidak terlalu berharap banyak, karena apa yang ia isi di kolom jawaban esai kemarin memang tidak terlalu bagus. Aleka hanya mengeluarkan apa yang ia pikirkan setelah ia membaca pertanyaannya kemarin.

Tetapi, tetap saja Aleka harus bersiap karena mungkin saja Aleka lolos ditahap ini. Jadi, Aleka sedikit mencari tahu tentang tahapan seleksi selanjutnya. Entah dari kearsipan atau dari senior terdahulunya. Senior yang paling dekat dengannya adalah Aldi, ya, Aldiano Junior.

"Jadi, tahap selanjutnya itu wawancara," ucap Aldi memberitahu Aleka, Radit, Mila dan Keynan karena mereka tengah berada dikantin.

"Serius?" tanya Radit.

Radit menganggukan kepalanya, "itu sejenis interview gitu loh," Aldi memajukan tubuhnya kedepan meja yang diikuti lainnya bertujuan untuk berbisik, "kata Maudy,".

"Berarti mesti siapin materi dong?" tanya Aleka ketika mereka menegakkan tubuh mereka lagi.

"Pasti," sahut Keynan yang kemudian menyeruput es teh miliknya.

"Kira-kira bakalan tentang apa ya?" ucap Radit sambil menyambar keripik yang ada dimeja kemudian memakannya.

"Dia gak ngasih tahu gue, tapi intinya random sih, seputar sejarah sekolah, daerah mungkin juga negara. Tapi gak menutup kemungkinan tentang bahasa, ekonomi atau politik negara juga," jelas Aldi.

"Mau belajar bareng gak?" tawar Aleka pada Radit dan Keynan.

"Kita bantuin," sahut Mila yang dari tadi hanya mendengarkan tapi tetap fokus pada ponsel.

"Ya, kita bantuin." Jawab Aldi yang mendapat tatapan persetujuan dari Mila.

"Dirumah gue aja!" tawar Radit.

"Oke!" sahut mereka berempat kompak.

***

"Aleka pulang!" teriak Aleka memberitahu kedatangannya.

Aleka menyisir pandangannya keseisi rumah. Apakah Ayah dan Ibunya tidak ada rumah?

Tak lama terdengar langkah setengah berlari dari arah dapur, "Mama baru masukin cucian ke mesin cuci tadi," ucap Diana-Ibunya Aleka.

Aleka pun mencium punggung tangan Ibunya, "Aleka bakal belajar bareng di rumah Radit, mungkin bakal sampe malem, atau nginep juga," izin Aleka pada Ibunya.

"Ya udah lagipula besok liburkan, Ada yang mau dibawa?" tanya Ibunya.

"Oh iya, Aleka mau bawa beberapa buku mama sama papa ya," izin Aleka lagi.

"Buku yang dirak? Emang belajar buat apa?" tanya Ibu Aleka lagi.

"Kan, aku udah cerita mah tentang King And Queen yang aku ikuti itu loh. Nah persiapan aja sih, siapa tahu antara Aleka atau Radit ada yang keterima." Jawab Aleka.

"Ya udah, sekarang kamu mandi dan persiapin yang bakal kamu butuhin. Mama mau siapin makanan buat Tante." Ucap Ibu Aleka yang dibalas anggukan oleh Aleka.

Aleka pun pergi kekamarnya untuk mandi dan bersiap-siap. Setelah 15 menit dirasa cukup untuk mandi, Aleka pun keluar dengan memakai bathrobe kesukaannya yang berwarna pink.

Aleka berjalan menuju lemari memilah pakaian yang akan dipakainya. Aleka memilih Hoodie oversize berwarna Abu bergradasi putih yang ia dapat dari Keynan saat ulang tahunnya kemarin. Hoodie-nya ia padukan dengan skinny jeans berwarna hitam.

Aleka juga tak lupa membawa baju tidurnya karena Aleka sudah memutuskan untuk menginap di rumah Radit yang sudah ia anggap rumahnya sendiri.

Aleka berdiri didepan cermin untuk menyisir rambut panjangnya yang diberi vitamin rambut sebelumnya. Aleka memilih untuk mengucir rambutnya karena tadi ia tidak keramas.

Aleka berjalan menuju rak buku dikamarnya dan rak buku yang ada diruang kerja ayahnya untuk memilah beberapa buku yang sepertinya akan membantunya.

Setelah mendapat 5 buku yang tidak terlalu tebal, Aleka memasukkannya kedalam tas bersama baju tidur yang telah ia pilih tadi. Aleka pun menggendong tasnya itu, kemudian mengambil slip on berwarna abu yang senada dengan Hoodie-nya.

Setelah ia rasa selesai, Aleka pun berjalan menghampiri Ibunya yang sepertinya sudah menunggunya sambil menonton sinetron kesukaan Ibunya.

"Mama, aku tadi udah bawa tiga buku dari rak," ucap Aleka sambil duduk disamping Ibunya yang tengah fokus pada tontonannya.

"Okay, bawa manisan buah itu. Katanya tante mau manisan buah." Ucap Ibunya tanpa mengalihkan pandangannya.

"Manisan buah?"

"Iya, tante kamu lagi hamil adik Adit." Jelas Ibunya Aleka.

"Oya? Radit Jadi kakak lagi ya." ucap Aleka sambil terkekeh geli ketika membayang ekspresi Radit.

"Ya udah, Aleka berangkat ya. mau bawa motor. Dimana kuncinya?" tanya Aleka sambil berjalan menuju dapur untuk membawa manisan yang dimaksud Ibunya.

"Bawa motor? Jalan aja. orang masih sekomplek juga." Ucapnya Ibunya Aleka sambil menghampiri Aleka karena sinetron yang tengah ditontonnya itu sedang iklan.

"Takut mah udah mau maghrib pula, kangen si Hulk juga." Ucap Aleka sambil memelas karena sudah lama ia tidak menumpangi si Hulk, motor kesayangannya.

"Si Hulk dibawa Papah. Udah jalan ajalah biar sehat." Saran Ibunya lagi.

"Ya udah aku bawa si Pink aja." ucap Aleka sambil mengambil kunci motor dari atas kulkas.

"Terserah deh, jangan lupa pakai Helm." Peringat Ibunya Aleka.

"Deket juga! Masa pake Helm?"

"Ya udah kalo deket jangan bawa motor."

Aleka dengan pasrah berjalan gontai mengambil manisan dan helm yang diberikan Ibunya, kemudian Aleka mencium punggung tangan Ibunya dan pamit.

***

Aleka menghentikan motornya ketika ia sampai dipekarangan rumah Radit. Aleka mencabut kunci motornya kemudian berjalan tanpa melepaskan helmnya.

"Assalamualaikum!" ucap Aleka sambil membuka pintu rumah Radit yang sudah ia anggap seperti rumahnya sendiri.

"Wa'alaikumsalam." Jawab Keynan yang tengah fokus pada ponselnya.

Aleka pun masuk menghampiri Keynan, "Radit mana?" tanya Aleka saat ia sudah duduk dikursi yang berhadapan dengan Keynan.

Keynan pun mengalihkan perhatiannya pada Aleka dan melihat helm yang tidak dilepas Aleka, "dia lagi ngambil minum, btw lo gak lupa kan buat buka helm?" tanya Keynan sambil mengangkat satu alisnya.

Aleka melepaskan tasnya kemudian mengeluarkan semua buku-buku yang telah Aleka pilih dan meletakkannya dimeja. Aleka juga melepaskan helm yang ia pakai karena kepalanya terasa sangat berat.

"gue sengaja pake tadi, mama sih maksa. Noh, buku yang mungkin bisa bantu," Balas Aleka sambil meletakkan helmnya dibawah sebelah kursi.

"gue mau nemuin Mama Radit dulu." Ucap Aleka sambil beranjak dari duduknya dan meninggalkan Keynan.

Aleka berjalan menuju dapur disana ada Radit dan Ibunya yang tengah duduk di kursi meja makan. Radit hanya menatap ibunya yang tengah memegang dahinya.

"Tante? Tante nggak papa? Aku bawakan manisan buah dari mama," ucap Aleka yang menghampiri keduanya.

Pandangan Ibunya Radit teralihkan pada kedatangan Aleka. Indranya berbinar ketika melihat toples yang Aleka bawa. Aleka menyerahkan toples itu pada ibunya Radit dan Ibunya Radit menerimanya dengan Antusias. Aleka kemudian berjalan menuju rak dimana tersusun rapi alat makan milik keluarga Radit. Aleka meraih mangkuk dan sendok lalu ia berikan pada Ibunya Radit.

Dengan semangat Ibunya Radit membuka toples itu, "Akhirnya aku bisa makan ini, kamu tahu Ale? Ibumu sangat berbakat membuat manisan. Terimakasih ya." ucap Ibunya Radit sambil menuangkan manisan itu kedalam mangkuk.

"Ah Aleka, beritahu anak ini," Ibunya Radit menunjuk Radit dengan dagunya,"kalau aku sakit karena sedang mengandung calon adiknya."

Seketika perkataan Ibunya Radit membuat Radit kaget dan menatap Ibunya tak percaya.

"Serius, Ma?" tanya Radit yang tak mengalihkan pandangannya dari Ibunya.

Ibunya Radit mengangguk mantap yang ditanggapi dengan helaan nafas panjang Radit, karena jujur saja, Radit tidak ingin punya adik lagi setelah adiknya Dita yang menyebalkan.

"Temen kalian masih ada didepan kan? Kok ditinggalin. Si ganteng yang disukai Aleka yang manis ini." Ucap Ibunya Radit yang tentunya membuat Aleka tersenyum malu.

"Yuk, samperin si Kekey." Ajak Radit pada Aleka sambil membawa nampan yang berisi minum dan sedikit camilan. Aleka hanya mengikuti Radit dari belakang.

***

Saat ini Keynan tengah sibuk dengan buku yang dibawa oleh Aleka tadi. Sebenarnya Keynan bukanlah seorang kutu buku bahkan bisa dibilang ia sangat jauh dengan yang namanya buku. Tetapi setelah ia mengenal Aleka, ia jadi sedikit menyukai tentang buku-buku seperti itu. Keynan yang sering diajak main ke rumah Aleka oleh Radit, sangat takjub saat pertama kali masuk kerumah Aleka karena yang menyambutnya duluan selain Aleka adalah rak buku yang cukup besar dan dipenuhi oleh buku-buku dari yang tipis hingga sangat tebal.

Keynan mendapat kesan pertama bahwa keluarga Aleka memang kutu buku semua. Apalagi ketika Keynan tahu bahwa ayah Aleka adalah seorang dosen disalah satu kampus yang cukup ternama di negeri ini, ibu Aleka juga salah seorang guru bahasa di jenjang sekolah menengah atas.

Keynan mengalihkan pandangannya dari buku sesaat setelah Aleka dan Radit datang menghampirinya.

"Lama banget kalian? Ngapain aja?" tanya Keynan kemudian ia meneruskan kegiatan membacanya.

"Kepo nih, si Kekey!" sahut Radit sambil meletakkan nampan berisi gelas dan cemilan tadi.

"Biasa yang mau jadi kakak lagi," Keynan hanya menanggapinya dengan terkekeh geli, "Eh Mila sama kak Aldi jadi gak?" tanya Aleka pada Keynan dan Radit sambil mendudukan dirinya di sofa.

"Bentar," Radit pun beranjak hendak mengambil ponselnya yang ia charge dikamarnya.

Saat ini Aleka menatap Keynan yang sedang membaca buku. Aleka sangat suka ketika ia melihat Keynan yang serius dan asik membaca buku. Menambah ketampanannya, menurut Aleka.

"Gak usah natap gitu, ntar naksir lagi." Reflek Aleka yang mendengar itu segera mengalihkan pandangannya ke arah lain.

"Apaan sih lo, pede banget!" Tukas Aleka cepat.

"Gak papa kok Lo naksir juga, gue kan termasuk most wanted disekolah," ujar Keynan tanpa mengalihkan pandangannya dari buku.

Aleka berdecak, "Ck, pede amat sih lo. Most wanted? Hello!! Dikelas gue jarang tuh yang kenal sama lo." Jawab Aleka.

"kayaknya kelas lo ketinggalan info deh, tapi Gak papa, dikalangan adek kelas kan, gue famous," sombong Keynan yang tak ditanggapi Aleka.

Karena sungguh, jika mereka sudah berada disituasi seperti ini, Keynan akan terus membual tentang dirinya. Meskipun Aleka mengakui kebenaran dari bualan seorang Keynan.

"Aleka," panggil Keynan mengalihkan pandangannya dari buku.

"Hmm?"

"Lo.. beneran gak pernah suka gitu sama gue?" tanya Keynan mengejek Aleka tapi dengan nada se biasa mungkin, karena tanpa bertanya pun Keynan sudah tahu jawabannya.

Aleka yang mendengarnya langsung menatap Keynan dengan menahan rasa salting yang sudah hinggap ditubuhnya.

"Emangnya kenapa sih kalo gue suka sama lo? Sa-salah ya?" tanya Aleka.

"nggak." Jawab Keynan santai yang membuat Aleka kesal.

"Ya, karena Keynan juga suka sama lo." Sahut Radit yang tiba-tiba datang.

Aleka baru saja akan menyanggah ucapan Radit, namun dering ponsel Aleka mengalihkan perhatiannya. Begitu pun dengan dering ponsel Keynan dan Radit.

Aleka mengernyitkan alisnya karena nomor yang tertera dilayar ponselnya tidak dikenal. Tapi Aleka tetap mengangkatnya setelah beberapa detik memperhatikan ponselnya, begitupun Keynan dan Radit.

"Ya halo?" tanya Aleka sambil menjauh dari Keynan dan Radit.

"Aleka Hanggiana kelas XI IPS 3?" tanya seseorang dari seberang telepon itu.

"Ya, Aleka Hanggiana yang berbicara, siapa ini?" tanya Aleka.

"Saya dari panitia seleksi King and Queen SMA Perdjoengan ingin memberitahu anda, bahwa anda lolos seleksi pertama. Selamat! Dan siapkan diri anda untuk tahap selanjutnya." Sambungan telepon itu langsung mati.

"Gue lolos?" tanya Aleka pada diri sendiri.

"Gue lolos anjir!" Aleka menoleh ketika Radit yang berteriak sambil berjingkrak kegirangan.

"Kalian gimana? Lolos gak?" tanya Radit sambil memandang ke arah Aleka dan Keynan bergantian.

Aleka memperhatikan lekat wajah Keynan menunggu jawaban dari mulut Keynan.

Keynan diam menatap balik pada Aleka dan Radit kemudian muncul cengiran dari wajahnya, "gue udah yakin sih, pasti lolos." Serunya.

"Lo gimana, Le?" tanya Radit menatap Aleka yang diikuti oleh Keynan.

Aleka juga diam dan memperlihatkan wajah sedihnya kemudian menggantinya dengan wajah sumringah sambil menghampiri Radit kemudian merangkulnya, "siapin duit lo buat makan siang gue selama 1 semester, Dit!" seru Aleka.

Mereka bertiga bersorak senang karena lolos dari seleksi pertama. Setidaknya mereka masih akan berjuang bersama. Aleka lebih bersemangat lagi karena bagaimana pun ia akan berjuang bersama Keynan yang berarti ia akan menghabiskan waktu banyak bersama Keynan.

"Sorry, kita tel-"

Aldi dan Mila datang dan disambut bahagia oleh Aleka, Keynan, dan Radit.

"Kita lolos!" seru Radit memberitahu Aldi dan Mila.

"Serius?" tanya Mila menatap ketiganya tidak percaya.

Aleka, Keynan, dan Radit mengangguk semangat dan kompak mejawab pertanyaan Mila.

"Nice! Gue seneng banget." Ucap Mila menghampiri Aleka dan memeluknya.

"Oke kalau begitu kita persiapkan materi yang kira-kira bakal keluar." Ajak Aldi.

***

Mereka berlima sibuk mencari materi yang kira-kira akan muncul saat wawancara nanti. Aleka yang memang sangat menguasai sejarah mencoba mengumpulkan fakta-fakta sejarah sekolah, lokal, nasional maupun internasional yang sekiranya akan bersangkut paut dengan materi King And Queen ini. Setelah mendapatkan fakta-fakta itu Aleka pun menjelaskan pada semuanya dengan bahasa yang mudah dimengerti oleh mereka. Karena Aleka tahu mereka tidak akan bisa menelannya jika Aleka menggunakan bahasa-bahasa sejarah yang memang lebih ia kuasai.

Mila yang lebih mengerti dan menguasai tentang Ekonomi dan politik juga menjelaskan tentang kasus-kasus ekonomi dan politik yang cukup memiliki banyak kontroversi dan Mila juga menjelaskan tentang cara-cara menghadapi kasus-kasus itu.

Aldi dan Keynan yang mengerti tentang bahasa daerah dan Radit yang cukup menguasai mata pelajaran geografi karena bagaimanapun juga masalah tentang geografis keadaan sekitar atau pun negara bisa saja terbahas.

"Fokus banget sih." Sapa Mama Radit menghampiri mereka berlima sambil membawa nampan berisi cemilan dan beberapa buah yang sudah dikupas dan dipotong dadu.

"Nih biar lebih semangat," Mama Radit menyodorkan nampan itu pada Mila yang terdekat dengan posisi Mama Radit.

"Makasih Tante!" ucap mereka kompak.

Mama Radit hanya tersenyum, "Kalian nginep gak? Aleka nginepkan?" tanya Mama Radit.

"Aleka nginep kok, udah bilang ke mama tadi." Balas Aleka.

"Kami gak tahu tan, gimana nanti aja. tapi kalo nginep boleh ya?" Izin Aldi.

"Tentu boleh dong! Lagi pula disini juga cukup sepi, apalagi papanya Radit lagi ke singapura selama dua minggu dan baru berangkat tadi, si Dita adiknya Radit juga udah mulai masa pesantrennya. Aleka sering nginep ya, biar gak terlalu sepi juga." Jelas Mama Radit yang dijawab anggukan oleh Aleka.

"Tante mau ke kamar dulu ya! Udah ngantuk nih. Padahal baru jam 8, tapi intinya kalo kalian mau nginep ya nginep aja, mau dikamar Radit atau diruang tv juga gak papa, kalo laper kedapur aja ya, banyak makanan kok." Ucap Mama Radit kemudian melangkah menuju kekamarnya.

"Kak Aldi nginep gak?" tanya Aleka pada Aldi.

"Maaf ya, gue gak bisa nginep malam ini. Nebeng sama Mila dan disuruh gak boleh malem-malem sama Mama Mila." Ucap Aldi mewakili Mila sekaligus.

"Kalo lo, Key?" tanya Radit yang tengah berkutat dengan buku yang tadi dibawa Aleka.

"Gue nginep deh." Ucap Keynan.

"Oke lo berdua sekamar!" putus Radit kemudian beranjak pergi kedapur.

Aleka dan Keynan menatap punggung Radit kemudian mengalihkan tatapan untuk menatap satu sama lain.

"Nggak ya makasih!" teriak Aleka yang bertujuan pada Radit.

"Kok gak mau sih?" Keynan yang bertanya. "kita sekamar aja gak papa," goda Radit sambil menaikturunkan Alisnya.

Aleka hanya menatap tajam pada Keynan yang dijawab kekehan geli oleh Keynan.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status