Share

17-Jadi Asisten Pribadi

Pandangannya berpusat pada dua orang yang baru saja memasuki ruangan luas yang menjadi studio foto kali ini. Seseorang yang datang bersamaan dengan Alva menjadi pusat perhatian beberapa orang yang ada di sekitarnya, begitu juga dengan Reno yang memperhatikannya dari jauh.

Dia datang bersamanya? Batin Reno.

Mata Reno terus berpusat pada seorang gadis yang ia ketahui namanya. Ini kali kedua Reno bertemu dengannya. Tapi sesuatu mengganjal pikirannya sejak tadi. Kenapa perempuan itu bersama Alva di pagi buta?

Keterkejutan Reno rasakan ketika mendengar suara perempuan saat ia menghubungi Alva pagi tadi. Berbagai praduga pun muncul dibenaknya, termasuk praduga negatif terhadap kedua orang itu. Reno menggelengkan kepalanya, ia berusaha untuk berpikiran positif dan meyakinkan dirinya bahwa Alva tak akan melakukan sesuatu yang dapat membahayakan dirinya dan reputasinya. Bagaimana jadinya jika media tahu Alva bersama perempuan di pagi buta dengan posisi Alva yang baru bangun tidur. Aku berharap dia tak gegabah, batin Reno yang kemudian berjalan menghampiri Alva dan Elena.

“Selamat pagi,” sapa Reno pada kedua orang yang kini menoleh ke arahnya. Elena membungkuk sopan setelah itu tersenyum pada Reno. Reno membalas senyuman Elena lalu ia mengulurkan tangan ke arah Elena.

“Reno, manajernya Alva,” ucap Reno memperkenalkan diri.

“Oh, mm Elena,” ucap Elena yang ikut memperkenalkan diri.

“Mmm Elena temen lo Va atau...” Reno menggantungkan ucapannya dengan mata yang melirik Alva dan Elena bergantian. Alva menarik dan menggamit pinggang Elena membuat mata gadis itu terbelalak kaget.

“Gue harus siap-siap dimana?” tanya Alva yang bukannya menjawab apa yang ditanyakan Reno tapi malah kembali bertanya hal lain. Reno mengerti sepertinya Alva sedang menghindar, tapi mengingat Alva harus segera bersiap Reno pun mengantarkan Alva ke tempat dimana Alva bisa mempersiapkan dirinya.

***

Elena duduk di kursi yang tak jauh dari keberadaan Alva, ia sungguh tak tahu harus melakukan apa. Sejak tadi pun Alva tak menyuruhnya melakukan sesuatu, katanya dirinya menjadi asisten pribadi seharian ini tapi Alva tak memberitahu tugasnya. Elena mana tahu tugas seorang asisten pribadi Alva itu bagaimana.

Sungguh Elena menghabiskan satu jam waktunya hanya untuk bermain ponsel dan duduk berdiam diri. Ingin bertanya pada Alva tapi tak memungkinkan karena sedari tadi Alva dikelilingi beberapa orang yang sedang merias wajahnya dan menata rambutnya. Sepertinya Elena harus mencuri ruang untuk mendekat dan bertanya tak maukan ia hanya diam seperti ini, lebih baik ia berada di butik saja kalau begitu.

Tak lama setelah itu, akhirnya ada ruang untuk Elena menanyakan tugasnya ia pun berjalan ke arah Alva yang memandangi sosok Elena lewat cermin besar yang ada di depannya.

“Va, aku harus melakukan apa?” tanyanya tanpa basa-basi. Alva menoleh ke samping dimana Elena berada.

“Temani aku disini, itu tugasmu,” jawab Alva yang kini merogoh ponsel lalu memainkannya. Mata Elena terbelalak dengan kening berkerut.

“Bukannya kamu bilang, aku jadi asisten pribadi kamu untuk hari ini. Gak mungkin seorang asisten pribadi tugasnya hanya menemani,” tutur Elena dengan suara pelannya karena tak ingin beberapa orang yang ada di sana mendengar obrolannya bersama Alfa.

“Kamu yakin mau setuju dengan apapun yang aku perintahkan?” Alva bertanya masih dengan fokus yang tertuju pada benda pipih yang berwarna hitam miliknya itu. Elena tak langsung menjawab, entah kenapa ia merasa takut Alva meminta hal yang tidak-tidak. Tapi tak mungkin rasanya, dirinya harus percaya bahwa semua akan baik-baik saja.

“Iya,” jawab Elena kemudian membuat Alva mengangkat wajah menoleh ke arahnya, senyum miring yang Alva berikan membuat Elena memalingkan wajahnya ke arah lain.

“Alva mari ganti pakaianmu,” ucap penata busana yang kini sudah berdiri di samping Elena.

Alva tak langsung menoleh ia malah menatap Elena seraya tersenyum. “Berikan padanya,” pinta Alva kemudian. Sang penata busana tadi menoleh ke arah Elena yang ada di sampingnya. Elena mengerjapkan matanya, apa ini tugas pertamaku, batin Elena.

“Bantu aku pakai ini,” ucap Alva. Elena memperhatikan pakaian yang akan Alva gunakan.

“Ini baju pertama yang akan kamu kenakan. Beberapa pakaian lainnya sudah disiapkan. Oh ya selagi menunggu model wanitanya kamu bisa melihat beberapa produk lainnya nanti aku bawakan bagianmu ke sini,” tutur penata busana seraya menyerahkan hanger berisi pakaian yang akan Alva gunakan untuk sesi foto pertama.

“Terima kasih,” ucap Alva pada penata busana yang bernama Tina, nama yang tertera pada name tag yang tergantung di lehernya. Elena mengangguk seraya tersenyum ketika Tina juga tersenyum padanya. Setelah Tina pergi, Reno datang menghampiri keduanya.

“Oh ini kostum pertama lo,” kata Reno yang baru datang. “Sini.” Reno hendak mengambil alih tapi Alva menahannya.

“Dia yang akan bantu gue,” ucap Alva pada Reno yang kini mengerutkan keningnya.

“Gue manajer merangkap asisten lo bukan?” tanya Reno seraya melirik Elena sebentar.

“Tidak untuk hari ini, dia yang akan jadi asisten gue,” ucap Alva yang tersenyum manis ke arah Elena.

Apa ini tujuan Alva ngajak Elena kesini, batin Reno.

Alva berjalan ke arah tirai yang dimana itu adalah tempat berganti pakaian. Elena mengikuti Alva seraya membawa pakaian pertama Alva. Elena sedikit berlari mendahului Alva dan membukakan tirai tersebut. Alva tersenyum melihatnya. Ia masuk dan Elena menyerahkan hanger berisi pakaian itu. Alva menaikkan sebelah alisnya.

“Masuk,” pinta Alva. Elena mengerutkan kening mendengar perintah Alva. Tak sabar menunggu Alva pun menarik Elena dan menutup kembali tirai tersebut. Mungkin Elena akan berteriak jika ia tak menutup mulutnya dengan segera.

“Ish Alva.” Elena menggerutu karena Alva yang begitu saja menariknya. Elena memandang berkeliling ruang ganti itu, tak terlalu kecil masih ada ruang walaupun diisi oleh dua orang. Tapi yang benar saja Elena masuk ke sini bersama Alva, ini terasa canggung.

Alva menarik ujung kaosnya hendak menanggalkan pakaian bagian atasnya itu tapi Elena menahannya.

“Va, aku tunggu diluar ya,” ucap Elena serara menganggtungkan pakaian yang ia bawa pada tempat yang sudah tersedia.

“Bukannya tadi kamu minta tugas?”

“Ta..tapi kan kamu mau berganti pakaian, gak mungkin aku ada disini,” kata Elena yang memalingkan wajahnya ke arah tembok samping.

“Gak masalah,” katanya yang kembali menarik kaosnya dan Elena kembali menahan tangan Alva ketika kaos itu akan melewati bagian wajahnya.

“Sebentar, hati-hati rambutmu sudah di tata rapi,” kata Elena yang membantu Alva untuk menanggalkan kaosnya.

Alva membiarkan itu dan sedikit menunduk agar Elena dapat menjangkaunya. Alva tak bersuara begitu juga Elena yang terlihat fokus agar penataan rambut yang telah dilakukan tak terganggu sama sekali. Walaupun begitu sebenarnya penata rambut dapat kembali memperbaikinya tapi tak apa bukan jika ingin berhati-hati setidaknya dapat mengurangi tugas mereka.

Penataan rambut Alva kali ini seperti ciri khasnya. Bagian belakang yang dikuncir kuda dan bagian depan dengan setiap sisinya yang menjuntai bergelombang. Entah kenapa Elena sangat menyukai gaya rambut Alva yang seperti ini. Cute, pikirnya.

Elena sudah berhasil membantu Alva untuk melepaskan kaosnya, dan kini ia mengambil pakaian yang tergantung di hanger dan memberikannya pada Alva. Alva mengernyit menetap pakaian itu membuat Elena bingung dibuatnya.

“Pakai ini Va,” ucap Elena.

“Pakaikan,” pinta Alva menjadikan Elena membelalakan matanya.

***

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status