Share

Ibu sakit

Saat itu,Elena sedang berada di kantornya membuat laporan dan tampak sedang serius. Matanya tak lepas dari komputer yang berada tepat di depannya.

"Let's finish it,baby. Ayolah, pasti bisa selesai hari ini juga. Target pencapaianku bulan ini lumayan juga,semoga bulan berikutnya lebih baik lagi. Aku harus bisa kejar teman-teman yang lain atau aku harus lebih baik dari mereka. Masa Elena kalah dengan para barisan emak-emak rempong."ucapnya sembari menyelesaikan laporan.

Sejak tadi itu yang di pelototinya agar tidak membuat kesalahan. Kesalahan kecil saja bisa berakibat fatal nantinya. Bunyi telepon nyaring terdengar dari sudut ruangan menandakan jam sibuk kantor dengan jadwal yang padat.

Kring,kring,kring...

"Halo,ada yang bisa dibantu?"sahut salah seorang karyawan di ujung telpon.

Hari semakin siang. Matahari pun mulai meninggi. Satu persatu karyawan tampak sudah meninggalkan meja kerja mereka masing-masing yang sejak pagi sudah mereka duduki. Yah, jam istirahat adalah yang paling ditunggu-tunggu, seperti salah satu kesenangan yang hakiki bagi para karyawan selain mendapat upah dari hasil kerja keras mereka hiks hiks hiks.

Mereka bisa manfaatkan waktu istirahat dengan sebaik-baiknya,baik untuk makan, mengobrol dengan sesama teman, beribadah dan menelpon untuk menanyakan keadaan keluarga di rumah.

" Halo,Mas. Udah makan siang belum? Jangan lupa makan siang yah,sayang. Iya, ini aku lagi mau makan siang,bekal yang kubawa dari rumah tadi pagi. Kamu juga di makan ya,sayang."ucap  Sisca,teman kantor Elena saat menelpon suaminya.

Lalu datanglah Yesa ,salah satu teman kantor datang menghampiri Elena. Mereka sudah bekerja di kantor yang sama lebih dari 5 tahun.Ia ingin mengajaknya makan siang di luar.

"Elen,makan siang yuk? Laper nih. Mumpung jam istirahat. Nanti kita lanjut lagi kerjanya."Ajak Yesa.

"Mmm, gimana ya?kerjaanku belum beres nih Yes,mana dikejar deadline lagi. Hari ini harus selesai. Kamu duluan aja deh ya."jawab Elena.

"Ayolah, bentar aja koq.Kita makan siang di rumah makan dekat dengan kantor aja. Ayolah, kan enak makan kalau ada teman. Jangan terlalu serius atuh neng geulis, perut keroncongan kita isi dulu nih biar gak pada demo di dalam."ajak Yesa lagi.

"Baiklah, tapi kita langsung kembali ya setelah makan.Pikiranku gak bisa tenang kalau laporan ini belum selesai juga. Setuju?"sahut Elena.

"Siap,Bu.Hehehe.

Mereka pun pergi ke rumah makan langganan tempat mereka biasa makan siang yang jaraknya dekat dari kantor. Rumah makannya bersih,makanannya enak-enak sehingga banyak orang kantoran yang singgah pada jam makan siang.

Sesampainya mereka di Rumah makan,sudah banyak orang yang melahap makanan yang tersedia di atas meja makan di depannya. Para pelayan hilir mudik menghantarkan pesanan para pelanggan.Pengunjung pun berdatangan karena pas jam makan siang. 

" Wah,ramai pelanggannya. Masih ada gak ya menu kesukaanku?"kata Yesa.

"Coba tanya aja dulu,mbaknya. Mudah-mudahan masih ada." jawab Elena.

Sampailah mereka di meja pesanan makanan. Makanan bermacam-macam tersedia disana. Warna serta bentuknya saja sudah menggugah selera untuk segera mengunyahnya. Paduan bumbu yang kental dan warna yang memikat sudah menandakan lezat rasanya.

" Mbak, saya mau pesan ayam goreng pakai sambal ati pete yah."pesan Yesa.

"Iya,Bu."sahut pelayan Rumah Makan.

"Kalau saya pesan, ayam bakar madu dan tempe orak-ariknya ya mbak."pesan Elena.

"Baik,Bu. Sebentar kami siapkan dulu."

Tak berapa lama, pesanan makanan dibawakan pelayan ke meja makan yang sudah mereka tempati.

"Ah, sedap."celetuk Yesa.

"Mantap,pokoknya. Makanan disini memang ya gurih, sedap sekali. Pantas saja kalau Rumah Makan ini selalu ramai pengunjungnya."sahut Elena.

"Bener,tuh. Rasa bintang lima,harga kaki lima. Pengunjung jelas lalu lalang deh."Yesa menambahkan.

Hanya hitungan menit saja, mereka menghabiskan makanan mereka karena faktor lapar dan dikejar waktu juga buat mereka makan secepat kilat.

"Aduh,perutku kekenyangan nih. Nasi sepiring ditambah es cendol segelas. Ah, susah mau bangkit lagi. Bagaimana ini?" tanya Yesa sambil menunjukkan perutnya yang kekenyangan.

"Makanya,lain kali jangan rakus. Habis semua juga pengen di makan..hahaha." Elena meledek.

"Hahaha, abis kelaperan eh lihat makanan enak yah lupa diri deh."balas Yesa.

Setelah makan siang,mereka pun kembali bekerja,apalagi Elena sangat serius dalam menyelesaikan laporannya. Dia sangat teliti supaya tidak melakukan kesalahan. Kalau ada kesalahan,bisa fatal nanti akibatnya maklumlah berkaitan dengan angka, bertambah satu angka nol atau sebaliknya bisa repot urusannya. Dia seorang yang profesional dan bisa dibilang orang kepercayaan di kantor itu.Oleh karena itu,Elena selalu mengeceknya berulang-ulang.

Sekitar pukul 03.00 telepon genggamnya berdering di dalam tas kantornya.

Tut,tut,tut getar hapenya di dalam tasnya, namun tak diangkat. Bunyi itu berulang kali di dalam tas kerjanya. Kebetulan saat itu,ia sedang pergi ke toilet sebentar.

Ia tidak mengetahui tentang telepon itu karena sibuk menyelesaikan laporannya. Ia tidak memegang teleponnya sejak makan siang hingga sampai di rumah sehabis pulang kerja.

Sementara di kampung,Hana merasa kebingungan bukan kepalang karena Ibu mereka tiba-tiba sakit,nafasnya terengah-engah seperti sulit bernafas. Ia sendiri bingung untuk ambil tindakan,maklumlah masih sangat muda belia dan rasa trauma karena sudah pernah kehilangan Ayahnya beberapa tahun silam.

Ia mencoba menghubungi kakaknya Elena berkali-kali tapi tak ada jawaban sama sekali. Tentu saja ia bertambah panik.

"Kak Elena,dimana sih kok gak angkat teleponnya. Ayo dong,angkat."Hana berbicara sendiri sembari menelpon Elena.

"Angkat telponnya kak,please.!!! Huh, dari tadi berdering tapi gak diangkat juga. Kemanaja aja sih,ini penting tau!!!" Hana menggerutu.

Setelah beberapa kali menelpon tapi tidak diangkat. Hana ambil alternatif lain.

"Sudahlah,lebih baik aku minta tolong tetangga saja bawa ibu ke Rumah Sakit."

"Permisi,Bu Desi. Maaf mengganggu. Hana berlari ke rumah tetangga.

"Ya,ada apa Hana?Kenapa kok gak buru-buru gitu,ada masalah?"tanya bu Desi.

"Mang Jono nya ada bu?Saya mau minta tolong,penting sekali."

"Eh iya ada lagi di belakang.Mau dibantu apa?"

"Ibu saya sakit,nafasnya seperti sulit bernafas. Tolong bu!!! Panggilkan Mang Jono,bantu saya antar ke Rumah Sakit sekarang."pinta Hana dengan sangat.

"Iya,ya,ya. Bentar ya. Ibu suruh Bapak ke rumahmu sekarang. Pulanglah, tengok ibumu dulu. Nanti mang Jono menyusul bentar lagi ya"

Dengan bantuan tetangganya,mang Jono,mereka membawa ke Rumah sakit terdekat. Ibu Yuri pun segera mendapat pertolongan dokter. Dokter dengan sigap beri pertolongan setelah mengecek keadaan bu Yuri sesampainya di Rumah Sakit. Ibunya dipasangkan oksigen pada hidungnya agar lebih nyaman dalam bernafas. Oksigen benar-benar telah menolongnya menjadi lega .

Dokter menyuruh Ibu Yuri dirawat sementara sampai keadaannya membaik.Dokter sampaikan semua kondisi ini pada Hana, satu-satunya anak yang mendampinginya saat itu.

" Anak dari Ibu Yuri." panggil Suster.

"Ya, saya anaknya. Bagaimana keadaan ibu saya dokter? Ibu saya sakit apa,dok?"Hana kuatir.

" Ibu Anda harus dirawat sampai keadaannya pulis seperti biasa. Mungkin dia kecapean sehingga nafasnya jadi terganggu ditambah faktor usia yang sudah tak muda lagi."terang Dokter yang memeriksa ibunya.

Sementara di tempat yang berbeda, Elena telah selesaikan semua pekerjaannya dikantor,ia pun segera pulang ke kos nya.

Sekitar pukul 21.00, ia sampai di kos.Setelah membuka pintu,ia meletakan tas dan kunci mobilnya diatas meja. Ia langsung menuju kamar mandi untuk mandi,badannya terasa capek dan gerah.Kerja seharian memang sangat melelahkan.

" Ah, capeknya hari ini.Badanku udah bau keringat nih. Aku harus langsung mandi."Elena berjalan menuju kamar mandi.

Sehabis mandi, ia baru mengingat belum memegang telepon genggamnya sejak makan siang tadi. Dalam keadaan berbaring di tempat tidur dan handuk diatas kepalanya karena rambutnya yang basah sehabis keramas, ia mengecek hapenya. Betapa kaget dan merasa bersalahnya dia, ada 7 kali panggilan tak terjawab dari adiknya Hana. 

"Loh, banyak sekali panggilan tak terjawab dari Hana. Kenapa ya? Apa yang terjadi?" Elena merasa tidak enak hati.

"Maafkan kakak,ya dik. Kakak tadi sibuk,sampai tidak perhatikan hape kakak sejak tadi siang." Elena bicara sendiri dan bertanya-tanya.

Ia pun otomatis menelpon balik adiknya itu. Dalam hatinya, pasti ada sesuatu yang terjadi dan serius.Telepon itu berdering tetapi tidak ada jawaban. Dia mencoba lagi,tetap tidak ada jawaban.Bahkan coba lagi,tetap saja begitu.

Tut,tut,tut...bunyi dering panghilan.

"Ayo, diangkat dong Hana telponnya. Apa sudah tidur ya?"ucap Hana karena panggilannya tak direspon.

Dia melihat jam, sudah menunjukkan pukul 22.15. Waktu sudah semakin larut. Dari luar pun sudah tak terdengar suara yang menandakan masyarakat sudah pada tertidur,beristirahat di tempat tidurnya masing-masing.

" Mungkin mereka sudah tertidur." pikirnya.

Dia berjanji pagi-pagi benar ia akan menelepon besok. Ia pun berusaha tidur setelah capek bekerja dengan perasaan khawatir akan keluarganya.

Gelisah ingin segera menanyakan kabar mereka.Dia nikmati betul keheningan malam ditemani bunyi hentakan jarum jam yang terus bekerja tanpa henti di gelapnya malam.

"Oh, cepatlah hari berganti supaya aku bisa telpon mereka. Semoga Tuhan selalu lindungi mereka."

*****

Bersambung

Sakit apa ya Bu Yuri?

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status