Dokter Jenius Desa Menjadi Penguasa

Dokter Jenius Desa Menjadi Penguasa

last updateLast Updated : 2025-10-29
By:  CUMEUpdated just now
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel16goodnovel
Not enough ratings
10Chapters
38views
Read
Add to library

Share:  

Report
Overview
Catalog
SCAN CODE TO READ ON APP

Aku dihina sesat, dihina, dihianati, dan hidup sebatang kara. Aku akan membuktikan pada mereka bahwa aku bisa menjadi Sang Jenius Penguasa!

View More

Chapter 1

Bab 1

Satrio berdiri di depan rumah bercat pastel dengan pagar besi yang baru dipernis. Itu adalah Rumah Ratih, dambaan hatinya selama dua tahun ini. Pintu teras terbuka dan Ratih muncul. Jilbabnya warna krim, riasannya tipis. Cantik. Pandangannya langsung mengarah ke Satrio.

“Pagi, Trio.”

“Pagi, Ratih.” Satrio mengatur napas. “Aku bawakan kunyit asam. Aku dapat cerita kalau perutmu sering kembung kalau telat sarapan…”

“Tri, aku—”

Sreeeeng!

Suara

knalpot keras masuk seperti pisau, motor GL-15 berhenti tepat di depan pagar.

Surya turun, melepas helm, rambutnya licin, wangi parfumnya bahkan melompati pagar.

Ia memelintir gas sekali lagi.

Brraakk!

Anak-anak di ujung jalan bersiul, ibu-ibu menoleh, bahkan bapak-bapak di pos ronda benar-benar terkejut ketika Surya datang.

“Wah, motor baru! Pacarnya Ratih sekarang keren banget.” Bu Wati mendekati bapak-bapak di pos ronda. “Beda sama Satrio. Jauh. Kembang desa macam Ratih emang paling cocok sama Surya aja. Bapaknya juragan. Andai anakku kayak Ratih, huh, paling udah aku jodohin sama Surya itu.”

Surya menaruh helm di setang, melirik Satrio dari ujung sandal sampai puncak kepala.

Senyumnya tipis, sok santai, tapi mengiris hati Satrio. “Pagi, tetangganya Ratih. Gerobakmu gimana, aman?”

Satrio menahan diri. “Mas Sur, aku sama Ratih mau bicara sebentar. Kemarin—”

“Bicara apa? Masa depan?” Surya tertawa pendek. “Masa depan itu bukan kata-kata manis, Trio. Masa depan itu DP rumah, cicilan motor lunas, dan kerja yang jelas.”

Ratih menarik napas, berusaha menyela. “Surya, jangan—”

“Gini aja,” Surya merangkul bahu Ratih di depan orang-orang. “Biar jelas. Ratih sekarang sama aku. Orang tuaku sama orang tua Ratih udah diskusi. Kami akan secepatnya lamaran.”

Suara bisik-bisik langsung meledak.

Satrio menatap jari manis Ratih. Cincin kecil itu masih terpasang. “Rat… cincinku masih kamu pakai. Cincin yang aku kasih minggu lalu.”

Ratih diam, menatap jalan, lalu menatap cincin di jarinya. Tangannya gemetar sedikit.

Surya mengangkat alis.

“Cincin tiga puluh ribu di toko online? Alah, emasnya ini gadungan.” Senyumnya merendahkan. “Laki-laki kalau cuma modal janji dan doa, itu bukan komitmen. Itu mimpi siang bolong. Mending kamu bangun, cuci muka, ngaca! Gadis desa secantik Ratih kok sama pemuda kayak kamu. Udah gitu, ngaku ‘tabib’ pula. Tabib tanpa lisensi, tanpa gelar, suka nakutin orang!”

Satu–dua orang tertawa, termasuk Pak Suwito dan Bu Wati. Yang lain pura-pura kasihan, padahal mereka menunggu apa respon Ratih.

Satrio menelan ludah, suaranya lirih, tapi tegas. “Aku memang miskin. Tapi aku serius.

Aku kerja apa aja loh, aku mau. Aku sayang Ratih, aku bakal usaha buat Ratih bahagia!”

Surya melangkah setengah meter mendekat, menatap dari atas.

“Sayang? Kalimat paling murah di dunia. Buktinya apa? Kamu dorong gerobak jamu keliling, dihina orang kampung, pacar kamu yang disuruh ikut menanggung malu? Itu cinta? Atau kamu egois?”

Ratih memejamkan mata sesaat, lalu membuka perlahan. Ia memutar cincin kecil itu. Orang-orang menahan napas.

“Maaf, Trio.” Cincin itu dilepas Ratih dengan wajah yang sedikit terpaksa. Mungkin, dia juga menahan gengsi karena orang tuanya lebih memilih Surya dari pada Satrio. Bunyi ‘ting’ dari cincin itu saat jatuh ke lantai, lalu menggelinding menyentuh lumpur di sela batu.

“WOOO!” “Putus di tempat!” Surya semakin memperkeruh suasana. “Nahkan, Ratih sendiri aja nolak kamu. Kalau mau nikah ya kerja, cari uang cukup, ternak sapi atau bikin kebun. Lah ini, malah jual jamu. Emang Ratih pantesnya sama aku. Bener ga, Pak Wito, Bu Wati?”

“Bener banget itu, Den Surya. Dia ga cocok sama dia!” Bu Wati menanggapi, diikuti Pak Suwito yang ikut cari muka.

Satrio membungkuk, memungut cincin yang kini berlumpur. Ia mengusapnya ke kaus lusuh. Matanya panas, tapi ia menahan agar tidak tumpah.

“Kalau itu pilihanmu, semoga kamu bahagia, Rat! Jangan salahin aku kalau aku bangkit terus nunjukin aku bisa kasih yang lebih baik dari Surya!”

Ratih menunduk.

Ada kalimat lain di matanya, tapi sudah terlambat. Hatinya mungkin masih terpaut ke Satrio, tapi keputusan orang tuanya tidak bisa ditolak. Apalagi, dia butuh uang untuk pengobatan kakeknya yang sudah sakit-sakitan.

Surya menepuk pipi Satrio sekali, ringan tapi menyengat.

“Belajar ya, Trio. Jadi laki-laki itu bukan soal kuat menahan hinaan, tapi kuat memberi kepastian.” Knalpot meraung, Surya menarik gas. Ratih terpaksa naik. Motor melaju, meninggalkan bau bensin dan tawa yang dibiarkan menggantung.

“Kasihan, ditinggal di depan rumahnya sendiri.”

“Sudah miskin, baper pula.”

“Jamu nggak laku, cinta juga nggak laku.”

Satrio berdiri cukup lama sampai suara knalpot benar-benar hilang. Ia masukkan cincin itu ke saku, menghela napas, lalu mendorong lagi gerobaknya. Sampai rumah, langkahnya berat. Rumah reyot di ujung dukuh itu tak pernah terasa sesunyi hari ini.

Dinding papan bolong, atap bocor, lantai semen dingin. Begitu pintu dibuka, suara batuk keras menyambar dari kamar.

“Keuh! Keuh!” Batuknya berat.

“Simbaah!”

Satrio berlari. Dia tidak memperdulikan suasana hatinya. Orang yang masih bermakna dalam hidupnya hanya tinggal satu, Simbah. Dia tidak mau kehilangan orang yang paling dia sayang.

Expand
Next Chapter
Download

Latest chapter

More Chapters

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Comments

No Comments
10 Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status