Share

21. Gosip Menyebar

Author: Hana Reeves.
last update Huling Na-update: 2025-07-12 23:33:44

Prudence terbangun karena suara berisik dari ponselnya yang berarti adalah pesan masuk. Pelukis itu mengambil benda pipih yang ada di nakas dan terkejut saat melihat ada ratusan pesan disana. Prudence pun terduduk saat membaca pesan dari para saudaranya.

"Ya Tuhan, kenapa jadi ramai seperti ini?" gumam Prudence.

Tiba-tiba ponselnya berbunyi dan Prudence menerimanya.

"Nae ...."

"Pru! Kamu kok jalan bareng sama Asha Rex sih! Ingat Pru, kamu masih ada suami!" cerocos Naela.

"Nae, aku dan Asha kan memang sudah bersahabat lama jadi wajar kalau aku pergi bersama. Lagipula, Asha itu gay, Nae. Dia tidak ada tertarik padaku dan cewek," kekeh Prudence.

"Tapi Pru ...."

"Nae, pernikahan aku dan Xander memang sudah tidak sehat dari awal. Jadi aku tinggal menunggu waktu saja sampai kami berpisah," ucap Prudence.

"Aku tahu Pru. Tapi ... Eh, aku tidak bisa berkomentar karena mama punya sahabat yang dulunya juga gay tapi sudah insyaf."

"Maksudnya Oom Oscar? Suaminya Tante Ii
Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App
Locked Chapter
Mga Comments (2)
goodnovel comment avatar
Amilia Amel
binggung mau komen apa satu sisi xander salah dengan ucapan kasarnya sama pru tapi pru juga salah keluar tanpa ijin suaminya meskipun hubungan mereka tidak baik
goodnovel comment avatar
Ratna Setyawati
aku ko ga suka sikap prudence ya ga mau menerima apa yg Uda terjadi dengan lapang dada.... padahal kan Xander suka dia dari jama sekolah SD lho ..... biasanya kan cewe peka
Tignan lahat ng Komento

Pinakabagong kabanata

  • Enemate, Enemy To Soulmate    28. Hari Kedua

    Prudence masuk ke dalam kamar hotel dengan tubuh lelah. Dirinya benar-benar merasa ingin mengistirahatkan otaknya apalagi Prudence mendapatkan banyak pengetahuan baru karena dia berusaha memahami semua isi perusahaan Xander. "Kamu capek ya?" tanya Xander saat melihat Prudence mengambil sebotol air mineral dingin. "Otakku adalah otak seniman bukan otak programer," jawab Prudence sambil minum air mineralnya. Xander tersenyum. "Ternyata kita bisa juga tidak ribut ya sehari." Prudence menyipitkan matanya. "Aku capek jadi aku malas menanggapi ucapan kamu." Wanita itu pun berjalan ke kamar mandi. "Kamu mau kemana?" tanya Xander. "Mandi!" Xander tertawa kecil. Pria itu menoleh saat mendengar ponselnya berbunyi. Dia merasa bingung karena tiba-tiba Amelie menghubungi dirinya. "Ya Ammie?" "Xander. Aku sudah selesaikan semua sesi syuting dan pemotretan untuk komersial kamu," ucap Amelie. "Bagus. Sesuai dengan waktu yang diprediksi.""Bagaimana dengan acara di Stockholm?" tany

  • Enemate, Enemy To Soulmate    27. Menemani Xander

    "Kan wajar Pru jika kita tidur bersama bukan. Lagipula leher aku bisa tengeng kalau tidur di sofa. Kamu tega?" senyum Xander. Prudence tidak bisa bilang apa-apa karena memang sebenarnya Xander berhak tidur bersamanya karena sudah menikah secara resmi. "Aku mandi dulu, terus kita sarapan, lalu kamu temani aku di acara IT. Biar kamu tahu bagaimana sebenarnya pekerjaan aku." Xander meletakan cangkir kopinya dan berjalan melewati Prudence. Tanpa diduga, pria itu mencium pipi istrinya dan Prudence memekik kaget namun Xander sudah masuk ke dalam kamar mandi. "Anak Viking Sialaaaaannnn!" teriak Prudence kesal. *** Prudence sarapan sambil cemberut karena Xander mencuri ciuman di pipinya. Tapi entah kenapa, dia merasa ini seperti Xander yang dulu. Xander yang usil. Meskipun begitu, Prudence masih tetap tidak percaya ... belum percaya seratus persen dengan Xander. Bisa saja kan dia begitu karena kena sambet arwah kamar hotel mereka. "Kamu marah?" tanya Xander ke Prudence yang makan d

  • Enemate, Enemy To Soulmate    26. Yang Benar

    "Aku benci kamu, Xander! Aku sangat membenci kamu! Kamu sudah merebut Sasa!" gumam Prudence sambil terlelap membuat Xander tertawa kecil. "Rupanya kamu sedang mimpi saat masa kita kecil ya? Segitunya kamu membenciku karena Sasa memilih bersama aku dan papa. Rupanya rasa benci kamu ke aku sudah mengakar ya?" gumam Xander sambil terus memandangi wajah cantik Prudence. "Kamu tahu, aku berharap kamu hamil sih sebenarnya karena dengan begitu, aku semakin menolak berpisah dengan kamu," ucap Xander. Pria itu mengulurkan tangannya dan menyingkirkan rambut dari wajah Prudence. Xander masih terus memandangi istrinya. "Aku senang kamu datang ke Stockholm meskipun dengan tujuan berbeda tapi setidaknya kamu disini, bersamaku." Xander lalu berdiri dan masuk ke dalam kamar mandi untuk membersihkan diri. Xander melihat Prudence masih terlelap dan pria itu pun naik ke atas tempat tidur sambil memandangi wajah Prudence. "Bisakah kita menjalani hubungan pernikahan ini lebih baik Pru? Ak

  • Enemate, Enemy To Soulmate    25. Tetap Keras Kepala

    Xander memandang wajah lelah Prudence dan dia tahu, istrinya tidak sabar untuk berpisah dengannya tapi bagi Xander, perjanjian adalah perjanjian. Xander melihat air mata Prudence membasahi pipinya dan tangannya terulur ke wajah istrinya. "Pru ...." Prudence menepiskan tangan Xander. "Tidak usah ... Aku bisa melakukannya sendiri!" ucapnya dingin. "Tolonglah Pru. Aku besok harus ada pertemuan penting, jadi aku minta jangan berikan aku beban masalah dulu. Aku harus fokus dan ini berhubungan dengan bisnis perusahaan Papa. Aku mohon Pru," pinta Xander. "Kalau begitu, aku akan memesan kamar hotel untuk menginap. Aku tidak mau perusahaan Oom Xavier amburadul." Prudence pun hendak berjalan menuju pintu kamar namun ditahan oleh Xander. Pria itu memegang tangan Prudence. "Buat apa kamu memilih tidur terpisah. Tidur disini saja bersamaku ...." Prudence mendelik. "Maaf, aku akan tidur di sofa," ralat Xander yang tahu istrinya masih trauma. Prudence mengangguk. "Kamu berapa

  • Enemate, Enemy To Soulmate    24. Kejutan Prudence

    "Ada apa Pru?" tanya Asha saat melihat Prudence memasukkan ponselnya ke dalam tas pinggangnya. "Xander mau pergi ke Stockholm." "Stockholm? Swedia?" Asha menatap Prudence. "Memangnya ada Stockholm yang lain?" balas Prudence ke sahabatnya. Mereka menyebrangi jalan menuju Central Park yang ikonik sambil bergandengan tangan. Sebelum Prudence menikah dengan Xander, dia terbiasa bergandengan tangan dengan Asha. Kedua orangtuanya pun tahu mereka berdua sangat akrab, baik sebagai sahabat juga seperti kakak adik. "Aku rasa kamu sebaiknya menyusul ke Stockholm, Pru." Prudence menoleh ke Asha sambil memulai acara jalan paginya. "You're kidding." "No, I'm not. Aku tidak bercanda Prudence. Sepatutnya kamu susul kesana. Aku tidak suka dengan kehidupan pernikahan kalian ... Toxic tapi tidak mau menghentikan. Sekarang, apakah kamu hamil?" Asha menatap Prudence serius. "Tidak. Aku sudah test pack." "Kalau tidak, kenapa tidak kamu akhiri saja pernikahan kalian? Perjanjiannya k

  • Enemate, Enemy To Soulmate    23. Sendiri sendiri

    Asha melihat hasil lukisan Prudence yang menurutnya bukan karya seperti biasanya. Sangat gelap, sangat menusuk hati dan membuat ada rasa sedih mendalam. "Apakah ini bukan karena kamu patah hati tidak bersama Xander?" tanya Asha ke Prudence. "Aku tidak pernah merasa patah hati sebelumnya karena memang aku tidak ada keinginan untuk menjalin hubungan dengan seseorang tapi aku patah hati tidur bersama dengan pria yang aku benci!" jawab Prudence. "Pru, pernahkah kamu berpikir ... Bagaimana jika Xander ada perasaan lebih sama kamu?" Asha menatap Prudence. "Xander? Suka aku? Ngimpi!" cebik Prudence. Asha menghela nafas panjang. "Aku sudah melihat dia Pru. Dia itu memiliki tatapan khusus ke kamu." "Apa maksud kamu?" tanya Prudence ke sahabatnya. "Pru, aku tahu bagaimana rasanya menyukai seseorang. Mereka pasti memiliki tatapan yang berbeda dan itu yang terjadi pada Xander ke kamu." Prudence menggelengkan kepalanya. "No, Asha. Kamu salah lihat! Xander benci aku seperti halnya aku

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status