Share

10 - Dia Kembali

Krakk!

Ayesha lekas mendaratkan duduknya di sofa apartemen. Ia mengembuskan napasnya pelan, namun sangat ia paksa. Pelupuk matanya masih menyimpan cairan bening yang tak bisa ia kuakkan. Perasaannya tak beraturan, tak nyaman. Ingatannya masih terngiang akan perkataan Hazmi.

Bagaimana bila Hazmi membenciku? Bagaimana bila Hazmi tak mau memperjuangkan hatinya untukku kembali? Dan kenapa saat ini aku begitu takut kehilangan? Seakan hati ini tak membaik ketika Hazmi mengucapkan kalimat itu padaku. Ya Allah ... apa aku benar-benar jatuh cinta? Karena selama ini, aku tak pernah merasakan jatuh cinta dengan perasaan seperti ini, Ya Rabb ... apa yang kuharus lakukan?

Ayesha terlihat khidmat merapal kalimat di balik hatinya. Rasanya sesakit ini mengetahui laki-laki yang pernah ia benci mengatakan yang mampu menohok hatinya. Dan ternyata Ayesha tak mampu mendefinisikan mengapa ia terlalu takut dan bimbang memikirkan perkataan Hazmi.

"Kak, Ay ..." Thalia tak melanjutkan sahutannya. Ia menautkan kedua alisnya seolah menimbulkan tanda tanya. Ada apa dengan keadaan kakak perempuannya?

Memandang wajah Ayesha yang tiba-tiba mencuatkan tangis, membuat hati Thalia iba. Ia pun memposisikan duduknya di sisi Ayesha, mencoba merangkul, dan menepuk pundak Ayesha pelan. Thalia mau Ayesha tak lagi bersedih. Pantas saja ia melakukan cara ini untuk menenangkan hati Ayesha.

"Aku nggak tahu, Dek. Aku nggak ngerti dengan perasaanku sendiri. Padahal kamu tahu sendiri, aku nggak suka sama Hazmi. Cowok itu selalu mengganggu hidupku. Cowok itu selalu menyebalkan bagiku. Namun saat Hazmi mengatakan hal tentang hatinya yang ingin menyerah, nggak tahu kenapa, hatiku sangat sakit. Hatiku sangat takut, gimana kalau seandainya Hazmi benar-benar meninggalkanku? Dan dia capek, dan dia memang mau berhenti mencintaiku."

Ayesha begitu erat mendekap tubuh Thalia. Buliran air matanya tumpah ruah. Perasaannya sangat perih. Ketakutan yang kian hadir masih saja menghantui pikirannya. Bagaimana dan pertanyaan itu seterusnya yang terlintas di benaknya?

Jangan-jangan Ayesha benar jatuh hati pada Hazmi? Tak ada yang tahu. Bahkan Thalia saja masih sulit membaca maksud perkataan Ayesha. Ayesha saja baru mengingat dan bahkan menyadari siapa Hazmi. Siapa pemuda itu yang dulu sempat membuat Ayesha jatuh hati sejak kali pertama.

Namun sayangnya, ketika Ayesha tahu Hazmi seringkali cuek dan tak pernah memedulikannya, Ayesha enggan kembali menaruh hati pada pemuda itu. Hingga mereka tak lagi berada di jenjang pendidikan yang sama, ingatan Ayesha tak lagi mengingat siapa Hazmi. Bahkan ketika Hazmi berani mengaku sebagai suami Ayesha, lelaki itu baru mendekatinya secara tiba-tiba.

Ayesha bahkan tak ingat wajah pemuda itu. Ayesha rasa dia bukan laki-laki yang Ayesha kenal sebagai Hazmi yang dulu. Dan ketika sang Ayah mengirimkan sebuah foto Hazmi sejak SMP, saat itu Ayesha baru menyadari siapa Hazmi sebenarnya. Rencana Allah memang tak pernah terduga.

Hazmi yang Ayesha benci saat ini, ternyata ia Hazmi yang dulunya Ayesha suka. Hazmi yang mengaku sebagai suami Ayesha, ternyata laki-laki iti mampu membuat Ayesha sadar, bahwa hatinya masih menyimpan rasa masa lalu terhadap laki-laki itu. Dan bodohnya, mengapa Ayesha baru mengetahui tentang perasaan Hazmi saat ini? Apa Ayesha terlalu bodoh, sehingga ia tak peka akan kehadiran hati Hazmi yang lama terpendam untuknya?

"Kak, Ay, Thalia yakin, Kak Hazmi itu adalah laki-kali yang baik. Nggak mungkin secepat itu Kak Hazmi tega meninggalkan Kak Ayesha. Yang justru Kak Ayesha adalah seorang perempuan yang sudah lama ia tunggu sejak dulu. Kak Hazmi sayang sama Kak Ayesha, tinggal Kak Ayesha aja, apa Kakak mau menyadari adanya perasaan Kakak terhadap Kak Hazmi?" ungkap Thalia. Ia melukis senyum sembari menenangkan sang kakak.

Apa perkataan Thalia adalah suatu pertanda, bahwa memang aku jatuh hati pada Hazmi? Perasaan yang sudah lama kukubur itu akhirnya memekar kembali? Ini wajar, aku istri sahnya, mengapa aku masih bertanya tentang rasa?

🌞

"Haz, kapan kamu mau mengurus pernikahanmu ke KUA? Nanti setelah itu, kamu dan Ayesha bisa cepat-cepat mengadakan resepsi. Udah, jangan ditunda terus. Lekas diurus akan semakin baik ke depannya, Haz," Yusuf berkata sembari sesekali menyesap kopi hangatnya. Ia sedang berkumpul bersama kedua putranya di ruang tengah. Sedangkan sebuah televisi masih menyala, memperlihatkan acara berita politik Indonesia.

Pandangan Hazmi masih tertegun mengarah ke televisi. Pendengarannya tampan intens mendengar keduanya. Acara televisi yang berlangsung, dan suara sang Ayah yang melontar tanya tentang pernikahan.

Hazmi membuang napas kasar. Bagai menandakan tak suka dengan pertanyaan yang Yusuf lontarkan untuknya. Tanpa menjawab pertanyaan Yusuf, Hazmi memilih beranjak dari sofa. Langkahnya pun ia derapkan secara cepat demi menghindari sang Ayah yang menatapnya heran, dan sang Kakak yang kini memaku tak mengerti ada apa dengan adik laki-lakinya itu.

"Rafli nggak paham, Yah. Beneran."

Rafli mengacungkan dua jari yang sengaja diperlihatkan pada Ayahnya. Karena pandangan Yusuf sempat teralih ke arah putra sulungnya. Kepergian Hazmi secara tiba-tiba adalah karena satu pertanyaan darinya sendiri. Bahkan Yusuf tak mengerti, mengapa Hazmi terkesan menghindari pertanyaannya.

Apa jangan-jangan mereka berdua sedang tidak baik-baik saja? Mendadak pikiran Yusuf tertuju pada Ayesha.

Sementara di pantai Kuta, Hazmi tampak nyaman memerhatikan senja. Hazmi juga penyuka senja. Kadang ketika ia tak nyaman, dan perasaannya gundah, Hazmi akan memilih tempat ini untuk melihat keindahan mentari tenggelam. Padahal pulau dewata menyimpan banyak keindahan senja di setiap lokasi wisatanya. Namun entah mengapa Hazmi jatuh hati pada pantai ini, dan hanya pantai ini tempat senja terbaik baginya.

"Tenang sih, kalau menikmati keindahan senja di sini. Aku baru tahu, kalau kamu suka senja. Memangnya sejak kapan, Haz?"

Suara seorang gadis yang berada di sisi Hazmi, membuat lelaki itu spontan menoleh ke sumber suara, matanya berbinar tak percaya, bahwa ia menemukan seseorang yang sudah lama tak berjumpa. Seseorang itu adalah masa lalunya. Lebih tepatnya teman yang dulu sempat menyimpan hati pada Hazmi.

Sayangnya dulu Hazmi menolak. Hazmi tak mau membuat hati yang harus ia jaga terluka. Karena Hazmi sangat mencintai perempuan yang bernama Ayesha sejak lama, sudah tentu Hazmi enggan menerima perasaan teman yang juga tersimpan untuknya.

"Carisa?"

Hazmi menyebut sang pemilik nama. Perempuan itu mengulas senyum dan menjadikan Hazmi sebagai objek pandangannya.

"Sudah lama ya, kita nggak ketemu? Ternyata kamu banyak berubah, Haz."

"Apaan, dari dulu gini juga, kok. Kamu itu yang banyak berubah. Eh, tumben, bukannya dulu kamu pakai kerudung?"

Carisa berdeham sebentar. Ia menarik napas usai Hazmi melontar tanya yang tak semestinya. Bukan karena Carisa tak suka Hazmi bertanya, namun pikiran Carisa yang bingung mencari kalimat yang pas untuk menyatakan perihal yang belum Hazmi ketahui.

"Ada suatu kejadian, yang maaf, aku nggak bisa kasi tahu ini sama kamu. Sejak setelah kejadian itu, aku memilih melepas kerudung. Bodoh sih, kedengarannya. Harusnya mempertahankan adalah cara terbaik, mau seberat apapun masalahnya. Tapi sayangnya ... aku nggak sekuat itu."

"Car."

"Haz, aku tahu kamu di sini, karena kemarin aku sempat tanya sama Andra, sahabat baikmu sejak SMP. Katanya kamu lagi di Bali. Ya udah, kebetulan juga aku di Bali, ya ... aku sengaja nyamperin kamu, deh."

Carisa terkesan menghindari pertanyaan yang ingin Hazmi lontarkan. Perempuan itu lebih memilih mengganti topik dibanding meneruskan pembicaraan yang Hazmi tanyakan sebelumnya. Dari tingkah Carisa saja—Hazmi menyadari bahwa gadis itu sedang menyembunyikan masalah yang tak boleh ada seorang pun tahu. Terutama Hazmi.

Dan Hazmi mampu memahami itu. Topik Carisa terlihat mengesankan, karena tanpa Hazmi menebak darimana Carisa mengetahui keberadaannya, pikiran Hazmi akan tertuju pada Andra. Sahabat lama yang sampai kini hubungan keduanya masih terjalin baik. Andra juga tahu tempat favorit Hazmi adalah pantai Kuta. Sayangnya Andra tak ada di Bali. Ia sedang bekerja di Yogyakarta.

"Nggak apa-apa, Car. Aku juga senang bertemu lagi denganmu. Nggak nyangka aja, kita bisa ketemu lagi," kata Hazmi. Pandangannya tertuju fokus pada Carisa. Perempuan berkulit putih sebanding Hazmi itu terlihat sangat cantik. Bahkan kabarnya Carisa terlahir sebagai gadis blasteran Inggris dan Indonesia.

🐢

Nyaris kaki Ayesha meneruskan langkah. Akhirnya ia mampu terhenti ketika menatap seorang gadis yang bahkan terlihat cantik melebihi dirinya. Rambut gadis itu terurai. Berwarna hitam kecokelatan, terurai panjang. Bak rambut model iklan shampoo yang biasa Ayesha tonton. Tak hanya itu, senyum yang Ayesha tatap itu sangat manis. Dan sayangnya gadis yang menjadi objek pandangan Ayesha sedang bersama Hazmi. Mereka sedang becanda dan melepas tawa bersama.

Tawa Hazmi yang tak pernah Ayesha temukan ketika laki-laki itu bersamanya. Tawa tulus Hazmi sangat terpancar jelas saat Ayesha menyimaknya dari kejauhan. Beruntung Hazmi tak menemukan keberadaan dirinya. Beruntung Ayesha dapat menahan diri untuk tak mendekati keberadaan mereka.

Bukannya gadis itu .... Ayesha tak mampu melanjutkan kalimat hatinya. Pikirannya terdampar ke masa lalu. Ayesha ingat siapa perempuan itu. Siapa ia yang saat ini berani-beraninya mendekati Hazmi. Padahal yang Ayesha tahu Hazmi suaminya. Dan mengapa Hazmi masih bertahan melepas rindu bersama perempuan yang membuat Ayesha muak kali ini.

Ok, kalau ini yang kamu mau, aku nggak bisa menghalangimu untuk mundur, Haz, Ayesha membatin. Tangisnya membuncah seketika. Ia pun mengalihkan derap langkahnya untuk tak lagi menatap mereka.

Untuk pertama kalinya, aku benci senja, aku semakin benci semua tentang senja, karena kamu yang membuatku benci dengan pemandangan yang harusnya membuat hatiku jatuh cinta, kembali Ayesha membatin. Ia pasrah. Semakin cepat langkahnya menderap. Ia tak mau menatap siapa-siapa yang berada di sekelilingnya. Yang Ayesha mau, Ayesha segera kembali ke kamar dan menumpahkan rasa patah yang menghujam hatinya.

Bersambung 🐢


Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status