Share

9 - Tersadar

Masih dengan suasana Kebun Raya Bali. Rupanya Hazmi terpaksa jalan-jalan seorang diri tanpa ada Ayesha membersamainya. Dengan berat hati pula Hazmi melepas Ayesha pergi tanpa ia tahu dimana istrinya kini. Dan saat ini laki-laki itu hanya berkutat memotret dengan sebuah kamera digital miliknya.

Hobi Hazmi yakni memotret. Ia juga penyuka traveling. Bahkan tak hanya pulau Bali yang berhasil dijelajahinya, namun beberapa pulau di Indonesia pun sudah ia kunjungi seorang diri. Dan hingga ia memilih pulau dewata sebagai tempat persinggahannya kini. Hazmi bekerja sebagai fotografer di salah satu kantor media kota Denpasar.

Beberapa karyanya telah dimuat di berbagai majalah lokal Bali hingga interlokal di pulau jawa. Ini adalah hobi Hazmi sejak lama, menemukan pekerjaan sesuai passion-nya adalah hal yang ia inginkan. Beruntungnya Ayesha tak sama sekali protes mengetahui pekerjaan Hazmi. Lelaki itu baru memberitahukan identitasnya ketika acara pertemuan keluarga di malam kemarin.

"Kak Hazmi!" panggilan tersebut membuat Hazmi menoleh ke asal suara. Rupanya ia menemukan keberadaan Thalia yang kini berjalan mendekatinya.

"Kak, mana Kak Ayesha? Kok, aku nggak ngelihat Kak Ayesha?"

Hazmi menaikkan bahunya. Ia begitu enggan memedulikan pertanyaan Thalia. Sudah berkali-kali Hazmi berjuang, namun kenyataannya ia merasa kehilangan akal untuk menaklukkan hati istrinya.

"Kak ..."

"Katanya Kakakmu lagi mau jalan-jalan, Thal. Nggak tahu kemana. Aku udah coba maksa buat ngikutin, tapi sayangnya Kakakmu menolak."

"Sampai sekarang pun, Kak Hazmi nggak tahu, keberadaan Kak Ayesha kemana?"

Hazmi hanya mampu menggeleng. Ia pun mengalihkan fokusnya memotret pemandangan sekitar.

Melihat tingkah Kakak iparnya, Thalia hanya mendengus sebal. Sangat jelas ketika wajah Hazmi tak ingin menggubris pertanyaan Thalia yang menyangkut Ayesha.

Kak Hazmi benar-benar aneh. Kemarin mau berjuang, kenapa sekarang kayak yang mau nyerah? Suara hati Thalia menggerutu.

"Ya udah, aku mau telepon Kak Ayesha dulu. Siapa tau Kak Ayesha mau terima panggilanku. Oh ya, Ayah sama Om Yusuf sudah ada di perkarangan taman depan, Kak," Thalia kembali bersahut. Jari-jarinya mulai menjelajah ke layar ponsel.

"Hem." Hazmi hanya berdeham. Ia pun mengabaikan suara Thalia yang bergumam padanya.

"Waalaikumsalam, Kak Ayesha. Kakak dimana? Aku sama Ayah sudah di kebun. Tapi Kak Ayesha nggak ada. Di sini cuma ada Kak Hazmi sendirian," Thalia tampak berguman melalui ponselnya. Beruntung saat itu Ayesha masih berniat menerima telepon Thalia.

"Oh, ya udah, kalau gitu, waalaikumsalam." Thalia menutup sambungan teleponnya. Sejenak ekor matanya kembali melirik keberadaan Hazmi.

Perlahan Thalia mengatur napas sejenak. Terlihat kesal menatap tingkah Hazmi yang seolah lebih memilih berkutat bersama kamera ketimbang mengindahkan keberadaan Thalia. Sayangnya Thalia harus memberitahukan keberadaan sang Kakak pada Hazmi. Thalia pun tak mau jika mereka berdua saling tak peduli. Padahal mereka baru saja akan memulai kehidupan bersama sebagai status suami istri.

"Kak Hazmi! Kak Ayesha ada di pusat perbelanjaan Krisna sekarang. Kakak nggak berniat nyusul ke sana?" Thalia melengkingkan suara ketika masih menatap keberadaan Hazmi yang seolah-olah sibuk dengan memotret.

Mendadak Hazmi melongo dan mengalihkan pandang ke arah Thalia. Gadis berkerudung itu rupanya bertahan menonton keberadaannya. "Ayesha ..." Hazmi tak mampu melanjutkan perkataannya. Bibirnya terasa kelu seketika. Entah mengapa hatinya begitu tertohok mendengar pernyataan Thalia.

Padahal Ayesha bilang mau jalan-jalan di sekitar kebun. Dan itu hanya sebentar. Lalu, mengapa kini dia sangat cepat berpindah ke pusat perbelanjaan Krisna? Ah! Sebegitu salahnya aku, hingga Ayesha tak terima kenyataan bahwa aku suami sahnya. Ay, kamu berhasil mengecewakanku. Kenapa kamu harus bohong, Ay? Kenapa kamu nggak mau terus terang aja tentang hatimu? Sorot mata Hazmi begitu sayu. Pandangannya berkaca-kaca. Tanpa berniat menatap ke arah Thalia lagi, Hazmi langsung bergegas pergi meninggalkan adik iparnya sendiri.

Aku harus selesaikan masalahku ini. Bagaimanapun, Ayesha nggak bisa ngebiarin aku merasa tergantung kayak gini, ujar hatinya. Hazmi tetap menderapkan langkah hingga menjauhi Thalia. Ia tak peduli siapa pun. Rasanya ia menginginkan masalah hatinya cepat selesai. Sementara Thalia, gadis itu hanya memerhatikan punggung Hazmi dengan saksama.

Semoga saja mereka baikan. Semoga aja Kak Ayesha nggak bikin ulah lagi. Semoga aja Kak Hazmi nggak marah sama Kak Ayesha. Ya Allah ... tolong satukan hati mereka secepatnya. Buat Kak Ayesha jatuh cinta pada Kak Hazmi. Thalia pengin lihat mereka akur, ucap Thalia yang merapal doa di dalam hati.

🌞

Tiba di pusat oleh-oleh Krisna yang terletak tak jauh dari pantai Kuta. Sejak mendengar kabar Ayesha berada di lokasi tersebut, Hazmi langsung bergegas mengejar Ayesha ke tempat perbelanjaan ini. Siapa yang menyangka bahwa gadis yang berstatus sebagai istri Hazmi itu memilih kabur ke sana. Rasanya Hazmi ingin menekan urat dahinya sejenak, mencoba menahan sabar mengetahui tingkah sang istri.

Dengan menderap cepat Hazmi mencari-cari keberadaan Ayesha. Ia pun rela menelusuri seluruh tempat pertokoan yang berada di pusat oleh-oleh tersebut. Sementara Thalia dan kedua Ayahnya masih berada di kebun. Mereka pun tak mengetahui keberadaan Hazmi dan Ayesha saat ini, kecuali Thalia saja yang tahu.

"Ayesha!" langkah Hazmi terhenti ketika menatap sosok perempuan yang mengenakan pakaian persis seperti istrinya sedari tadi. Perempuan tersebut sedang berada di tempat souvenir. Salah satu toko yang cukup sepi. Karena pengunjung lainnya tampak jarang mengunjungi toko tersebut.

Cepat-cepat Hazmi mendekati gadis yang ia yakini sebagai Ayesha. Tanpa peduli Hazmi lekas menarik lengan Ayesha saat itu juga. "Ay," panggilnya.

"Hazmi? Kamu ..." Ayesha tak mampu meneruskan perkataan ketika menatap sang suami yang kini berada di hadapannya. Sayangnya Hazmi tak lagi menatapnya dengan pandangan teduh. Hazmi yang ia kenal justru menatapnya dengan wajah datar. Entah mengapa perasaan Ayesha begitu tak nyaman dengan sikap Hazmi sekarang.

"Sejak kapan ada di sini? Katanya cuma mau keliling kebun? Nggak akan main terlalu jauh? Katanya bakal kembali lagi menemuiku? Terus, sekarang kamu ngapain ada di sini? Mau belanja? Kenapa nggak terus terang aja sama aku?" Hazmi mulai membuka suara. Netranya masih menatap datar tanpa ekspresi.

Mengetahui tatapan Hazmi yang seperti ini justru membuat Ayesha bergidik ngeri. Tak biasanya Hazmi bersikap tegas dan seakan-akan tanpa ekspresi memandangnya. Hazmi kenapa, ya?

"Ay, jawab, dong ... aku nggak mau ngelihat kamu diam, loh."

"A-aku, ehm ... maaf, kamu nggak apa-apa, kan?"

Ck! Hazmi berdecak. Bisa-bisanya Ayesha melontarkan pertanyaan kembali tanpa menjawab pertanyaannya. Apa Ayesha ingin menghindari Hazmi?

"Terserah kamu, Ay. Sekarang kamu maunya apa. Ya, terserah kamu aja. Aku nggak mau terlalu ngekang kamu. Seenggaknya aku tahu, kamu memang pengin menghindariku, kan? Kamu masih belum terima kan, tentang status kita ini? Sesuai apa katamu tadi. Aku seperti enigma bagimu. Dan sekarang, siapa tahu aku akan nyerah."

Ayesha menatap mata Hazmi yang berkaca-kaca. Ayesha merasa telah menyakiti hati Hazmi. Ia juga mengerti tentang sorot mata Hazmi yang menatapnya lekat-lekat. Penuh arti. Seakan-akan sorot mata itu berbicara, bahwa Hazmi benar-benar kecewa padanya.

"Haz ..."

"Ay, selama ini aku yang selalu sabar nungguin kamu. Aku yang selalu sabar ngadepin tingkah kamu yang jutek kemarin. Dan kamu pasti tahu, mana pernah aku marah? Mana pernah aku nyerah kemarin? Aku nggak ngerti lagi, Ay. Aku harus gimana, aku nggak ngerti, gimana caranya buat kamu percaya sama aku? Kamu harus tahu, Ay. Aku pun juga capek digantungin terus sama kamu."

Ayesha tak ingin membalas. Ia hanya memilih bungkam. Membiarkan Hazmi menyelesaikan perkataannya yang telah memuncakkan emosi. Karena yang selama Ayesha tahu, tingkahnya pasti sangat keterlaluan pada Hazmi. Ayesha kira Hazmi tak akan emosi seperti ini. Kenyataannya Ayesha salah.

"T-terus, pernikahan kita?"

"Urusan kamu, kamu tetap mau ngelanjutin pernikahan ini, atau tidak sama sekali. Aku capek terus berjuang, Ay. Karena kenyataannya, selama ini hanya aku yang berjuang. Dan kamu, nggak pernah sama sekali memedulikanku."

Hazmi memutuskan perkataannya. Ia pun mengalihkan pandangannya. "Aku pergi, silakan kamu mau ikut atau nggak, terserah kamu, Ay." Langkah Hazmi pun bergegas melewati Ayesha yang masih mematung bertahan mengamatinya dengan sayu.

Mendengar ungkapan Hazmi rasanya hati Ayesha tertekan. Ia merasakan jantungnya tak lagi berdegup seperti biasa. Rasanya hatinya benar-benar tertohok. Hingga tubuh Hazmi menghilang dari pandangannya, sayangnya Ayesha masih tak mampu mengejar. Ia lebih memilih bergeming. Dan saat ini sorot matanya beralih pada sebuah boneka kura-kura yang terpajang di balik etalase kaca.

"Dia suka kura-kura? Ih, lucu banget kura-kuranya." Ayesha tertawa geli ketika menatap dua ekor kura-kura sedang berada di dalam aquarium mini yang tergeletak di depan aula sekolah.

"Ay, ayo ke kelas! Kelamaan di sana, kamu bisa-bisa ketahuan, loh," ucap Sindy yang menjadi teman karib Ayesha. Mereka masih berseragam putih biru. Saat itu Ayesha duduk di kelas delapan SMP.

Gadis yang dipanggilnya hanya berdecak sebal. Ayesha terlalu gemas menatap dua kura-kura yang terkurung itu. Dengan terpaksa Ayesha bangkit dan bergegas pergi meninggalkan kura-kura yang masih tergeletak di dalam akuarium. Ayesha hanya tersenyum sembari menatap kura-kura itu kembali.

Sayangnya senyuman yang terulas dari bibirnya harus diketahui oleh seorang anak laki-laki yang mendekati akuarium—yang menjadi objek perhatian Ayesha. Laki-laki itu Hazmi. Jemari Hazmi kembali menenteng akuariumnya dan mengabaikan keberadaan Ayesha.

Sayangnya ingatan tentang masa lalunya kembali meredup. Bahkan Ayesha hanya sempat mengingat beberapa kali tentang sosok siapa Hazmi. Ayesha pun baru menyadari, bahwa hatinya sempat menyukai siapa Hazmi. Dan tanpa ia sadari perlahan ingatan tentang Hazmi menghilang. Sampai ketika Ayesha pertama kalinya bertemu Hazmi, perempuan itu tak sama sekali mengingat siapa laki-laki itu.

Lalu, aku harus berbuat apa? Agar Hazmi tak lagi marah padaku? Dan, kenapa juga harus sesakit ini saat Hazmi kecewa padaku? Ya Allah ... ada apa ini? Apa aku benar-benar jatuh cinta dengannya? Menyukainya kembali?

Bersambung 🌞


Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status