Share

Who Is She

Sarra menatap sebal pada pria yang berada dibalik jeruji besi. Dugaannya benar, Garrand ditangkap karena dilaporkan oleh keluarga Lorena atas tuduhan penculikan.

Sepertinya keluarga Lorena juga membenci Garrand setelah semua yang ia lakukan pada putri kesayangan mereka.

Sejak dua bulan yang lalu dia tidak menemukan ketenangan sama sekali karena masalah yang sudah ia timbulkan sendiri.

Tidak, Garrand juga punya andil atas apa yang terjadi saat ini dalam hidup mereka berdua. Seandainya keduanya tidak membuat masalah maka semua hal yang mereka alami saat ini tidak perlu terjadi.

Seandainya ...

Seandainya ...

"Seandainya kau tidak membuat masalah semakin rumit maka kau tidak perlu mempermalukanku seperti ini!" geram Sarra sambil melangkah cepat diikuti Gaarand di belakangnya.

Saat ini mereka berjalan setelah Garrand keluar dari penjara, entah apa yang dilakukan Sarra hingga ia bisa membebaskan pria itu dengan cepat tanpa uang jaminan.

Garrand menahan langkah Sarra, dia memegang lengan wanita itu. "Apa kau mengantarkan Lorena untuk pulang?" tanyanya

"Iya, itu satu-satunya cara, sebagai jaminan kebebasanmu, aku meminta Luca untuk menjemputnya" jawab Sarra dan wajah Garrand terlihat mengeras.

"Memangnya kau tetap ingin tinggal di penjara? Kau memang pembuat masalah!" protes Sarra. Ia tidak terima saat Garrand menatap tajam dirinya.

"Kenapa kau terus melimpahkan semua kesalahan padaku, huh?" tanya Garrand tanpa melepaskan lengan wanita itu.

"Itu karena- ...."

"Karena apa, huh? Kau pikir aku sengaja melakukannya?" tuntut Garrand, dia juga memotong ucapan Sarra yang memang tidak ia teruskan.

"Bukankah itu semua terjadi begitu saja? Kita berdua- ...."

"Cukup!! Apa penyesalan bisa mengembalikan semuanya?" Giliran Sarra yang memotong ucapan sang lawan bicara.

"Aku tidak mengenalmu selama ini, dan sekarang tiba-tiba kita hidup dalam satu tempat, itu sangat menyiksaku, kau mengerti itu, 'kan?"

Pria berusia dua-puluh-lima tahun itu terdiam, dia merasa tidak punya jawaban untuk hal itu. "Aku ... Aku akan pergi, aku berjanji!" ucapnya kemudian.

"Kapan? Setelah orang tuamu memaafkanmu?" sindir Sarra pada pria muda tersebut, dan jelas hal itu akan begitu sulit bagi Garrand sendiri.

"Jangan bermimpi keluarga Hoecklyn dan Bellou bisa memaafkan kesalahan yang memalukan seperti yang sudah kita lakukan!" Sarra mengingatkan Garrand akan sebuah kenyataan yang tidak bisa dipungkiri.

"Mereka bukan Tuhan, semua orang punya kesalahan. Tidak ada yang suci di dunia ini," jawab Garrand dan itu membuat Sarra hanya bisa tersenyum kecut.

Bukannya ia tidak faham tapi masalah mereka bukan tentang pandangan pada semua orang, tapi hal yang sebaliknya. Mereka sudah dianggap paling bersalah.

"Mudah untuk berbicara. Jika memang begitu, kenapa sampai sekarang kau belum berani menemui mereka, huh?" tuntut Sarra.

Sebenarnya apa yang sedang dihadapi dua anak manusia tersebut? Keduanya seperti menolak kenyataan bahwa sesuatu sudah terjadi dan kesalahan itu tidak bisa diperbaiki.

"Apa kau bisa membuat mereka mengerti?" Sarra kembali bertanya.

...

Seorang wanita muda menunduk saat berhadapan dengan pria yang sudah ia tinggalkan di altar demi mengikuti pria lain.

Bukan tanpa alasan, rencananya bukan seperti itu. Sejak awal mereka memang tidak berencana untuk menikah, semua tidak lain karena paksaan orang tua.

Semua berawal dengan kekacauan yang luar biasa. Berakhir dengan mengecewakan orang tua dan mempermalukan mereka di depan para tamu.

"Sekarang bukan hanya Sarra dan Garrand yang membuat masalah, tapi kita juga," ucap pria berambut pirang--Luca.

"Aku tahu ini salah, tapi kemarin aku sudah tidak bisa berpikir dengan jernih," jawab si wanita dengan penuh sesal.

"Garrand datang dan aku tidak bisa menolak, karena hatiku juga tidak menginginkan pernikahan ini," lanjut si wanita.

"Kau pikir aku menginginkannya, Lorena?" Si pria juga berkata dengan sedikit bertenaga. Dia mengusap kasar wajahnya.

"Aku khawatir pada Sarra, dia terlihat tidak sehat. Dia tidak lagi lembut seperti dulu," ucap pria itu lagi.

"Lalu, bagaimana dengan Garrand? Dia diusir tanpa membawa apapun, dia kesulitan di luar sana!" Lorena juga tidak ingin merasa terpojok.

"Setidaknya Sarra sadar diri, dia bahkan sulit untuk kudekati, dia selalu merasa tidak pantas untuk kuperjuangkan," kata Luca panjang lebar.

Lorena menunduk lagi, sebenarnya ia juga merasa sakit di dalam hati karena kejadian yang sedang mereka hadapi. Masalah yang ditimbulkan Garrand dan Sarra sudah menyakiti banyak orang.

"Katakan mereka berkhianat tapi aku percaya pada Garrand dan Sarra bahwa mereka tidak sengaja," lanjut Luca.

"Mungkin bagi Garrand ini tidak akan menjadi masalah, tapi bagi Sarra?Kurasa sebagai wanita kau juga tahu akan bagaimana akhirnya," ucap Luca.

"Jika kau memang masih mencintainya, kau harus berjuang untuknya, Luca!" jawab Lorena, walaupun ada getar keraguan dalam ucapannya.

"Mereka sudah tidur bersama! Bercinta di sepanjang malam itu, apalagi yang kau harapkan?" Suara Luca kembali naik, kali ini membuat Lorena menitikkan air mata.

"Ini kenyataan, sadarlah!" Luca kembali bersuara, siapa yang tahu bahwa ia juga terluka dan kecewa.

"Itu kecelakaan," timpal Lorena dengan cepat, "kau pun tahu itu."

Seperti petir yang menyambar di saat terik matahari, Lorena dan Luca mengingat kembali kejadian itu. Mereka tidak tahu bagaimana awal kisah Garrand dan Sarra bisa menghabiskan waktu sepanjang malam di dalam satu ruangan dan tentunya mereka bergumul menyatukan tubuh untuk mencapai sebuah kepuasan.

Hanya mereka yang tahu.

.

.

.

Terjerat tatapan yang menawan.

Aku terbakar seperti nyala api dalam sebuah keinginan.

Aku terjatuh dan mabuk.

Rasanya seperti penuh dengan cinta, tapi semua berakhir sekarang.

Aku kedinginan, sentuh aku sekarang dan aku menutup mata.

Kita bercumbu untuk sesaat sampai waktu memisahkan.

Semua berakhir sekarang

❤️❤️❤️

Sarra membuka mata karena sebuah mimpi, lagi dan lagi seperti menonton film yang berulang. Mimpi yang sama ketika hujan deras saat ia merasakan sesuatu yang luar biasa.

Dia melihat ke sekeliling kamar, ia menatap langit-langit dengan bekas noda air yang menetes dari atap yang mungkin bocor sebelumnya.

Hanya embusan angin yang membelai tubuhnya. Ia hanya bisa mengembuskan nafas. Kenapa mimpi itu tidak enyah dari pikirannya.

Di luar kamar masih ada suara televisi yang menyala, mungkin rekan satu atapnya masih terjaga dengan menonton acara yang membosankan.

Sarra enggan keluar kamar walaupun tenggorokannya terasa kering dan kebetulan gelas air di atas nakas juga sudah kosong karena sudah menghabiskannya.

Sarra kembali berbaring di atas bantal, melihat sisi lain tempat tidurnya yang kosong, ia tidak ingin ada siapapun yang mengisi tempat itu karena dia hanya ingin sendiri.

...

Sementara itu di luar kamar, tepatnya di ruang televisi yang merangkap ruang tamu. Garrand hanya menatap kosong layar televisi, entah acara apa yang sedang ditayangkan.

Pria itu hanya berbaring di atas sofa lusuh yang warna aslinya hampir tidak terlihat, padahal sebelumnya ia terbiasa tidur di ranjang empuk dan mahal.

Sesekali dia menoleh pada pintu kamar yang tertutup, satu-satunya kamar di flat yang disewa oleh Sarra. Iya, sejak dua bulan lalu ia menumpang tempat tinggal pada wanita itu.

Katakan mereka berdua terlantar oleh keluarga--dibuang lebih tepatnya. Dia dan Sarra sudah melakukan kesalahan yang menurut kedua belah pihak keluarga itu adalah perbuatan yang tidak bisa dimaafkan.

Keadaan semakin rumit karena mereka sudah memiliki pasangan masing-masing. Mungkin itu salah satu penyebab mereka tidak bisa dimaafkan.

Salahkan hujan deras malam itu, mereka terguyur hujan tetapi tubuh keduanya justru terbakar dalam gairah panas yang tidak bisa mereka kendalikan.

Siapa yang bersalah?

TBC

See you next chapter ...

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status