Ada salah satu bagian favorite Crystal di cerita Alice and Wonderland. Alice bertanya pada kelinci putih; berapa lama waktu selamanya? Si Kelinci putih menjawab; kadang, selamanya itu bisa jadi sedetik saja.
Sekarang. Crystal menginginkan hal itu. Waktu berhenti di detik ini. Selamanya.
Sambil menyadari tiap tarikan napas, tiap gerakan, Crystal membuka mata—menatap Xander sayu setelah ciuman mereka terlepas. Tangan Xander dengan lembut memegangi pinggul Crystal, sementara Crystal meneliti wajahnya. "Aku ingin menunjukkan sesuatu padamu, Princess." Bibir Xander bergetar ketika mengatakan ini, tapi Crystal melihat ketegasan di matanya. "Aku ingin kau tahu," bisiknya. "Hal yang menjadi penyesalan terbesarku."
Crystal hanya membuka tutup mulut, kehilangan kata-kata. Ia bahkan nyaris tidak bisa bernapas, nyaris tidak berpikir. Semua ini terlalu ... membingun
Entah sudah berapa lama hening menyelimuti mereka.Crystal menunggu rasa panik—takut—atau keringat dingin kembali menyapa. Namun, rasa itu tidak datang. Hanya ketenangan yang nyaman saat jemari Xander turun dari pipinya lalu bersatu dengan jemarinya.Kesuraman membayangi cahaya bintang di mata Xander, tatapan yang belum pernah Crystal lihat pada laki-laki itu. "Jika kau memang masih butuh waktu untuk berpikir, aku bisa menunggu." Xander berdiri, membelai lembut puncak kepala Crystal, kemudian beranjak dan menghilang di balik pintu.Tidak. Jangan. Jangan pergi.Crystal mengusap wajahnya kasar, sementara kata-kata itu terus tersendat di kerongkongannya. Bukannya Crystal tidak mempercayai ucapan Xander. Crystal percaya. Sangat. Selama mereka bersama, tidak sekalipun Xander menyakitinya. Crystal hanyashockmelihat sisi lain dari lelaki itu. Xander mengingatkannya p
"Princess! Kau di mana?!"Crystal terbatuk, meringkuk di bawah altar. Sesak. Panas. Keringat bercucuran dari tubuhnya, kesadarannya juga nyaris habis ketika ia mendengar suara itu—menyelip dari balik kobaran api yang mulai melahap gereja. "Princess! Jawab aku!""Dad," bisik Crystal serak. Terlalu lemas untuk bersuara.Crystal mengelus dada, beringsut dan berusaha keluar, tapi kepulan asap dan api itu menahannya. Tidak bisa. Hidupnya akan berakhir di sini. Crystal menyerah. Tadi pun dia sudah berusaha keluar dari gereja ini, tapi puing-puing berapi yang runtuh itu menghalanginya, membuat Crystal memekik ketakutan, gemetar dan lebih memilih meringkuk di bawah altar—makin terjebak. Tidak akan ada yang akan menolongnya. Siapa orang gila yang akan menembus api-api sialan ini hanya untuk menyelamatkannya?Dongeng bodoh mommynya tidak ada, tidak ada pangera
S E A S O N 2 : E R E B O S The Prince really loves the Princess. The Princess is the soul and center of his life. He was willing to do anything as long as the Princess always stays beside him. Instead, the Prince made a rule for the Princess. Just one. That the Princess can't come out, even for an inch. The outside world isn't safe. There will only be her and the Prince. Unfortunately, The Princes's curiosity destroyed everything. Princess could no longer hold herself when something outside keeps calling her out. So seductive. Pulling her closer and closer. Stupidly, the Princess got hooked. She goes out, breaks the only rule made by the Prince and walks closer to someone who always stands there, waiting for her in the darkness. Faithfully watching every step
LEONIDAS Mansion, Barcelona—SPAIN | 07:10 PMCrystal.leonidas : Meng!Crystal.leonidas : Meng!Crystal.leonidas : Meng!Crystal.leonidas : We need to talk.Crystal.leonidas : Jika kau sudah membaca pesan ini, segera hubungi aku.Walaupun Crystal tahu Xander belum membalas pesannya diinstagram,tetap saja dia memeriksanya lagi—berharap Xander sudah membaca. Tapi, tidak ada. Jangankan balasan, akun itu bahkan tampak tidak aktif. Sebenarnya apa yang sedang Xander lakukan? Apa sengaja tidak membuka pesannya? Apa ... Xander marah?Crystal menghela napas frustasi, teringat dengan pertemuan mereka yang terakhir. Tidak ada kata perpisahan. Yang ada, Crystal melawan Xander
TARTARUS HOTEL, Toronto, Ontario—Canada | 02:14 PM"Masih tidak ada kabar."Crystal menoleh kebelakang mendengar suara Lilya, mendesah panjang melihat gadis itu berjalan santai memasuki ruang tamu kamar hotel dengan rambut panjang yang sedikit berantakan, tapi menambah kesan seksi dari baju rajuttanpa lengan gadis itu."Sepertinya dia memutuskan baru muncul di pertemuan.""Oke. Aku ikut ke sana saja." Crystal mengembalikan perhatiannya pada dinding kaca, menatap pantulannya sendiri yang masih mengenakan kimono mandi. Sejak datang ke hotel—Crystal bahkan belum tidur sama sekali. Menunggu Xander. Namun, kedatangannya seperti sia-sia. Belum ada tanda-tanda kemunculan laki-laki itu, sementara pernikahannya dan Aiden semakin dekat tiap detik yang berlalu. "Bawa aku datang ke pertemuan.""Sebenarnya apa yang kau perlukan darinya? Jika it
"Not now, Princess." Xander berdesis, kemudian menarik telinga Crystal dengan gigi. Tubuh Crystal goyah dan menegang. Alih-alih menjauh, ia mendekat lebih jauh—menutup mata—menikmati belaian jemari Xander di punggungnya yang terbuka. "Aku masih harus mendengar laporan anjing-anjing ini dulu.""Tapi—""George." Suara Xander memecah kebisuan di ruangan itu, termasuk protes Crystal.Pria berkulit hitam berumur sekitar tiga puluhan berdiri. Dilihat dari pin hitam, lelaki itu salah satu pemimpin rahasia. "Salam,Sir."George mengangguk hormat, lalu memandang Crystal. "Salam juga untuk wanita Anda.""Wanitaku?" Xander menyentuh wajah Crystal sambil memiringkan kepala. "Let's see,apa hubungan kami sepanjang itu untuk membuatnya menjadi wanitaku."
LEONARD EXCELSIOR HOTEL, Rome—Italy | 9:12 PM"Tikus sialanmu tertangkap. Apa kau memang tidak becus memilih mata-mata?"Aiden menghisap ganjanya—bersandar santai di sofa, sama sekali tidak terpengaruh dengan suara berat menakutkan dari balik kursi besar yang membelakanginya. Sebelah tangannya yang lain memegang ponsel, memeriksa data-data berikut foto yang berhasil anak buahnya kirimkan. Benar-benar tikus malang.Cekalan Aiden di ponselnya menguat begitu layarnya menampilkan foto Crystal. Aiden sampai mengernyit untuk melihatnya lebih jelas. Namun, seberapa banyak ia melihatnya—itu tetap Crystal. Tunangannya. Terpejam di atas pangkuan Xander dengan ekspresi yang tidak ada bedanya dengan para jalang yang sering ia tiduri.Sialan. Perempuan itu benar-benar jalang!"Lupakan tikus itu. Lagipula, tidak ada info yang bisa mereka dapat."
A few hours ago ....Mandarin Oriental Hotel, Barcelona—SPAIN | 07:15 AMCrystal Leonidas : Kenapa kita harus berakhir seperti ini?Xander William : Kita yang mana, Crys? Aku tidak pernah memulai apa pun, kau juga. Xander duduk bergeming di meja bar untuk waktu yang lama. Terus menatap nyalang pesannya yang terakhir pada Crystal. Apa dia terlalu kasar? Kejam? Bagaimana perasaan gadis itu sekarang? Sial. Tawa kasar dan sumbang mulai muncul di tenggorokannya, teredam.Dia memang bajingan egois. Jika dia orang baik, dia sudah menjauhi Crystal Leonidas sejak awal—bukannya menarik gadis itu ke dunianya yang mengerikan. Berengsek. Dia mengacaukan semuanya. Lebih berengsek lagi, sebagian besar bagian dalam dirinya