Share

2 Sleep with Me!

Author: Ans18
last update Last Updated: 2024-11-04 18:23:16

"Evan!" Hana menatap Evan yang bersandar pada dinding, berusaha untuk berdiri tegap walaupun kesulitan.

"Panggil ... aku 'Pak'!" ucap Evan dengan nada yang menyiratkan kalau dia sudah benar-benar mabuk.

"Kita udah di rumah, Van. Aku nggak perlu manggil kamu 'Pak'. Oh please, Van. Aku juga pusing banget gara-gara kamu paksa minum."

Evan terkekeh, kemudian menatap Hana tanpa berkedip. "Bohong!"

"Aku mau balik ke kamarku," ucap Hana tegas. Kepalanya semakin berdenyut dan matanya hampir menutup karena kantuknya tidak tertahan lagi. Hana lantas melangkah, mengabaikan Evan dengan segala ucapannya yang mulai tidak masuk akal.

Tapi lagi-lagi Evan menariknya, kali ini hingga ke arah kasur dan mendorong Hana dengan cukup keras.

Hana menggeram kesal. Namun sepertinya Evan tidak memperhatikannya.

"Kamu asistenku," ucapnya sambil menyeringai dan menahan tangan Hana.

Meskipun Evan sedang mabuk, tapi tenaganya nyatanya masih bisa untuk mendorong dan menahan Hana dengan posisi mengungkungnya di atas kasur. Hana tahu kalau ia tidak akan sanggup melawan tenaga Evan. Tapi ia benar-benar benci melihat sorot mata Evan yang seperti ini, sorot mata meremehkannya.

"Terus kenapa kalo aku asistenmu?"

"Sleep with me."

Hana sangat menyayangkan tangannya yang dicekal oleh Evan dengan kencang, andaikan tidak, ia pasti sudah menampar Evan dengan tangannya.

Evan kembali menyeringai, menunjukkan keangkuhannya karena berhasil mengendalikan Hana. Tapi bukan Hana kalau hanya diam diperlakukan seperti itu. Dengan perasaan kesal yang sudah sampai ubun-ubun, Hana membenturkan kepalanya ke kepala Evan agar lelaki itu menjauh darinya.

"Bitch!" Evan mengerang kesakitan sambil memegang dahinya yang terasa sakit akibat hantaman yang baru diterimanya. Dan bukan Evan kalau ia mengalah setelah diperlakukan seperti itu. Evan kembali merangsek maju, kali ini bukan hanya mencengkeram tangan Hana, tapi tubuhnya juga ikut menindih tubuh wanita itu agar ia tidak bisa berkutit.

"Evan!" Hana sudah tidak peduli kalau pun nantinya orang-orang di rumah itu akan terbangun, setidaknya akan ada orang lain yang cukup waras untuk menghentikan pergulatan mereka.

"Gimana rasanya kalau kamu harus ngelihat orang yang kamu benci setiap hari?" Evan menatap Hana tajam. Sebenci itu Evan pada wanita yang kini berada di bawahnya, sampai-sampai ia merasa muak hanya dengan membayangkan setiap hari akan bersamanya.

'Dan gimana rasanya kalau kamu mencintai seseorang yang menghabiskan setiap detiknya untuk membencimu?' Tentu saja pertanyaan itu hanya ditelan Hana sendiri. Ia tidak akan pernah menyampaikannya pada lelaki di atasnya itu.

"Aku mau hancurin kamu." Evan mulai menenggelamkan wajahnya di ceruk leher Hana. "Mungkin dimulai dari sini," ucapnya berbisik.

Mata Hana membulat sempurna. Ia bergerak gelisah, mencoba keluar dari siksaan yang diberikan Evan. Sampai akhirnya pertahanannya runtuh, air mata mengalir dari sudut matanya.

Saat Evan tersengal kehabisan napas dan mengangkat wajahnya dari ceruk leher Hana, barulah ia melihat air mata Hana. Evan melepaskan cengkeramannya di tangan Hana dengan menghentaknya kasar. Ia lantas berguling agar tidak lagi menindih Hana.

Hana yang merasa terbebas dari kungkungan Evan, seketika duduk dan merapikan pakaiannya. Baru saja Hana akan berdiri, Evan kembali menarik tangan Hana. "Tidur aja di sini, gue nggak akan ngapa-ngapain."

Hana mengernyit. Apa yang dipikirkan Evan? Tidak mungkin Hana masih mau berada di ruangan yang sama dengan Evan setelah apa yang dilakukan Evan padanya. "Kamarku di atas, kenapa aku harus tidur di sini?" Hana mencoba melepaskan cengkeraman tangan Evan, yang tentu saja gagal.

"Kamarmu kujadiin gudang karena kamu sudah sebulan lebih nggak ke sini."

"What?"

Evan mengabaikan tatapan tidak terima dari Hana. Ia berjalan ke pintu, menguncinya, dan mencabut kuncinya. Ia lalu berjalan ke walk in closet, dengan cueknya melepas kemejanya dan menggantinya dengan kaos. Usai keluar dari walk in closet, masih dengan berjalan sempoyongan, ia berniat melompat ke kasur, tapi tiba-tiba ia melihat Hana yang masih mengenakan dress pesta. Setelah menghela napas pelan, Evan mengambil sebuah kemejanya dan melemparkannya pada Hana.

Hana tertegun melihat kemeja di tangannya, dan beralih melihat Evan yang sudah tidur tengkurap di kasurnya. "Kunci kamarnya?"

***

"Mas, Evan semalem pulang jam berapa ya? Aku nggak denger dia pas pulang." Letta yang masih mengerjap-ngerjapkan matanya langsung teringat anaknya yang baru ia jebloskan ke sesuatu bernama 'tanggung jawab'.

Ares masih merenggangkan ototnya sambil menarik kembali istrinya ke dalam pelukannya. "Nggak tau. Biarin aja, udah gede kok."

"Ya nggak gitu, Mas. Kesannya kita nggak peduli banget. Abis minta dia masuk perusahaan, terus kita tinggal begitu aja, bahkan nggak nanyain gimana dia semalem berbaur sama rekan bisnis kita."

"Ada Hana, Ta. Tenang aja."

"Iya sih. Hmm, Mas, kamu nggak mau jodohin Hana sama Evan aja?" tanya Letta iseng, padahal ia tahu kalau suaminya paling anti dengan yang namanya perjodohan karena trauma masa lalunya.

Saat itu, ia menjalin hubungan dengan Letta, tapi karena suatu hal, Papa dari Letta tidak setuju dan menjodohkan Letta dengan Ezra, anak asuhnya yang sangat ia percaya.

Ares hanya mendelik kesal ke arah istrinya dan Letta langsung menutup mulut sambil tergelak.

"Iya, iya, nggak ada perjodohan. Tapi itu Evan nggak pernah punya pacar loh, Mas. Apa kamu nggak takut kalau dia--"

"Apa?" tanya Ares menyela ucapan Letta.

"Evan terakhir pacaran udah lama banget. Anak kita masih suka lawan jenis kan, Mas?"

Ares menghela napas berat. "Anak kita itu suka gunung, laut, hutan, sungai, gua, gimana mau dapet cewek? Kamu siap-siap aja kalo nanti dia bawa calon istri dari daerah yang namanya nggak pernah kamu denger, misalnya ... Fakfak, Baubau."

"Apa sih, Mas!" Letta mengerucutkan bibir. "Aku sih yang penting dia bawa cewek, bukan cowok. Ya udah, aku mau ngecek Evan dulu."

Ares menggeleng melihat kelakuan istrinya. Evan sudah berusia lebih dari seperempat abad, dan istrinya itu masih mencemaskannya seakan-akan Evan masih anak SD. Walau memang benar kelakuan Evan yang paling mengkhawatirkan dibanding anak-anaknya yang lain—Elaksi dan Elga. Apalagi Evan satu-satunya anak laki-laki di keluarga mereka, mungkin karena itu istrinya menaruh harapan besar pada Evan untuk bisa meneruskan perusahaan dan menjaga adik-adiknya nanti ketika mereka sudah tidak ada.

Letta berjalan menuju rumah belakang, masih sambil sesekali menguap. Sepagi itu, biasanya kedua anak perempuannya, Elaksi dan Elga sudah pergi jogging keluar rumah. Hobby yang sudah dijalani keduanya bertahun-tahun. Berarti di rumah belakang tinggal ada Evan, karena ART yang tidur di rumah belakang pun sudah menjalankan pekerjaannya.

Tiba di depan pintu kamar anaknya, Letta mengetuknya beberapa kali tapi tidak ada sahutan dari dalam. Letta kemudian meraih handle pintu, berusaha membukanya, tapi ternyata tidak bisa karena Evan menguncinya.

"Anak ini, ngapain sih kamarnya pake dikunci." Letta berjalan ke arah ruang kerja yang ada di rumah itu, di sana ia menyimpan kunci cadangan untuk setiap ruangan. Setelah mendapatkan apa yang dicarinya, Letta bergegas kembali menuju kamar Evan.

"Evan, bangun!" teriak Letta sambil membuka pintu kamar anaknya.

Tapi bukan Evan yang terbangun, melainkan seorang perempuan yang sangat dikenalnya, yang mengusap matanya beberapa kali kemudian terperanjat saat melihat Letta berdiri di depan pintu kamar. "Tante?"

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (2)
goodnovel comment avatar
Ida Wakhidah
haish ini karena loe Van
goodnovel comment avatar
MAIMAI
keinginan letta tercapai ini, jd in hana mantu.
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • FALLING IN LOVE WITH MY ASSISTANT   147 Extra Part 12 (Ending)

    "Lucu banget siiih." Vio yang menggendong sesosok bayi kecil tidak bisa mengalihkan matanya dari bayi yang belum bisa membuka mata itu. "Boleh bawa pulang satu nggak? Kan masih ada satunya lagi.""Kalo dia laper, lo mau nyusuin?" Hana mendelik ke arah Vio."Ck! Lucu banget tau, Han." Vio dengan gemasnya mengecupi pipi bayi merah itu."Udah pengen ya?" tanya Hana menggoda Vio yang agak terlihat kaku menggendong bayi di tangannya.Vio mengedikkan bahu sebagai jawabannya.Saat keduanya tengah bermain-main dengan bayi kembar itu, Evan dan Azka masuk ke dalam kamar rawat dengan dua tote bag yang berlogokan salah satu minimarket. Hana memang meminta pada suaminya untuk dibelikan cemilan karena makanan dari rumah sakit hanya mampu mengganjal setengah ruangan di perutnya."Van, si twin siapa sih namanya? Astaga, udah setengah jam aku nanya ke Hana, katanya kamu yang bakal ngasih tau karena kamu ngelarang dia ngasih tau. Apaan coba?"Evan tersenyum pongah. Ia memang melarang Hana memberitahukan

  • FALLING IN LOVE WITH MY ASSISTANT   146 Extra Part 11 (Kamu Tetap yang Tercantik)

    Hana mengusap peluh yang mulai terasa di dahinya. Ia berusaha menahan rasa sakit yang mulai menyergapnya. Evan masih tertidur pulas di sebelahnya.Setelah mengatur napasnya beberapa saat dan sakit di perutnya tidak kunjung mereda, tangan Hana terpaksa menggapai suaminya untuk membangunkannya."Maaas.""Hmm?" Evan mendengar panggilan istrinya tapi matanya masih enggan untuk membuka."Mas, perutku mules."Barulah setelah mendengar itu, mata Evan membuka sempurna. "Kontraksi?"Hana hanya bisa kembali mengatur napasnya. Ini yang pertama untuknya, bagaimana ia bisa membedakan itu kontraksi palsu atau kontraksi yang sebenarnya."Aku bangunin Mama dulu ya."Sejak satu bulan sebelum Hari Perkiraan Lahir (HPL), semua anggota keluarga Evan sudah menginap di rumah Evan, mama papanya, termasuk Elga dan Elaksi. Euforia dan khawatir yang berlebihan adalah penyebabnya. Tapi Evan juga tidak memungkiri kalau ia membutuhkan kehadiran mamanya yang sudah berpengalaman menghadapi proses persalinan."Masih

  • FALLING IN LOVE WITH MY ASSISTANT   145 Extra Part 10 (Terima Kasih Telah Membuatnya Bahagia)

    "Permisi, Pak." Ribka melongokkan kepala ke ruang atasannya setelah mendengar sahutan dari Evan yang mempersilakannya masuk."Kenapa, Rib?""Hana?"Evan hanya menunjuk dengan dagu posisi Hana yang sedang tidur di sofanya. Sejak kehamilan Hana, Evan sengaja mengganti set sofa di ruangannya dengan yang lebih besar agar Hana bisa tidur dengan nyaman.Apalagi kini kehamilan Hana menginjak tujuh bulan. Dengan perut sudah sebesar itu, sebenarnya Evan tidak tega membiarkan Hana masih bekerja, walau setengah hari kerja Hana hanya dihabiskan untuk tidur. Tapi ke-clingy-an Hana belum juga berkurang hingga Evan tidak mungkin membiarkannya di rumah sendiri."Kenapa nyari Hana?""Ada proposal yang nunggu approval Pak Evan. Dan belum di-review Hana. Tadi tim pengembangan 2 udah nanya hasilnya, Pak.""Langsung kirim ke saya aja, Rib. Biar saya periksa.""Nggak lewat Hana nggak apa-apa, Pak?""Lihat sendiri dia teler begitu." Evan terkekeh melihat Hana yang tertidur dengan nyaman tanpa merasa tergang

  • FALLING IN LOVE WITH MY ASSISTANT   144 Extra Part 9 (Clingy)

    "Maaas, meluknya jangan kenceng-kenceng. Nanti dedeknya kegencet."Evan merenggangkan pelukannya meskipun rasanya masih belum rela."Gemes abisnya. Kamu jadi lebih enak dipeluk."Hana mendelik kesal. Pasti ada yang tersirat di balik ucapan suaminya itu. "Maksudnya aku gendutan? Jadinya empuk untuk dipeluk?""Ya ampun, jangan sensitif gitu dong, Han. Nanti kalo kamu kesel, baby-nya ikut kesel sama ayahnya gimana?"Hana mengerucutkan bibir karena kesal, tapi justru ditanggapi Evan sebagai kode untuk mencium bibir istrinya itu, yang semenjak kehamilannya sama sekali tidak pernah terpoles lipstik."Ya orang hamil memang gendutan, Sayang. Kalo nggak gendutan gimana lah, mesti kita periksain lagi ke dokter, apalagi kamu bawa dua baby di perut," ucap Evan setelah puas mengeksplorasi kelembutan bibir istrinya."Mas nggak akan ninggalin aku meskipun aku gendut kan?" tanya Hana tiba-tiba."Kok kamu jadi clingy banget sih sejak hamil?" tanya Evan sampai hampir terbahak. Tidak pernah terbayangkan

  • FALLING IN LOVE WITH MY ASSISTANT   143 Extra Part 8 (Ayo Kita Serius)

    "Mbak Hana mikir apa?" tanya Bi Lastri yang memperhatikan Hana melamun sambil mengaduk lemon tea yang baru saja dibuatnya. "Jangan banyak pikiran, Mbak. Kasihan yang di perut."Hana tersenyum melihat kekhawatiran Bi Lastri padanya. Pasti mama mertuanya sudah mewanti-wanti ART di rumahnya untuk memperhatikannya.Ia memang sedang berpikir, tapi bukan masalahnya yang sedang menguasai pikirannya. Hari sebelumnya ia sempat mengobrol dengan Vio, dan curahan hati Vio tentang hubungannya benar-benar membuat Hana memutar otaknya.Dan inilah saatnya ia mencoba melakukan sesuatu untuk membantu hubungan sahabatnya."Bibi, minta tolong bawain minum sama cemilannya ke ruang tengah ya," ucap Hana, kemudian berlalu menyusul suaminya dan sepupu iparnya yang sedang mengobrol di ruang tengah."Mas, Arfindo udah punya cewek belum sih?" Kalimat pertanyaan pertama yang disampaikan Hana begitu menginjakkan kaki di ruang tengah membuat Evan mengernyitkan dahi."Ngapain nanyain Arfindo?"'Evan dan cemburunya.

  • FALLING IN LOVE WITH MY ASSISTANT   142 Extra Part 7 (Boleh Aku Mendekatimu?)

    "Jadi Evan nerima lo lagi?"Sudah beberapa minggu sejak keluarga Evan akhirnya tahu apa yang dilakukan Hana untuk menyelamatkan perusahaan. Hana sedang sibuk mempersiapkan pernikahannya dengan Evan yang disangka Vio tidak akan terjadi.Hana mengedikkan bahu, karena dia sendiri juga bingung dengan apa yang diinginkan Evan. "Lo sama Kak Azka gimana?""Loh kok jadi ngomongin gue?""Ayolah Vi, gue butuh hiburan kisah cinta orang lain daripada kisah cinta gue.""Nggak ada apa-apa, Han. Jadi nggak ada yang perlu gue ceritain.""Hah? Serius? Waaah, Kak Azka mesti didorong nih."Hana meraih ponselnya dari dalam tas kemudian sibuk mengirim pesan pada Azka, sementara Vio menatap makan siang di depannya dengan malas padahal dia yang sejak pagi mendesak Hana untuk menemaninya makan siang di salah satu restoran kesukaannya.Keduanya larut dalam obrolan sampai Hana tidak sadar kalau makanannya sudah habis sementara makanan Vio bisa dibilang masih utuh."Makan yang bener, Vi.""Lo kayak nggak pernah

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status