Beranda / Romansa / FATAMORGANA / Bab 6. Canduku

Share

Bab 6. Canduku

Penulis: Air
last update Terakhir Diperbarui: 2021-09-07 11:26:29

Aku semakin ketakutan melihat badannya mendekatiku. Kupeluk erat bantal yang menutupi dadaku. Kaku-laki semaki mendekat dan menghimpit dadaku. Menindih tubuhku.

Aku menahan napas kuat-kuat, ketika wajahnya bersinggungan dengan wajahku, dan napasnya sudah menyatu dengan napasku.

Kali ini dengan begitu lembut dia meraih kepalaku, menekannya perlahan agar bibirku tidak lepas dari bibirnya.

Entah kesurupan setan dari mana, aku yang tadinya menolak dan memberontak menjadi lebih agresif dan liar. Aku raih dengan sedikit memaksakan, melingkarkan tanganku ke lehernya, agar dia tidak melepaskan pagutannya di bibirku.

Ku jelajahi rongga-ronga mulutnya. Kusesap dan kuhisap lidahnya yang panas. Dan kulumat dengan sepenuh perasaan bibir simetrisnya yang begitu sangat menggairahkan.

Tanpa berpikir dua kali, laki-laki yang bernama Keyko Khayang Gumelar itu, menjelajahi setiap jengkal kulit tubuhku dari atas sampai bawah. Sedikitpun tidak membiarkan lolos dari lidahnya.

Aku terhanyut,terbawa dalam jebakan mautnya. Kupejamkan mata nenikmati setiap sentuhannya. Semakin lupa diri hingga aku menjerit manja yang membuat Keyko semakin ganas, tak mempedulikan apa-apa lagi.

Sesuatu yang ada di dadanya sudah sangat membutuhkan penuntasan. Dan akhirnya dengan jeritan erotisnya, Keyko menggigit kuat-kuat bibir sensualku yang kurasakan begitu pedih dan perih. Ditinggalkannya kismark beberapa hisapan di leher dan di dadaku.

Bahkan tanpa sadar dari mulut Keyko keluar kata-kata yang sangat ku harapkan.

"I love you, Sayang." Dengan napas tersengal Keyko terkulai lemas di samping tidurku dengan masih memeluk dada telanjangku.

Lagi-lagi aku kalah dan menyerah. Aku mencaci dan memaki diriku sendiri. Bahkan aku mengutuk dan merutuk terus di dalam hatiku untuk diriku sendiri.

Menikmati bercinta dengannya membuatku seperti orang mabok cinta. Kecanduan dan ketagihan terus.

Kurasakan tangan kekarnya mengelus dan membelai punggung telanjangku yang berkeringat. Di sematkannya satu kecupan lembut di keningku, yang membuat aku terhenyak.

Entah apa yang ada di benaknya. Yang pasti dirinya selalu butuh pelampiasan nafsunya. Namanya juga hidung belang.

Sekali lagi aku memejamkan mataku, menikmati permainannya. Sekilas teringat malam pertama bertemu dengannya. Sama persis dengan yang terjadi hari ini. Aku juga menikmatinya persis seperti aku menikmati proses hari ini.

Ketika aku sadar dan kembali ke alam sadarku, sudah tak bisa kuelakkan lagi, bibir kokoh itu menerobos masuk kembali ke rahang-rahang gigiku. Aku hanya kembali memejamkan mataku lantas dengan cueknya, aku tertidur di dalam pelukannya dengan nyenyak. Tanpa merasakan betapa dia sangat meyayangiku. Berkali-kali di daratkannya ciuman dan kecupan itu di keningku. Dengan lembut di raihnya tubuhku yang terlepas tidur di sembunyikan di dalam dekapannya.

******

Dengan masih memejamkan kata, aku menggeliatkan badanku yang terasa sangat lelah dan ngilu. Kurasakan tubuhku masih sangat terhimpit oleh tubuh kekarnya. Dadanya masih menrmpel di pipiku. 

Kudongakkan kepala, mataku terbentur dengan binar kelam matanya yang mempesona. Tak tahu dari mana awalnya, laki-laki itu merejamku dalam pesona cintanya. Direngkuhnya tubuh kecilku semakin melekat ke tubuhnya. 

Kali inj aku tidak berusaha mengelak atau memberontak. Aku biarkan begitu saja, dia berbuat sesuka hatinya. Mungkin dalam pikirannya, aku ini hanya seorang yang suka menjajakan diri dengan lelaki hidung belang.

Tapi ... kalau boleh jujur, beberapa jam yang lalu, setiap sentuhannya adalah ketulusan yang hadir dari hatinya. Salahkan aku? Menafsirkan sikapnya itu?

Ah entahlah, aku nggak mau salah paham dan terperosok ke dalam perasaan yang hanya sepihak ini.

Terperosok?

Bukannya, aku sudah terperosok jauh dalam jebakannya. Hingga aku nggak bisa nenolak, bahkan menikmatinya atau malah seperti tidak rela kalau laki-laki ini menyudahi permainannya.

Disaat batinku sedang berkecamuk ke sana kemari, dering telpon terdengar dari ponsel genggamku yang terletak di atas nakas. Dengan cepat ku raih benda pipih tersebut, dan duduk membelakangi Keyko, hanya dengan melilitkan selimut di tubuh polosku.

"Hallo, Kalingga!" sapaku mengawali pembicaraan di line telpon itu.

Ada yang membuat dada Keyko sesak ketika diketahuinya si penelpon itu seorang laki-laki. Didekatinya perempuan yang sudah membuatnya mabok kepayang itu, lalu dilingkarkannya tangan kekar miliknya ke pinggangku.

Agak tersentak Aku menyadari laki-laki perkasa itu sudah, ada di sampingku meski masih dengan berbaring. Kubiarkan saja tangannya mengaput pinggang rampingku.

""Hallo Daiva, Kamu di mana? Aku jemput ya?"

Belum juga aku menjawab pertanyaan Kalingga, tiba-tiba Keyko sudah menyambar ponsel genggamku dan memencet tanda loudspeker. Kemudian kembali mengembalikan benda pipih itu ke tanganku.

"Aku jemput, Kamu ya," suara Kalingga terdengar lagi dengan nada berharap.

"Eh! Nggak usah, Kalingga! Aku sudah pulang! jawabku setengah menjerit karena terkejut.

"Kalau gitu, Aku ke rumah Kamu, ya Daiva?" 

Tiba-tiba benda pipih itu sudah disambar lagi oleh Keyko. Tapi kali ini line telpon itu dimatikan sekaligus dinon-aktifkan sama dia. Aku terkejut dan menoleh ke arahnya yang sudah duduk di sampingku.

"Siapa dia?" tanyanya dengan nada dingin, muka yang beberapa menit yang lalu terlihat hangat dan lembut kini berubah menjadi tajam menakutkan.

"Teman," jawabku singkat.

"Teman yang juga sudah meniduri Kamu?" tanyanya tanpa perasaan. Dan pertanyaan itu membuat mukaku merah padam.

"Kamu-!" ucapku dengan kemarahan mutlak. Tangan yang sudah kuangkat untuk menampar dia, urung ku lakukan.

"Huft!" Aku mendengus kesal.

"Aku tidak murahan!" jeritku kesal sambil mengusap pipiku dengan kasar karena lelehan kristal bening.

"Nyatanya, malam itu kamu tidur sama Aku dengan cek 100 juta."

Ya ampun, pria ini tanpa basa-basi mengungkit kusah malam itu.

"Kamu! Yang pertama mengambilnya! Mengambil mah-"

Belum juga aku selesai melanjutkan kalimatku. Pria itu sudah mengacak anak rambutku hingga berantakan.

"Ya, sudah! Ayo kita mandi, habis itu Kita makan." ucapnya sambil ngeloyor ke kamar mandi.

Aku hanya termangu melihat laki-laki itu merasa nggak punya dosa, pergi begitu saja setelah ngucapin kata-kata sadis.

Eh! Ayok! Mandi Aku bilang!" teriaknya dari dalam kamar mandi. 

Karena masih melihat aku hanya berdiri termangu, dengan gemas dia keluar dari kamar dan menggendongku.

Ada teriakan manja dari bibirku. Mungkin seumur hidup aku, baru kali ini aku diperlakukan laki-laki seperti ini.

******

BERSAMBUNG

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • FATAMORGANA   Hati Yang Kembali

    "Key, ada yang datang," bisikku masih di bawah tubuhnya yang menindihku. Keyko tak pedul sama sekali. Dia terus melanjutkan aksinya memacu tubuhku dengan miliknya dan membuatku mendesah hebat padahal sudah berkali-kali aku mendapatkan pelepasan, Namun sepertinya iti belum cukup membuat pria itu untuk merasakan kepuasan dariku. "Sayang, akh!" ucapnya dengan erangan yang menggila dan diakhiri dengan desahan yang dahsyat. Aku semakin mengejang hingga kudapatkan kembali pelepasan itu. Saat kami mengakhiri percintaan kami ketukan itu sudah tak terdengar lagi. Aku terkulai lemas lalu akhirnya tertidur karena capeknya dan mengabaikan keberadaannya. Tampak Keyko mendekap tubuh Diva dan membiarkan tangannya digunakan sebagai bantalan olehnya. Lalu pria itu mengecup dengan lembut bibir yang selalu menjadi candunya dan membuatnya menagih terus tubuh gadis itu. Kali ini Keyko tak akan melepaskan gadis itu lagi. Rasanya sudah teralu jauh selama ini dia mencampakan dan mem

  • FATAMORGANA   Bab 79. Sebuah Perasaan

    "Pak Kuntoro!" Pekik Sandra tertahan. Sedangkan Pengacara Kuntoronadi sendiri pun sangat terkejut melihat siapa yang tadi hampir saja bertabrakan dengan dirinya. "Nyonya Sandra," desisnya tak percaya. Bertahun-tahun perempuan ini diusir dari kediaman keluarga Gumelar dan kini tanpa sengaja bertemu di tepi jalan begini. "Apa yang Nyonta lakukan malam-malam begini? Nyonya, pulanglah. Nyonya besar membutuhkan Anda. Saat ini beliau sedang di lapas." Mendengar itu Sandra seperti disengat listrik. "Mama di penjara?" tanyanya sambil menutup mulut tak percaya setelah Kuntoro mengangguk dengan tegas. Sandra bersandar pada badan mobil merasakan sesuatu yang bergemuruh di dadannya. Sudah sekian tahun tapi dia belum bisa membuktikan apa-apa bagaimana mau pulang. "Nyonya, saya harap Anda bisa pulang dan menengok Nyonya tua. Sebentar lagi beliau akan bebas dari tuntutan. Tolong sempatkan untuk menengoknya." Sandra hanya menghela napas lalu m

  • FATAMORGANA   Bab 78. Babak Baru

    Lagi-lagi aku menghela napas. Membalikkan badan dan menautkan kedua alisku saat melihat pria itu kembali lagi."Ada yang ketinggalan?" tanyaku dari kejauhan."Nggak sich tapi boleh nggak aku minta nomor telponmu. Atau kartu nama saja." Aku semakin mengernyitkan keningku."Buat apa?" tanyaku tak mengerti."Buat pesen bunga lagi." Aku kembali menghela napas. Daripada lama dan ribet langsung saja aku mendekat oada pria tampan itu. Kuraih tangannya yang membuat dia kaget setengah mati lalu aku buka telapak tangannya.Ds situ aku tulis nomor aku . Setelah selesai aku segera masuk tanpa menghiraukan dia yang masih tepana melihat telapak tangannya. Sesaat kemudian aku dengar ada suara melengking memanggil namanya.Sudah bisa dipastikan kalau perempuan itu posesif akut. Aku hanya menghela napas lalu masuk ke dalam karena hari sudah siang.Sungguh tak dapat di percaya kalau gari ini toko bungaku akan sangat ramai kedatangan pengunj

  • FATAMORGANA   Bab 77. Orang Baru

    Aku benar-benar kembali ke pinggiran kota yang jauh dari Jakarta. Sudah fix bahwa Key mencariku waktu itu hanya untuk memanfaatkanku.Sekarang ini aku ingin benar-benar meluoakan srmua yang sudah terjadi di Jakarta. Dan tak perlu lagi aku kembali ke sana. Melulakan sosok Key dan Damian juga seabrek masalah yang melibatkanku di masa lalu."Mbak Daiva, kok cuma sebentar du sana. Saya kira bakalan berbulan-bukan, Mbak. Secara yang ngajak Mbak itu ganteng. Bisa jadikan mau merekrut Mbak Daiva jadi karyawan, cicit Yayi polos. Sala satu temanku di kota terpencil ini."Nggak kok, aku cuma menolongnta aja. Perusahaannya butuh aku untuk presentasi buat memenangkan tender. Dan kemarin semya sudah clear.""Kenapa Mbak Daiva nggak minta kerjaan saja sama cowok itu?" Aku tersenyum mendengar pertanyaan Yayi.Agak terkejut sedikit ketika kami mendengar suara mobil dengan halusnya parkir di depan warung."Permisi," sapa seorang cowok yang aku rasa usianya s

  • FATAMORGANA   Bab 76. Mulai Terungkap

    Aku mengernyitkan kening mendengar pertanyaan Damian saat jabat tangan terakhir dengannya. Bahkan ekspresi wajahku datar dan dingin. Apalagi melihat wanita yang ada di sampingnya. Cih! Baru juga sebulan aku pergi dari kota ini, nyatanya dia sudah kembali pada mantannya. Pantes Key sibuk nyari aku. Ternyata hanya ingin saling manas-manasi. Rasanya aku ingin buru-buru pergi dari sini dan menuntaskan tugasku hari ini. Setelah itu aku pergi kembali ke pinggiran kota yang tenang dan damai. Dengan senyum sinis aku membalas tatapan mata Damian. Dan menarik jabat tangan itu. Berharap setelah itu Keyko mengajakku pergi. Namun nyatanya aku malah terjebak dengan dua pria tak bermoral itu menurutku. "Maaf, Kalau sudah selesai, saya undur diri." Dengan cepat aku melangkahkan kakiku dari tempat itu. Baguslah, nggak ada yang mengejarku. Baru sadar aku, ternnyata aku cuma dimanfaatkan. "Taksi!" seruku ketika melihat taksi lewat di depanku. "Kantor pol

  • FATAMORGANA   Bab 75. Kembali Ke Jakarta

    Tubuhku membeku seketika melihat sosok yang ada di seberang tempatku berdiri Tak menyangka akan berada lagi dalam kondisi seperti ini. Rasanya aku ingin berlari dan tak pernah menoleh ke belakang lagi. Aku memang sudah berniat untuk pergi lalu nggak keluar lagi. "Daiva!" Aku menghentikan langkahku seketika tanpa menoleh. Aku sudah tidak ingin sama sekali kembali melihatnya "Maaf, hari ini saya libur nggak jual bunga," ucapku datar dan tanpa menoleh lagi aku berjalan ke arah rumah berniat untuk masuk dan menutup yang pasti mengunci rumah. "Daiva, tunggu! Jangan menghindar dariku, please! Aku mohon!" Aku tiba-tiba bergeming melihat pria yang tak lain Keyko itu. Pria itu mendekatiku lalu tiba-tiba menubrukku dan mendekapku erat. Kaget dan tak dapat mengelak lagi, ketika dengan spontan pria tampan itu memberikan ciuman bertubi-tubi. "Key-Key! Tolong jangan seperti ini, please," ucapku tersengal karena nggak bisa napas dan jug

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status