Accueil / Romansa / FAUZIAH AZZAHRA / Restu Orangtua

Share

Restu Orangtua

Auteur: Suharni
last update Dernière mise à jour: 2021-09-24 12:31:04

Hubungan Azizah dan Adrian rupanya disambut baik oleh kedua orang tua gadis tersebut. Sehingga sepasang kekasih yang tengah dilanda asmara itu merasa bahagia. Namun, kebahagiaan itu tak berlangsung lama. Sebab rekan kerja Adrian merasa cemburu pada pemuda tersebut. Rupanya diam-diam rekan kerja Adrian yang bernama Izul menaruh rasa pada Azizah. Sehingga membocorkan status Adrian padanya. Namun, semula Azizah tak paham apa maksud ucapan Izul . Sehingga ia tak peduli dan tetap melanjutkan hubungan mereka.

“Jadi kau menyukai putriku?” tanya Fahri kepada Adrian. Pemuda itu kini memperkenalkan diri kepada kedua orantua Azizah selayaknya pria dewasa yang bertanggung jawab. Adrian duduk di depan Fahri dan juga Safia sembari menundukan kepala. Merasa segan pada kedua orangtua kekasihnya itu.

“Iya, om,” jawab Adrian ragu-ragu. Walaupun usia Adrian sudah dewasa dan memiliki pengalaman sebelumnya, tetapi kali ini dia merasa berbeda. Azizah gadis spesial yang dia anggap patut di perjuangkan. Gadis itu dengan segala tantangan yang ia beri, meminta Adrian untuk menemui kedua orangtuanya.

“Sudah berapa lama kalian memiliki hubungan?” Fahri tengah menginterogasi Adrian seperti orangtua yang posesif. Dia tak ingin anak gadisnya salah jalan hingga terjerumus dalam lembah yang hitam.

Ada banyak anak remaja yang salah memilih jalur percintaan. Mereka sembunyi-sembunyi dari orangtua serta keluarga. Sehingga yang terjadi adalah hamil diluar nikah. Dan Fahri tak ingin anak gadisnya itu mengalami hal serupa seperti mereka yang tak memiliki adab.

“Belum lama ini, om. Tapi saya mencinta putri om sejak pertama kali bertemu. Dan saya sunguh-sungguh padanya,” terang Adrian.

Pemuda berkulit putih itu berusaha meyakinkan Fahri yang tengah memborbardirnya dengan sejumlah pertanyaan. Dia tak ingin ada jarak atau penolakan dari keluarga Azizah.

“Jadi kalian sudah lama saling mencintai?” Kali ini pertanyaan Fahri mengarah pada Azizah. Dia menatap gadis itu dengan tatapan selidik.

“Belum lama, pa,” sahut Azizah tak kalah takutnya dari Adrian. Wanita itu juga menundukan kepala. Takut ayahnya marah atau menolak Adrian.

“Baiklah kalau begitu. Papa merestui kalian berdua. Tapi ingat, jangan pernah melakukan kesalahan yang fatal. Papa memberi izin bukan berarti kalian bebas melakukan apa saja seperti kebanyakan anak muda zaman sekarang. Jangan pernah membuat malu keluarga. Papa percaya padamu.” Akhirnya Fahri memberi restu kepada Adrian dan Azizah. Pria dengan tinggi seratus tujuh puluh lima itu tak menekan anak gadisnya kali ini. Sebab Fahri dapat melihat tanggung jawab serta kedewasaan yang dimiliki Azizah sekarang. Gadis itu mampu menjaga diri dari lawan jenis.

“Terimakasih, om, tante,” ucap Adrian seraya mencium punggung tangan kedua orangtua Azizah.

“Tolong jaga anak tante. Jangan kecewakan dia. Kau adalah orang pertama yang datang ke rumah dan memperkenalkan diri dengan berani. Tante harap kau tidak akan mengecewakan kami, nak.” Safia yang sedari tadi diam menyaksikan Fahri mencerca Adrian dan Azizah dengan sejumlah pertanyaan, kini meminta pada kekasih putrinya itu untuk menjaga Azizah serta tak membuatnya patah hati.

Sejatinya seorang ibu selalu menginginkan yang terbaik untuk anak-anaknya walau sekeras apapun sifat mereka. Karena biar bagaimanapun juga, Fahri dan Safia lah yang melahirkan Azizah. Sekarang gadis itu menjelma bagai wanita cantik yang berbudi pekerti luhur. Bertanggung jawab terhadap diri sendiri serta keluarga. Menjaga nama baik mereka yang di sebut sebagai orangtua.

Walaupun tak sedikit dari warga yang masih suka mencemoohnya, tetapi Azizah mampu melewati itu semua. Terbukti dari dia yang sampai detik ini mampu berdiri kokoh di tengah kubangan penghinaan orang-orang rendahan seperti Halima, Alwi, Markonah, dan juga para emak lainnya.

Gadis itu ibarat artis papan atas yang sering mereka hujat dan gosipkan. Ibarat kata, tiada hari tanpa gossip Azizah. Terlebih lagi kehadiran Adrian menjadi buah bibir hangat bagi para warganet. Mereka menyebut, bahwa Azizah sudah tak perawan lagi, tetapi masih berani menjalin kasih pada pria lain. Padahal Adrian merupakan lelaki tampan rupawan serta berasal dari kota besar. Tak sepantasnya dia bersama gadis seperti Azizah.

“Azizah itu gadis yang tidak tahu malu! Sudah jelas-jelas dia tidak perawan lagi, tapi masih mau di embat pria tampan seperti Adrian. Lelaki itu akan lebih cocok apabila di sandingkan bersama putriku, Irma.” Markonah, dengan percaya dirinya menyebut Irma sebagai gadis yang lebih pantas mendampingi Adrian, bukan Azizah. Padahal Markonah tak pernah tahu jika selama ini Irma bermain kasih bersama pria hidung belang.

“Iya, kau benar. Irma kan masih perawan. Iya gak ibu-ibu sekalian?” sahut Hayati, janda kembang berkepala dua. Suka sekali tebar pesona pada Markonah demi mendapatkan sebongkah nasi uduk bercampur ikan asin pedas manis. Padahal dalam hati, Hayati ingin muntah saat mendegar pernyataan Markonah. Dia hanya berpura-pura memberi dukungan pada ketua suku tukang gossip itu agar tak di singkirkan dari perkumpulan mereka.

“Ya, iyalah. Irma gitu loh! Siapa dulu dong ibunya.” Lihatlah, bahkan Markonah tak menyadari sindiran Hayati yang menyebut anaknya masih perawan. Padahal sebagian besar warga tahu, bahwa putri Markonah sering kali keluar rumah selayaknya kupu-kupu malam. Namun, bertingkah seperti manusia paling benar dan suci di muka bumi ini. mencari-cari kesalahan orang lain hingga melupakan dosa sendiri.

“Markonah…” Halima, bibi Azizah yang juga turut menggosip bersama Markonah, memberi dukungan munafik pada teman ghibanya. Para emak itu bertingkah seolah paling murni di dunia ini. Padahal tak ada satu pun dari mereka memiliki masa lalu yang indah. Semuanya di awali dengan jalan sesat. Bahkan sekarang pun mereka tak pernah berubah. Contohnya Markonah, wanita paruh baya itu kerap kali bermain cinta bersama pria yang jauh lebih muda usianya dari dia. Melalui sosial media mereka bertukar pesan dan gambar tak senonoh.

Sementara Hayati, janda muda yang kedapatan selingkuh di kamar mereka. Dan saat itu tengah hamil tiga bulan. Akhirnya dia di ceraikan dan sekarang menjadi buruh cuci dari rumah ke rumah. Namun, dia memiliki profesi sampingan yang jarang di ketahui oleh banyak orang. Dia menjadi tukang pijat plus-plus di rumah bordir kampung sebelah. Sedangkan Halima, istri Alwi merupakan mantan wanita jalang, hingga saat ini masih setia berkomunikasih pada salah satu pelanggannya yang dulu sukses merebut keperawanan wanita itu tanpa sepengetahuan Alwi.

Sekarang mereka bertingkah seperti manusia berahlak tinggi. Merendahakan Safia dan Azizah selayaknya sampah. Padahal ibu dan anak itu jauh lebih mulia di bandingkan para jalang murahan tersebut.

**

Beberapa bulan kemudian, Izul yang merupakan rekan kerja Adrian tengah terlibat perdebatan. Adrian yang tak terima saat Izul menyinggung persoalan pernikahannya hanya karena merasa cemburu pada temannya itu.

“Jangan coba-coba untuk memberitahu Azizah tentang statusku Izul! Biar aku yang menceritakan segalanya pada wanita itu,” kata Adrian.

“Apa kau ingin bersikap egois? Biarkan wanita itu hidup bebas bersamaku. Kau sudah menikah Adrian. Setidaknya kau harus tahu diri!” sahut Izul tak mau kalah. Dia mempertahankan cinta sepihaknya pada wanita yang sama sekali tak pernah mencintai dirinya.

“Kau yang seharusnya sadar diri Izul! Azizah adalah kekasihku. Bagaimana bisa kau menyuruhku untuk melepasnya? Apa kau sudah gila?” Adrian tak terima ketika Izul terus mendesaknya untuk memutuskan Azizah. Padahal mereka saling mencintai. Sementara cinta Izul pada Azizah hanyalah bertepuk sebelah tangan.

“Adrian, apa kau lupa bahwa kau dan Yanti belum bercerai secara hukum? Mungkin saat ini kau hidup sendirian, tapi selesaikan dulu urusanmu bersamanya, lalu kemudian beralihlah pada Azizah. Tapi sebelum kau berhasil menyelesaikan segala urusanmu bersama Yanti, maka selama itu pula Azizah akan menjadi kekasihku.” Izul memperlakukan Azizah selayaknya boneka yang patut dia ofor kesana kemari seperti piala bergilir.

“Tutup mulutmu, brengsek!”

Bug!

Adrian menghantam wajah Izul yang sungguh menyebalkan. Sebagai seorang pria dewasa, tidak seharusnya Izul berkata demikian. Merendahakan Azizah yang merupakan kekasih dari rekannya sendiri. Seharusnya pria itu bersikap lebih jentel dalam memperebutkan seorang wanita. Tidak dengan mengeluarkan kata-kata yang menguras emosi dan tenaga.

“Kalian sedang meributkan apa?” Azizah.

To be continued…

  

Continuez à lire ce livre gratuitement
Scanner le code pour télécharger l'application

Latest chapter

  • FAUZIAH AZZAHRA   Meninggal Dunia.

    Setelah bertahan melawan penyakit selama dua tahun tujuh bulan, akhirnya Safia mengembuskan nafas terakhir di rumahnnya. Kala itu Azizah tak berada di sana. Dia sedang menghadiri acara tahlilan ayah salah satu temannya. Azizah yang mendengar kabar duka itu, sontak menghentikan bacaan Yasin. Dia bergegas pulang, sebab sang bunda terus saja menyebut namanya."Mama, tunggu Azizah." Sembari berurai air mata, Azizah menyebut mamanya. Berharap masih di beri kesempatan untuk melihat sang bunda walau untuk yang terakhir kalinya.Dan akhirnya ojek yang di tumpangi Azizah tiba juga di rumah. Dia membayar upah jasa ojek tersebut tanpa mengambil uang kembaliannya. Azizah terlalu panik kala itu. Bahkan dia melewati keramaian warga yang sudah berdatangan di rumahnya."Mama," lirih Azizah.Tubuh Safia terbujur kaku di ruang tengah, tetapi masih menyisakan sedikit nafas yang di temani Yana serta salah tante mereka. Sementara para sepupu yang lainnya juga berada di

  • FAUZIAH AZZAHRA   Sakit Parah.

    Penantian itu turut juga di rasakan oleh Safia, ibu Azizah. Dia menunggu pria yang bakal menjadi calon menantunya. Safia selalu yakin, bahwa suatu saat nanti Adrian tetap akan menjadi menantunya. Padahal rejeki, jodoh, dan maut tak pernah ada yang tahu. Semuanya menjadi rahasia Illahi. Bahkan malaikat pun tak tahu ketiga hal tersebut. Nantilah mendapat perintah dari Tuhan, baru malaikat itu akan datang."Azizah, mama hanya ingin kau menikah dengan Adrian. Tidak bersama lelaki lain," lirih Safia. Meminta Azizah untuk tidak berpaling pada pria lain di kemudian hari."Sudahlah, ma. Jangan terlalu di pikirkan. Lagi pula aku masih muda, perjalananku masih panjang. Aku tidak ingin membuat impian melambung tinggi. Sudah cukup semua yang terjadi. Kak Adrian membohongi kita, dan aku tidak bisa mentolerir seorang pembohong," papar Azizah. Menolak permintaan ibunya, namun secara halus. Agar wanita paruh baya itu tak merasa kecewa yang berlebihan."Baiklah, kali ini m

  • FAUZIAH AZZAHRA   Menunggu

    Prank!Gelas kaca, piring, dan juga mangkok sayur, habis terlidas kemarahan Alwi. Pagi-pagi sekali pria paruh baya itu menghancurkan sebagian isi dapurnya. Memecahkan sesuatu yang sekiranya dapat di jangkau.Pecahan itu berserakan di lantai, hingga memenuhi ruang dapurnya yang kecil."Aakk--," pekik Alwi frustasi. Dia merasa gagal dalam menjatuhkan Fahri serta Azizah semalam."Keluarga itu benar-benar brengsek! Pelacur kecil itu selamat dari buruan para warga. Mereka pasti sudah merencanakan segalanya lebih awal!" seloroh Alwi dengan wajahnya yang memerah. Menyebut Azizah seperti hewan melata perusak suasana hati. Entah mengapa Alwi begitu membenci mereka, padahal mengalir darah keturunan yang sama."Ini semua karena kau yang terlalu percaya diri! Coba semalam kau mendengarkan ucapanku untuk menunggu gadis itu di pinggir jalan, mungkin kita bisa melihat ada Adrian di sana!" Halima, bukannya menenangkan Alwi, dia justru menyalahkan keputusan suaminy

  • FAUZIAH AZZAHRA   Cerita Azizah

    Tatapan para emak itu begitu mengintimidasi. Seolah Azizah adalah tersangka utama dalam kasus pembunuhan serta pencabulan anak di bawah umur. Mereka memperlakukan gadis malang itu selayaknya penjahat. Bahkan di antara mereka ada yang memandang hina Azizah. Seakan dunia ini telah di cemari hama penyakit oleh gadis berhijab tersebut."Kau dari mana maghrib-maghrib begini?" Markonah mengajukan pertanyaan seolah dialah wali dari gadis itu. Padahal dia hanyalah orang lain yang bahkan tak memiliki hubungan darah sama sekali."Maaf ibu Markonah, saya rasa bukan urusan anda saya dari mana dan mau kemana. Karena itu hak dan privasi saya. Anda hanyalah orang lain yang tak harus turut campur!" Azizah menjawab pertanyan Markonah dalam sekali telak. Sehingga membuat para emak yang lainnya terlihat menahan tawa.Sementara Markonah sedikit tercengang kala Azizah memberinya jawaban menohok. Tak pernah ia duga sebelumnya, bahwa gadis itu telah pandai merangkai kalimat jawa

  • FAUZIAH AZZAHRA   Janji Adrian.

    Malam hari ba'da sholat Maghrib, para emak tadi masih setia menanti kehadiran Azizah serta Adrian yang katanya sebentar lagi akan pulang. Mereka seakan enggan meninggalkan tempat duduk demi menunggu sang artis yang di kata kontroversi oleh Markonah berserta teman-temannya. Sementara itu, ketua remaja di kampung Azizah sudah dalam tahap siaga satu untuk mengusir Adrian apabila lelaki itu berani memasuki daerahnya. Mereka menyiapkan kayu, bambu, serta benda tajam lainnya yang akan di gunakan untuk mengancam Adrian. Sepertinya ketua remaja itu telah termakan provokasi Alwi, sepupu Fahri yang kerap kali dengki. Entah apa masalah pria paruh baya itu, hatinya selalu saja sempit dan sekakar. "Apa kau yakin rencana kita kali ini akan berhasil?" Halima, istri Alwi memantau dari rumahnya. Melihat persiapan para warga dalam menyambut kedatangan Adrian serta Azizah beberapa saat lagi. "Tentu saja akan berhasil. Kali ini para warga akan menela

  • FAUZIAH AZZAHRA   Kemarahan Azizah

    Keegoisan Adrian yang memaksa Azizah untuk tetap bersama hingga memiliki anak diluar nikah, membuat gadis berhijab itu tak terima. Dia marah dan kecewa terhadap sikap Adrian yang terkesan memaksa. Sebagai pria dewasa, seharusnya dia lebih mengoreksi diri dan membenahi segalanya. Bukan menjelma menjadi sosok tak bertanggung jawab selayaknya manusia tak bermoral.“Aku tidak percaya kakak merencanakan hal hina itu padaku. Mungkin aku mencintai kak Adrian, tapi bukan berarti aku akan menggadaikan harga diriku pada kakak. Karena keinginan kakak itu merupakan permainan setan. Jadi, maaf aku tidak bisa ikut dalam permainan itu. Jika kakak memilih untuk meninggalkanku dan kembali pada Yanti, maka aku siap untuk itu. Asal harga diriku tak terabaikan hanya karena ego semata!” telak Azizah.Adrian tak berkutik lagi saat mendengar keputusan Azizah. Gadis itu mengakhiri segalanya tanpa mau mempertimbangkan permintaan pemuda tersebut. Bagi Azizah harga diri

  • FAUZIAH AZZAHRA   Menolak

    Permintaan Adrian yang tak masuk dalam nalar itu, di tolak mentah-mentah oleh Azizah. Gadis itu tidak ingin mencoreng nama baik keluarga yang susah paya ia bangun hingga sedemikian rupa. Kasih sayang yang dulu sering diabaikan oleh mama papanya, telah hadir diantara mereka. Haruskah Azizah menghancurkan hanya karena ego semata? Padahal Adrian selalu saja membuat perasaan Azizah jatuh bangun. Namun, Adrian terus memaksa Azizah untuk tetap bersama ditengah status pemuda itu yang masih suami orang.“Apa kak Adrian kehilangan akal? Bagaimana bisa kakak memintaku untuk melakukan zina? Apakah tidak ada cara lain untuk kita bersama? mengapa kita tidak menikah saja lalu memiliki anak? Ataukah karena kakak benar-benar kembali menikah lagi bersama istri kakak yang dulu?” Azizah tak habis pikir pada Adrian yang ia kenal baik dan bermartabat. Namun, apa yang di tunjukan pemuda itu sekarang, sungguh di luar nalar. Meminta seorang gadis yang bukan istrinya untuk berhubungan bad

  • FAUZIAH AZZAHRA   Alasan Adrian

    Setelah bertemu, Azizah pun meminta penjelasan pada Adrian. Namun, bukannya mengakui kesalahan, Adrian justru meminta Azizah menunggunya. Karena pemuda dengan rambut ikal tersebut masih menaruh rasa pada Azizah. Akan tetapi dia tak menyebutkan alasan secara sepesifik mengapa dulu ia memutuskan pertunangan dan memilih kembali bersama Yanti. Alasan Adrian hanyalah satu, mengapa sampai ia meminta Azizah untuk menunggunya, yakni anak. Adrian menginginkan anak dari Azizah. Dengan kata lain Adrian ingin Azizah hamil di luar nikah dengannya. Agar ia memiliki alibi untuk dapat menikahi gadis berhijab tersebut.“Kak Adrian.” Azizah berdiri menatap sendu dan juga rindu pada Adrian. Pria yang sukses memporak-porandakan hidup serta jiwanya.“Azizah, sedang apa kau disini?” tanya Adrian.“Kak, bisa jelaskan padaku mengapa kakak meminta putus dariku? Dan apa yang aku lihat tadi itu salah?” Pertanyaan Azizah membuat jantung Adrian berd

  • FAUZIAH AZZAHRA   Bertemu

    Di perjalanan menuju rumah Adrian, Azizah menyusun kata yang nanti ia gunakan kepada pria tersebut. Mengungkapkan segala yang mengganjal di hati, serta menanyakan alasan di baliknya perpisahan sepihak tersebut.Azizah juga membayangkan ketika ia akan kembali merajut kasih bersama Adrian, pria yang meminangnya tiga bulan silam, hingga akhirnya tiba lah dia di kota tempat Adrian berada.“Lima ribu,” ucap supir angkot.“Ini, pa. terimakasih,” sahut Azizah seraya memberinya upah. Lalu kemudian Azizah pergi ke rumah Adrian. Melewati banyak rumah dalam lorong sempit. Sebab hunian pria berkulit putih tersebut berada dalam gang yang jaraknya cukup jauh dari jalan utama. Kala itu Azizah menanggalkan logikanya, serta mengutamakan rasa yang meronta ria di dalam sana demi bertemu Adrian untuk di mintai penjelasan. Mungkin orang akan berkomentar buruk mengenai keputusan Azizah yang berani menemui Adrian kala itu. Tapi dia bisa apa? menunggu di rumah s

Découvrez et lisez de bons romans gratuitement
Accédez gratuitement à un grand nombre de bons romans sur GoodNovel. Téléchargez les livres que vous aimez et lisez où et quand vous voulez.
Lisez des livres gratuitement sur l'APP
Scanner le code pour lire sur l'application
DMCA.com Protection Status