Bab 25
"Gilang, kenalin ini Mona, adiknya Mbak," ucap Kak Mila, ia mengenalkanku pada seorang lelaki.
"Hai, aku Gilang," sapanya ramah.
"Aku Mona."
Kak Mila menjelaskan semuanya kepada lelaki yang bernama Galang itu, aku hanya duduk manis dan sesekali menjawab saat ditanya.
Untunglah, lelaki yang bernama Gilang itu bersedia membantu. Ia mengajarkan padaku banyak hal, termasuk juga soal hukum. Dengan begitu, aku semakin berani untuk berhadapan dengan Mas Bayu dan gundiknya itu. Bahkan aku siap membawa mereka ke jalur hukum.
Gilang bukan hanya sekadar pengacara saja, tapi ia juga sudah seperti sahaba
Bab 26"Gimana sidangnya? Maaf ya, aku tidak bisa menemanimu, jadwal sidangmu bersamaan dengan jadwalku di kampus," ucap Mas Galang saat aku tiba di parkiran."Iya, nggak apa-apa, Mas. Aku bisa sendiri, kok', tenang aja."Aku maklum, Mas Gilang memang memiliki segudang aktivitas. Selain bekerja sebagai pengacara, ia juga mengajar di kampus. Dan masih banyak lagi bisnis sampingan yang sedang dirintisnya."Yaudah, kita jalan sekarang, yuk! Jangan sampai calon pembeli sampai lebih dahulu daripada si pemilik rumah," ucapnya lagi. Mas Galang kemudian mengitari mobilnya, lalu duduk di bangku kemudi.Hari ini aku dan Mas Galang janjian dengan calon pembeli rumah yang kuambil dari Andini. Rumah itu akan
Bab 27"Oh, jadi sekarang kamu punya butik!"Suara seseorang yang begitu familiar mengagetkanku. Aku yang sedang memakaikan baju pada patung, sejenak menghentikan aktivitasku.Aku memang membuka butik setelah memutuskan berhenti bekerja di toko laundry."Ibu, Hana?" Ngapain kesini?" tanyaku ketus."Bukan urusanmu! Yang jelas tidak mungkin kami bela-belain datang kemari jika tidak ada sesuatu yang penting," jawab Ibu tak kalah ketus dariku."Hana! Laksanakan!" Ibu memerintah Hana. Entah apa yang akan mereka lakukan padaku."Oke,
Bab 28[Mona, gimana kabarmu? Kamu baik-baik saja kan? Bapak nanyain kamu terus dari tadi.] Sebuah pesan masuk dari nomor Kak Mila.[Alhamdulillah, Mona baik-baik saja, Kak. Bilang sama Bapak, nggak usah khawatir.] Balasan pesan dariku.[Syukurlah kalau begitu. Butikmu gimana? Rame?][Nggak terlalu rame sih, Kak. Mungkin karena baru buka kali ya!][Kamu sabar ya. Pasti lama-kelamaan butikmu itu akan banyak pelanggannya.][Iya, Kak.][Btw, mereka tidak mengganggu kamu lagi kan?][Ibu sama Hana sempat datang ke but
Bab 29YaAllah … apa yang harus kulakukan? Ternyata mereka masih menaruh dendam padaku."Mona, Ibu minta serahkan hasil penjualan rumah itu pada Ibu sekarang juga. Jika tidak, kamu tidak akan selamat!" Ibu balik mengancamku.Deg!Jantungku berdetak lebih kencang.Tidak akan selamat? Apa mereka mau membunuhku?Aku menggeleng pelan, tidak percaya dengan apa yang kudengar. Tidak kusangka jika ibu mertua dan adik iparku melakukan segala macam cara untuk mencapai ambisinya.Ada rasa takut yang seketika menyerangku. Takut jika Ibu benar-b
Bab 30Saat membuka mata, aku sudah berada di ruangan serba putih. Aroma khas obat-obatan menusuk indra penciuman. Di atas hidungku terpasang sebuah alat, dan di punggung tangan kananku terpasang jarum infus.Perlahan kuedarkan pandangan ke sekeliling ruangan, aku terkejut saat melihat Bapak sedang tertidur di atas sofa.Kenapa Bapak berada di sini? Bukannya Bapak berada di kampung?Aku berusaha menggerakkan tubuhku, tapi rasanya sakit sekali.Kenapa ini? Apa yang terjadi padaku?Perlahan aku berusaha mengingat apa yang telah terjadi. Ya, aku ingat, Ibu dan Hana yang telah melakukan semua ini
Bab 31 Pantas saja Bapak bisa berjalan sendiri tanpa bantuan kursi roda. Ternyata Allah telah menyembuhkan sakitnya. Alhamdulillah …. Tok … tok … tok …! Tiba-tiba terdengar bunyi ketukan di pintu. Dari balik pintu itu muncullah seorang lelaki yang sangat kubenci. "Bayu! Ngapain kamu kemari? Masih berani menunjukkan wajahmu di hadapanku?" Sebuah bogem mentah dari Bapak berhasil mendarat di wajah Mas Bayu. "Maafin aku, Pak."
Bab 32 "Kamu jenuh, ya? Kita jalan-jalan ke taman aja, yuk! Biar kamu nggak bosan," ajak Mas Galang. Aku memang merasa jenuh karena berada di kamar terus. Sudah hampir satu Minggu di sini, aku bahkan ingin menghirup udara segar di luar. "Tunggu sebentar, ya, aku mau di kursi roda dulu," ucapnya lagi. Aku hanya mengangguk, pertanda mengiyakan. Pagi ini Mas Galang lah yang menungguiku di rumah sakit ini. Kakak sudah pulang lebih dulu ke kampung karena tidak bisa lama-lama meninggalkan suami dan anaknya. Sedangkan Bapak pergi ke kantin untuk sarapan. Tak lama kemudian, Mas Galang pun
Bab 33 Tiga bulan sudah aku tinggal bersama Bapak dan juga Kakak di kampung. Alhamdulillah aku sudah pulih kembali. Kini aku sudah resmi menjadi janda. Gugatan ceraiku akhirnya dikabulkan oleh pengadilannya agama. Itu semua berkat bantuan Mas Galang, ia lah yang mengurus semuanya. Aku tidak bisa menghadiri panggilan sidang karena saat itu kondisi kesehatanku belum pulih. Mas Gilang lah yang menangani semuanya. Ibu dan Hana juga sudah mendekam di penjara untuk mempertanggung jawabkan perbuatannya. Aku bisa bernapas lega karena orang-orang yang berbuat jahat padaku telah mendapatkan balasan yang setimpal. Semoga Ibu dan Hana bertaubat dan menyesali semua perbuatannya. Tidak kusangka jika semuanya