Semua Bab FOTO BAYI DI PONSEL SUAMIKU: Bab 1 - Bab 10
40 Bab
Bab 1. Foto Bayi Siapa
By : Ade Esriani Bab 1 "Mas, foto bayi siapa yang ada di ponselmu? Ini bayi siapa?" Dahiku mengernyit sesaat menatap foto bayi bersarung tangan yang tubuhnya terbedong kain pada layar ponsel Mas Bayu-suamiku. Aku memang sengaja meminjam ponsel Mas Bayu untuk menelpon Bapak di kampung. Setelah selesai, iseng-iseng aku melihat-lihat galeri ponselnya, ternyata ada foto bayi di sana. "Mas, kok enggak dijawab sih?" Karena tidak di jawab, aku kembali bertanya. "Itu, nemu di google," jawabnya santai sambil menyesap kopi yang kuhidangkan untuknya. "Nemu di google? Kok fotonya banyak begini, Mas? Bajun
Baca selengkapnya
Bab 2. Curiga
Bab 2 Tunggu dulu, apa aku tidak salah lihat? Kontak yang bernama Andi mengirim pesan seperti ini pada suamiku?  Aku terdiam sejenak, berusaha mencerna maksud dari semua ini. Apa ini ada hubungannya dengan foto bayi itu? Apa mungkin itu anaknya Mas Bayu dengan wanita lain?  Tidak mungkin Mas Bayu mengkhianatiku, apalagi sampai memiliki anak dengan wanita itu. Aku tahu, Mas Bayu tidak mungkin tega melakukan itu padaku. Suamiku sangat mencintaiku. Akhirnya pertahananku runtuh juga, kaca-kaca bening mengalir begitu saja dari sudut netra. Aku tidak yakin jika orang yang sangat kucintai, ternyata tega mengkhianatiku.  Kupandan
Baca selengkapnya
Bab 3. Semakin Curiga
Bab 3 Baru saja aku hendak meletakkan kembali ponsel tersebut, tiba-tiba terdengar suara pintu terbuka. "Dek! Ponsel Mas ketinggalan," ucap Mas Bayu begitu tiba di kamar. "Iya, baru saja ada pesan masuk dari BRI NOTIF. Mas baru narik uang ya?"  Raut wajah Mas Bayu mendadak berubah, terlihat sekali kalau suamiku ini sedang menyembunyikan sesuatu. "Untuk apa, Mas?" tanyaku lagi. "Ini, Dek. Mas perlu uang untuk membayar barang pesanan di toko. Kamu kan tahu sendiri kalau Mas beli barang pakai modal sendiri, Dek. Makanya Mas narik uang di ATM barusan." "Bukannya kalau mau beli
Baca selengkapnya
Bab 4. Mereka Mencuri Uangku
Bab 4Setelah keluar dari kawasan toko material, aku memutuskan untuk beristirahat sejenak di sebuah warung bakso di pinggir jalan. Warung bakso ini letaknya berhadapan dengan tokonya Mas Bayu. Aku sengaja memilih tempat ini agar bisa memantau Mas Bayu. "Ini pesanannya, Mbak, silakan dinikmati," ucap pelayan warung dengan ramah.  "Terimakasih, Pak," balasku sambil menyunggingkan senyum. Aku segera menikmati bakso tersebut, tidak lupa menambahkan kecap, saos serta cabai agar rasanya lebih nikmat. Sambil menikmati semangkuk bakso, aku terus memantau dari warung ini. Sampai detik ini, Mas Bayu belum juga datang ke toko. Kemana kira-kira mas Bayu? I
Baca selengkapnya
Bab 5. Semakin Berani
Bab 5 "Mona, buka pintunya. Kamu belum masak, Mona! Kita mau makan apa malam ini?" Ibu mertua berteriak sambil menggedor-gedor pintu kamar. Tapi aku tidak menghiraukannya karena sudah tahu bahwa mereka hanya memanfaatkan kebaikanku.  Aku tulus menyayanginya dan menganggapnya seperti Ibu kandungku sendiri. Tapi apa balasannya bagiku? Hanya hinaan dan cacian yang selalu kudengar tiap hari dari mulutnya. *** "Dek, bangun!" Aku merasakan seseorang menepuk pelan pipiku. Mas Bayu, ternyata ia sudah pulang. Aku mengedarkan pandangan ke sekeliling. Ternyata sudah malam, entah jam berapa sekarang, aku ketiduran. 
Baca selengkapnya
Bab 6. Memata-matai
Bab 6 "Nasi uduknya satu ya, Mpok, minumnya teh manis hangat," ucapku pada Mpok Leni, penjual nasi uduk di pinggir jalan dekat komplek. "Baik, Neng! Tunggu sebentar ya, Neng!" Aku memilih untuk sarapan di warung tenda pinggir jalan yang tidak jauh dari gang rumahku. Sengaja aku memilih tempat ini karena Mas Bayu biasanya melewati jalan ini. Mumpung lagi libur kerja, hari aku akan membuntutinya untuk menjawab semua kecurigaanku. "Ini pesanannya, Neng, silakan dinikmati." Pelayan warung tersebut meletakkan pesananku di atas meja. Satu piring nasi uduk yang yang dihiasi dengan irisan telur dadar yang diiris tipis-tipis, serta satu gelas teh manis yang masih mengepulkan asap telah terhidang di atas meja.  
Baca selengkapnya
Bab 7. Bukti
Bab 7 Aku melepas helm, memberikannya kepada supir ojek itu, kemudian masuk ke dalam klinik. Harus ku ungkap semuanya sekarang juga! Sesampainya di dalam klinik, aku mengedarkan pandangan ke sekeliling ruangan mencari-cari keberadaan Mas Bayu. Ternyata ia dan wanita itu sedang duduk di kursi, di depan resepsionis. Klinik ini tidak terlalu luas, jadi mudah sekali mencari keberadaan mereka. Sementara Mas Bayu dan wanita itu sedang fokus memperhatikan bayi itu, aku langsung berjalan di depan mereka dengan santai. Tanpa ragu, aku ikut duduk diantara ibu-ibu yang sedang mengantri. Aku sengaja memakai masker dan juga kaca mata hitam, semoga saja Mas Bayu tidak melihat keberadaanku di sini. Kalaupun iya, yasudah lah. Malah lebih bagus karena kebohongannya akan
Baca selengkapnya
Bab 8. Berpura-pura
Bab 8 Deg! Jantungku seolah berhenti berdetak saat melihat ibu mertua memegang buku tabungan yang selama ini aku sembunyikan dari mereka. Bagaimana ini? Apa yang harus aku lakukan?  "Ternyata Mbak Mona diam-diam memiliki tabungan ya, Bu. Coba aja kita tau dari dulu ya, Bu," ucap Hana kepada ibunya. "Iya, memang dasar kakak iparmu itu orangnya pelit. Ibu sih dari dulu sampai sekarang nggak pernah suka sama dia." Ibu mertua membenarkan ucapan anak bungsunya itu. Astaghfirullah … ternyata ibu tidak pernah suka sama aku. Ya Allah … kenapa rasanya sakit sekali mengetahui kenyataan ini. 
Baca selengkapnya
Bab 9. Beraksi
Bab 9 "Mona, kamu siapin makan siang ya, Ibu dan juga Hana belum makan. Buruan! Nggak pake lama!" Setelah mengucapkan kata-kata itu, mereka berdua pun meninggalkan kamarku. Siapa juga yang mau disuruh-suruh seperti itu? Memangnya aku ini pembantu, apa? Mulai sekarang, jangan harap aku mau menuruti kemauan kalian.  Aku merebahkan tubuh di atas ranjang setelah mengunci pintu terlebih dahulu. Hari ini sungguh melelahkan. Aku ingin beristirahat dan tidak ingin diganggu oleh siapapun. Baru beberapa menit mata ini terpejam, Ibu sudah menggedor-gedor pintu dan berteriak memanggil namaku. "Mona … makan siangnya mana?" 
Baca selengkapnya
Bab 10. Masuk Perangkap
Bab 10 Mereka bertiga pun meminum teh manis hangat yang sudah dicampur dengan obat tidur tersebut. Mari kita lihat, kalian akan berangkat ke acara akikahan itu atau … "Ayo, Bu, Hana, nanti kita telat," ucap Mas Bayu sambil merapikan kemejanya. "Tunggu, Ibu kok mendadak jadi pusing gini, ya? Bentar, Ibu ke kamar dulu." Ibu pun masuk ke kamarnya, disusul juga oleh Hana. Sepertinya obat tidur itu sudah mulai bereaksi. Bagus! "Dek, kok Ibu sama Hana belum keluar juga dari kamar?" tanya Mas Bayu, ia terlihat gelisah, mondar-mandir kesana-kemari. "Nggak tau tuh, Mas. Coba Mas lihat ke kamar!" Karena sudah tidak sabar, Mas Bayu segera m
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1234
DMCA.com Protection Status