"Jangan buka-bukaan sama gue! Takutnya khilap."
Gerall Yuan Elfateh *** Seorang gadis tengah berjalan dengan santai di koridor yang masih sepi, mungkin hanya Allana murid yang baru tiba di sekolah, bahkan gerbang juga belum dibuka. Mengingat ini masih pukul 6 pagi dan cuaca sedikit mendung. Jika kalian bertanya bagaimana cara Allana masuk? Allana memanjat lewat belakang. Allana tidak sebaik yang orang kira, di sekolah image-nya memang sangat baik. Namun, siapa yang tahu jika Allana mantan seorang badgirl. Allana membulatkan mata saat menatap seseorang di ujung koridor. Gerall tengah berjalan ke arahnya, dengan cepat Allana bersembunyi ke dalam toilet. Semenjak kejadian di mana Gerall masuk ke kamarnya, Allana mencoba menghindari Gerall. Sepertinya Allana harus berlama-lama di dalam toilet, karena Gerall juga memasuki toilet yang sama. Allana merutuki kebodohannya karena masuk tolitet pria, karena terlalu panik Allana tidak memperhatikan sekitar. Prang! Allana menutup mulut saat mendengar suara kaca yang pecah, Allana mulai menajamkan pendengarannya. Apa yang cowok itu lakukan? Pikirnya. Karena suara Gerall tidak terlalu jelas, Allana memberanikan diri memunculkan kepalanya. Allana celingukkan saat tak melihat Gerall di dalam toilet. Dengan langkah pelan Allana keluar dari tempat persembunyiannya. Nampaklah cermin besar di dekat wastapel telah hancur, apa Gerall yang melakukannya? "Ngapain lo di sini?" Allana refleks membalikkan badan, ia menegang saat mendapati Gerall yang tengah menatapnya penuh intimidasi. Allana mendadak gugup, tiba-tiba jantungnya berdetak lebih cepat seperti sedang berolahraga. Apa yang harus Allana katakan? "Lo ngintipin gue, yah?" ujar Gerall percaya diri. Gerall menaikkan alisnya, menatap Allana yang kini tengah berkeringat. "Nanti juga kalau kita udah nikah lo bakalan tau, kok," ujarnya lagi. "Apaan, sih? Gue gak ngintip, yah," ujar Allana mematahkan tuduhan Gerall. Allana sedang memikirkan alasan yang tepat agar Gerall tidak curiga. Apa ia katakan saja jika dirinya kebelet dan langsung masuk tanpa melihat tanda di atas pintu? Ah, terlalu konyol. Atau, ia sedang mengecek fasilitas sekolah? Ide yang dangkal memang, tetapi itu cukup mendukung mengingat ia seorang wakil ketua OSIS. "Udah jujur aja! Gue gak keberatan, kok," ucap Gerall masih bersikap santai. "Gue yang keberatan lo tuduh gitu," ujar Allana sewot. "Kalau keberatan, diet dong. Lo bantet, sih." Allana menatap horor Garell yang kini tengah tertawa, enak saja ngatain dirinya bantet. Ingat, yah! Tinggi badan Allana itu 162 cm, dengan tinggi segitu tentu saja Allana menjadi siswi tertinggi di kelasnya. "Lo aja yang ketinggian bukan gue yang bantet! Punya badan udah kayak tiang aja lo," ucap Allana mengejek Gerall balik. Ucapan Allana sontak membuat Gerall terdiam, Gerall memperhatikan penampilan gadis di depannya membuat Allana kelabakkan. Dengan cepat Allana mengeratkan switer yang dipakainya, bermaksud menghalangi tubuh dari pandangan Gerall. "Gak usah ditutup! Lo tepos, gue gak nafsu," ujar Gerall santai. Allana mengangkat tangannya bersiap memberi Gerall pelajaran. Namun, Gerall terlebih dahulu menariknya masuk ke salah satu bilik toilet, tak lupa mulutnya juga dibekap. Apa Gerall akan berbuat yang iya-iya? Eh, masudnya tidak-tidak! Allana mencoba memberontak, tetapi ia urungkan saat Gerall membisikkan sesatu. Dengan perlahan Gerall melepaskan tangan dari mulut Allana, memberi intruksi agar cewek itu menaikkan kaki ke atas toilet. Allana hanya menurut, jujur Allana saat ini tengah ketakutan. "Woy, siapa di dalam?" tanya seorang siswa yang tadi masuk. Itulah alasan mengapa Gerall menarik Allana secara tiba-tiba. Orang bisa saja mengira mereka melakukan sesuatu, terlebih mereka hanya berdua ditambah ini toilet pria. Gerall sebenarnya tidak masalah, tetapi Gerall memikirkan Allana. Allana dikenal orang yang baik, jika ada yang melihat mereka, tidak menutup kemungkinan nama baik Allana akan tercoreng dan hal terburuknya lagi. Mereka pasti dikeluarkan dari sekolah dan dipaksa menikah. Meskipun mereka tidak melakukan apa-apa, pemikiran manusia tidak selalu sama bukan? "Gue. Kenapa?" tanya Gerall balik. Tidak ada tanggapan, hanya terdengar suara ujung sepatu yang diketuk-ketukan ke lantai. Dengan perlahan Gerall membungkukan badan, sedikit mengintip lewat celah bawah. Sepertinya siswa itu tidak sendiri, terlihat dari jumlah sepatu mereka. "Mending lo pergi! Jangan ganggu gue," ujar Gerall dingin. "Siapa lo berani ngusir gue?" "Cari mati nih, anak," ujar salah seorang lagi. Mereka tertawa, bahkan salah seorang dari mereka berani mengatai orang yang tengah berada di dalam toilet. Gerall dengan santai menodongkan kakinya keluar, menunjukkan sepatu buts berwarna coklat yang ia kenakan. Para siswa yang tadi menertawakannya mendadak diam, mereka terkejut saat menatap sepatu tersebut. Hanya satu orang yang suka memakai sepatu pelanggar itu, dan orang itu adalah Gerall. Mereka sontak meminta maaf dan dengan cepat keluar sebelum Gerall berubah pikiran kemudian menghajar mereka. "Nyaman yah, sampe meluk gue segitunya," ujar Gerall santai. Allana dengan cepat melepas pelukkannya dari tubuh Gerall, netranya tidak sengaja menatap tangan Gerall yang berlumuran darah. Ia kemudian menatap tangannya, terdapat darah juga di sana. Mungkin tertempel darah Gerall. Ia kemudian menarik tangan Gerall yang tidak terluka, membawanya keluar dari toilet. Bisa gila dia lama-lama di dalam sana.Allana menatap takjub kearah Gerall, kekasihnya itu tengah memainkan piano. Desiran ombak serta matahari yang mulai terbenam menambah kesan romantis. Allana bisa merasakan ada debaran emosi dibalik permainan piano Gerall. Canon In D, salah satu musik klasik kesukaannya. Setelah semua yang terjadi dalam hidupnya, Allana akhirnya merasakan debaran yang tidak biasa. Perasaan sedih, sakit dan lega yang muncul secara bersamaan. Allana masih menatap Gerall, wajah Gerall tampak sangat sendu. Allana tahu, Gerall banyak merasakan rasa sakit. Allana tersenyum, mengusap sudut matanya yang mengembun. Bertepuk tangan dengan antusias setelah Gerall mengakhiri permainan pianonya yang penuh emosi. Allana tidak bisa menahan dirinya untuk tidak memeluk Gerall setelah pria itu berdiri tepat di depannya. "Lo kenapa, Na?" Tanya Gerall seraya membalas pelukan hangat kekasihnya. Gerall mengusap lembut punggung kecil Allana yang sedikit bergetar, membiarkan gadisnya menumpahkan semua rasa yang dipendam
Gerall menatap Allana, tersenyum kecil mendapati betapa bahagianya gadis itu. Gerall melanjutkan aktivitasnya membakar ikan yang baru saja mereka beli, resto ini memang menyediakan layanan agar para pengunjung dapat memasak makanannya sendiri. Allana berjalan mendekat, mengangkat dua botol minuman di kedua tangannya. Menunjukkannya kepada Gerall, membuat Gerall kembali tersenyum. "Gerall gosong!" ujar Allana sedikit berteriak. Gerall tersentak, tangannya tidak sengaja menyenggol botol kecap di sebelahnya. Pandangannya teralihkan menatap ikan bakar di depannya. "Gak gosong sayang," ujar Gerall menatap Allana sekilas, kemudian menunduk mengambil botol kecap yang tergeletak di lantai. Allana tertawa renyah, senang karena berhasil mengerjai kekasihnya itu. "Lo bisa masak?" Tanya Allana berjalan mendekat, meletakkan minuman yang dirinya bawa di atas meja sebelum akhirnya ikut membantu Gerall membakar ikan. "Aku?" "Iya Gerall lo," jawab Allana sedikit mendongak menatap wajah
Burung-burung berkicau merdu, angin berembus dengan pelan. Semesta seakan mendukung suasana hati Gerall yang tengah berbahagia. Gerall tengah sibuk mengelap motor kesayangannya, pria itu bahkan sesekali bersenandung kecil. Gerall terkekeh geli menyadari keanehan pada dirinya. "Let's meet with my princess, bung," ujar Gerall menatap motor kesayangannya yang baru saja selesai dia bersihkan. Ini pertama kali dirinya dan Allana akan berkencan setelah mereka meresmikan hubungan antara keduanya. Gerall tidak bisa menahan dirinya untuk tidak tersenyum. Gerall bahkan mengetuk kepalanya pelan, bingung dengan dirinya yang tidak bisa menahan senyumnya. "Allana udah bangun belum, yah?" Tanyanya pada diri sendiri. Gerall berjalan santai, meraih ponselnya yang dibiarkan tergeletak begitu saja. Gerall mengotak-atik benda pipih itu, mengetikan sesuatu hingga akhirnya benda pipih itu kini tepat berada di telinganya. "Bangun sayang," ujar Gerall setelah panggilannya tersambung dengan Allana.
"Turun, Sayang," ujar Gerall lembut.Saat ini mereka tengah berada di depan rumah Allana, gadis itu tampak tersipu. Gerall hanya menggeleng pelan, dia tidak mengerti, kenapa perempuan sangat mudah merasa malu?Allana turun dengan pelan, dia menunduk. Menyembunyikan pipinya yang memerah, membuat Gerall menatapnya bingung. Gerall bukan orang yang ahli tentang perempuan, tentu Gerall merasa heran melihat tingkah pacarnya sendiri."Kenapa?" tanya Gerall lembut.Gerall mengacak pelan rambut Allana, membuat gadis itu mendongak menatapnya. Gerall tersenyum, merapikan kembali rambut gadis itu yang berantakan karena ulahnya.Allana diam mematung, jantungnya berdetak sangat cepat. Rasanya tubuh seakan kaku, tak mampu untuk bergerak sedikit pun."Gue masuk dulu," ucap Allana cepat. Allana tidak ingin Gerall tahu bahwa dirinya tengah gugup.Gerall tersenyum, cowok itu memperhatikan Allana masuk. Langkah gadis itu sangat cepat, membuat Gerall tersenyum geli.Gerall kemudian menjalankan motornya, m
Allana berjalan dengan tergesa-gesa, di sampingnya ada Gerall yang tengah menggandeng tangannya. Sedikit menahan tangan Allana karena takut kekasihnya itu terjatuh. Allana mengerutkan bibirnya, Allana sudah menolak digandeng, tetapi Gerall tetap memaksa. Banyak pasang mata yang memperhatikan mereka, merasa heran karena kedua sejoli itu tampak sangat akur. "Belajar yang bener! Kalau ada yang ngelabrak lo, lapor sama gue," ucap Gerall saat mereka tiba di depan ruang kelas Allana. Dia mengelus rambut gadis itu, membuat orang-orang melongo karena tingkahnya. "Gak mungkin ada yang berani labrak gue," ujar Allana sembari menyingkirkan tangan Gerall yang masih berada di kepalanya. Gerall tersenyum kemudian berlalu dengan langkah besarnya, karena memang mereka beda kelas. Dia menatap beberapa siswi yang memandangnya heran. Gerall paham, mereka pasti bingung melihatnya berangkat dengan Allana tadi. Gerall terus berjalan menuju kelasnya, hari ini Gerall tidak akan bolos. Dia akan belaj
Gerall menghentikan motornya di sebuah taman, dia turun kemudian menarik tangan Allana. Membawa gadis itu menuju salah satu kursi di sana."Na, gua mau minta tolong," ucap Gerall serius.Gerall menatap Allana lembut, membuat gadis itu ikut menatapnya. Untuk sementara mereka hanya diam, sampai akhirnya Allana memalingkan wajah. Tidak baik juga mereka terlalu lama tatap-tatapan."Minta tolong apa?" tanya Allana sembari menatap lurus ke depan. Dia mati-matian menahan lapar, berharap perutnya tidak berbunyi.Gerall tersenyum, dia menunjuk beberapa tumpukkan kardus sehingga membuat Allana mengernyit heran."Bantu gue dekor taman ini," bujuk Gerall penuh harap. Gerall menatap Allana, meneliti setiap inci wajahnya membuat gadis itu memalingkan pandangan.Gerall terkekeh, dia mengangkat tangan bermaksud mengacak rambut panjang Allana. Namun, dia urungkan karena takut gadis itu marah. Gerall bangkit, kemudian berlalu begitu saja setelah m