Setelah Mahkotaku Kau Renggut Paksa

Setelah Mahkotaku Kau Renggut Paksa

last updateHuling Na-update : 2025-08-14
By:  SafiiaaOngoing
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel16goodnovel
Hindi Sapat ang Ratings
5Mga Kabanata
5views
Basahin
Idagdag sa library

Share:  

Iulat
Buod
katalogo
I-scan ang code para mabasa sa App

Setelah kehormatan Nuraini direnggut paksa, takdir mempertemukan mereka kembali dan mengharuskan mereka kembali saling berkaitan. Rasa trauma, benci dan rendah diri pada Nuraini menjadi kesempatan bagi Safitri untuk memaksanya meminjamkan rahim agar membuatnya mendapatkan kesempatan dipanggil sebagai ibu. Nuraini tak bisa menuruti permintaan Safitri tapi takdir buruk kembali berpihak padanya sehingga tak punya kesempatan untuk menolak. Januar, pelaku sekaligus suami yang baik bagi Safitri dihadapkan pada keadaan yang membuatnya tak bisa berkutik. Ia berada di posisi antara iba, trauma dan cinta.

view more

Kabanata 1

Bab 1

Bab 1

"Jangan bahas soal jodoh, Bu. Nur ini sudah kotor. Sudah bagus begini saja. Mana ada laki-laki yang mau sama wanita korban pemerkosaan? Ngga hamil aja udah untung." Perempuan berambut sebahu itu menghentikan suapannya. Ia berujar dengan dada yang penuh sesak.

Air mulai mengalir menggenangi kelopak mata perempuan yang sedang duduk di meja makan itu. Bayang-bayang kejadian lima tahun lalu kembali terlintas dalam kepalanya. Wajahnya menunduk, membiarkan air itu berjatuhan. Nasi lauk sambal paru kesukaannya mendadak terasa hambar.

Bayangan kejadian lima tahun lalu terus saja berputar dalam kepala Nuraini. Hamparan sawah yang membentang menjadi saksi kejadian mengerikan itu. Jerit suaranya memanggil siapapun yang lewat tapi tak ada yang datang menolong, hingga lelaki yang entah siapa itu dengan teganya merusak mahkota yang telah dijaga dengan baik oleh Nuraini.

Jangan mengira kalau Nuraini berpakaian ketat, apalagi terbuka. Kesialan tak memandang itu. Pakaiannya tertutup, hanya saja rambut yang panjang lagi hitam legam serta poni lempar samping yang menghiasi wajahnya menjadi daya tarik tersendiri baginya. Wajah oval dengan bulu mata lentik menghiasi rautnya yang bersih membuat siapapun yang melihat pasti akan memujinya. Cantik.

Kotor, rusak, tak punya masa depan, malu dan hal menyakitkan lainnya spontan terlintas dalam kepala Nuraini. Ia tak punya daya melawan lelaki yang ada di atasnya saat itu. Wanita yang baru saja pulang kerja itu hanya bisa pasrah pada Tuhan yang terasa tak adil padanya.

Nuraini berusaha mengatur napasnya. Trauma itu tak bisa dibiarkan berlarut dalam hati. Dirinya berusaha menerima, mengikhlaskan takdir yang rasanya perih, sesuai dengan pesan psikolog yang ia hubungi secara online kala itu.

Seharusnya Nuraini melapor setelah kejadian naas yang menimpanya. Tapi orang tuanya berpikir seribu kali. Jika dilaporkan, maka kabar itu akan menjadi konsumsi publik dan berimbas pada mental yang makin sulit untuk disembuhkan. Tentunya rasa malu yang akan ditanggung semakin besar jika banyak yang tahu.

"Mau sampai kapan hidup sendiri? Masa lalu sudah jauh ke belakang, jangan lagi jadi penghalang kebahagiaan mu kedepannya. Kamu berhak bahagia, apapun keadaanmu. Suatu saat akan datang laki-laki yang mau menerima kamu apa adanya." Wanita tua itu berucap sambil menatap jarum ditangannya. Jemarinya dengan lihai memasukkan jarum ke dalam gabungan dua kain yang ada di tangan tanpa peduli bagaimana reaksi lawan bicaranya.

"Kalau gitu doain aja, Bu." Nuraini menjawab setelah menghela napas panjang. Suara serak bekas tangisan tak membuat wanita yang melahirkannya itu menoleh sedikit saja.

"Kalau soal doa kamu ngga usah khawatir. Setiap selesai sembahyang Ibu selalu doain kamu. Tapi ya entah gimana kok kamu masih ketiban sial aja," jawab Salamah, wanita yang telah melahirkan dan merawat Nuraini hingga kini.

Nuraini tak lagi memperhatikan ibunya. Ia memilih bangkit dari duduknya, lalu pergi ke dapur membuang sisa makanan yang tak lagi berminat untuk dilahap.

Tangis Nuraini kembali berderai setelah ia sampai kamar. Mulutnya ditutup dengan bantal, lalu berteriak sekencangnya. Hatinya perih, dadanya sakit, pikirannya kacau. Rasa itu yang selalu hadir saat ibunya membahas soal jodoh.

Siapa yang mau menjadi korban pele cehan? Tak ada. Bahkan orang tak waras pun rasanya tak akan mau.

Namun, jika Tuhan sudah menunjuk wajah, siapa yang bisa menolak? Demikian dengan Nuraini. Ia hanya bisa pasrah menerima takdir yang terpaksa ditelan dengan lembut.

Setelah melepas bantalnya, Nuraini tak sengaja melihat sebuah foto yang menyembul dalam buku diary yang menjadi teman berkeluh kesah. Foto seorang lelaki yang bahkan hingga kini masih menjadi satu-satunya pemenang dalam hatinya.

Namun, setelah kejadian malam itu, Nuraini memutus hubungan melalui pesan.

[Maaf, Mas. Aku tidak bisa melanjutkan hubungan kita. Sebaiknya kamu cari wanita yang lebih baik dari aku]

Setelah pesan itu terkirim, Nuraini menghilang. Ia mengasingkan diri, berusaha mengubur semua masa lalu dan membuka lembaran baru di tempat yang baru. Dan sekarang ia terpaksa kembali karena kondisi ibunya yang makin rapuh.

Foto itu kembali diletakkanya di tempat semula. Menatap wajah dalam foto itu hanya membuat hatinya kembali sakit. Cinta yang sedang tumbuh subur mendadak harus dimusnahkan tanpa sisa. Tanpa peduli pada pemilik hatinya yang sedang berbunga-bunga.

Nuraini membuang napas kasar. Hidup ini, tak seindah dongeng dalam buku yang dulu kerap ia baca. Nyatanya, hidupnya bahkan jauh dari kata bahagia. Disaat teman sebayanya sudah bahagia dengan keluarga kecilnya, Nuraini masih saja sibuk dengan deritanya.

Gunting di atas nakas menjadi tujuan Nuraini setelah bangkit dari duduknya. Ia mengarahkan gunting itu pada rambut yang mulai tumbuh panjang. Gadis yang sedang sibuk dengan traumanya itu meraih rambut yang sedang dikucir, lalu mengarahkan guntingnya ke sana.

Tanpa pikir panjang, Nuraini memangkas habis rambutnya. Tak peduli pada model apalagi tren, sakit hatinya hanya bisa dilampiaskan pada bagian tubuh yang dulu selalu dielu-elukannya.

"Habis saja, tak perlu panjang apalagi tampil cantik kalau hanya menjadi penyebab derita." Nuraini menatap pantulan wajahnya di cermin meja rias. Tatapannya tajam pada sosoknya yang ada dalam kaca di depannya. Jika saja bisa, ia ingin menghancurkan wajahnya itu.

Setelah rambutnya terpangkas, Nuraini menghela napas panjang dan dalam. Lega? Mungkin. Bebannya terasa berkurang setelah melampiaskan amarahnya pada rambut yang kini selalu dipangkas pendek meskipun sebenarnya rambut itu akan lebih indah jika dibiarkan tumbuh.

Nuraini menghindari tatapannya dari bayangan dirinya dalam cermin. Ia enggan mengaca, jika hanya luka yang tampak di wajahnya.

Sebuah kerudung segitiga yang menggantung di atas stand hanger segera diraih oleh Nuraini dan dikenakannya dengan rapi, menutupi hiasan kepala yang dulu selalu dielu-elukan.

"Mau kemana, Nur?" tanya ibunya saat melihat sang putri meraih kunci dengan pakaian panjang yang menutup seluruh badannya.

"Mau cari jodoh yang menerima korban pemerkosaan!" jawab Nuraini asal. Ia melenggang begitu saja tanpa mempedulikan reaksi ibunya.

Palawakin
Susunod na Kabanata
I-download

Pinakabagong kabanata

Higit pang Kabanata

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Mga Comments

Walang Komento
5 Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status