Share

Bab 3. Makanan

Dua pria melangkah dengan cepat. Mereka segera pergi dari kantor pemasaran menuju arah parkiran depan. 

“Ada apa Daniel?” Eldrian bertanya. 

“Pak Eldrian kita harus segera ke Dubai besok! Bapak harus ke sana jika tidak ingin kehilangan investor besar!” jelas Daniel tentang maksud kedatangannya.

“Okay, tolong pesankan tiketnya, kita berangkat besok!” ucap Eldrian setuju.

“Baik Pak, akan saya proses untuk keberangkatan besok,” ujar Daniel.

Daniel segera menghubungi beberapa staf untuk mengatur keberangkatan bosnya. Eldrian masuk ke dalam mobil yang dibawa Daniel, dia terdiam seperti ada yang dipikirkan.

“Sepertinya beberapa hari ini aku tidak bisa bertemu Ilona,” batinnya.

Mobil melaju cukup kencang memecah angin yang membawa lamunan Eldrian saat itu. Dia menatap langit dari jendela mobil, awan putih bergumpal tampak lebih indah dari biasanya. Gedung-gedung pencakar langit yang dia lintasi seperti sedang bergoyang-goyang di matanya dan sekali lagi dia tersenyum.

Berdendang angin di bawah awan

Membawa pesan tanpa suara

Berbisik samar dekat di telingga

Menghangatkan jiwa-jiwa yang kesepian

Ruang Kantor Pemasaran

“Drrrrr....drrr....!” handphone Ilona bergetar. Rabu yang sibuk membuatnya tidak telalu peduli dengan beberapa pesan masuk. Hanya panggilan yang berhubungan dengan pekerjaan saja yang dia jawab. Duduk di depan laptop dengan wajah serius Ilona mengotak-atik website dan mencoba mengarang konten iklan. Dia sedang berpikir konsep baru apa yang bisa dia gunakan untuk produk barunya, sebelum iklan diberikan pada staf desain. Ilona memang sering mengajukan proposal, menyumbangkan ide-ide anehnya, kadang konsep horor, kadang konsep komedi, semua itu tampak menarik dan bisa menjadi ide iklan yang original dan mudah diingat orang.

“Ilona..! HPmu berisik tuh!” Wenny salah satu staf mengingatkan.

“Okay..okay.. Aku silent mode aja!” jawab Ilona.

“Buka dulu lah, siapa tau ada berita penting!” Wenny menyarankan. 

“Oh ini, ga kok hanya saja grup alumni kampusku mau bikin reuni jadi mereka berisik banget hari ini,” jelasnya.

“Reuni, kamu ga ikut?” tanya Wenny.

"Ya elah Wen, mana sempat, rencana weekend minggu depan aku ikut acara di kantor pusat,” gerutu Ilona. 

“Hahaha... Datang aja sih! Aiapa tau dapat jodoh say, masak iya jomblo terus!” Wenny meledek. 

Ilona memang gila kerja, setiap hari  ke rumah, showroom, kantor saja yang dia tuju. Ilona beralih menatap Wenny sambil menghentikan ketikan jari di laptopnya.

“Resek lu Wen!” Ilona manyun.

“Ahahaha...” mereka tertawa sambil terus melanjutkan pekerjaan masing-masing.

Tiba-tiba ada bau makanan datang, aromanya sedap sekali seperti ayam saus keju dan beberapa bumbu lada hitam tapi ada juga bau seperti udang dan aroma enak lainnya.

“Permisi Bu, paket makanan untuk Bu Ilona,” suara Ganjar (staff OB devisi iklan) mengantar makanan dari resto cepat saji yang sedang naik daun.

“Loh dari siapa Mas?” tanya Ilona heran.

Dia memang belum makan dan tidak sedang pesan makanan delivery service.

“Ini dari Pak Jason Bu, katanya untuk Tim Bu Ilona,” Ganjar menjelaskan.

“Wah..terima kasih,” jawab Ilona. 

Wenny yang sedang lapar langsung mewakili Ilona dan ikut berterima kasih pada Mas Ganjar.

“Asiiik.. ada traktiran Bos!” Wenny mulai membuka kotak makanan. 

“Yuk Ilona, makan dulu maag lo entar, mumpung ada makanan enak nih!” ajaknya.

Kalau soal makanan Wenny memang selalu terdepan dan tercepat, wanita bertubuh mungil itu memang suka makan. Hanya saja tak tampak dari posturnya dan seperti hilang dirombak oleh enzim pencernaannya yang hebat.

“Iya..udah kamu makan duluan aja!” Ilona masih asik mengotak-atik laptopnya. 

“Ya ampun ga enak nanti keburu dingin, ayolah makan bareng!” Wenny merayu. “Lihat paha ayam ini, saus kejunya sudah memanggil, Lona...Lona...Kemari! Makan aku! Aku enak! Teganya kau mengacuhkan aku Ilona!” Wenny menggerak-gerakkan paha ayam sambil terus mengunyah. 

Ilona luluh juga melihat kelakuan teman kantornya itu, dia mengambil kotak makan dan segelas kopi latte dingin kesukaannya.

“Manager kita baik ya, tau aja kalau stafnya sering lupa makan,” celetuk Wenny.

"Iya,” sahut Ilona sembari mulai memasukkan udang kemulutnya. 

“ Lumayan enak juga ya makanannya, yuk kapan-kapan kita nongki di outletnya aja”, ajak Wenny. Ilona mengangguk tanda setuju.

Belum selesai mereka makan melintas Mira dan Jenni yang seperti sedang bergosip.

“Hemm, masa iya sih Mir?” tanya Jenni tampak kaget. 

“Duh kamu ini kaya ga tau aja, sudah dari dulu dia playboy,” ucap Mira tampak bersungguh-sungguh. 

Percakapan mereka terhenti saat tercium bau ayam yang Wenny dan Ilona makan. 

“Wooow, makan-makan nih, masih banyak ga? Bagi dong say!”, Jenni tampak sumringah.

“Ini masih banyak,” Wenny menawarkan. 

“Asiik!” Mira dan Jeni langsung duduk dan mengunyah paha ayam. 

“Eh, kalian gosip apaan sih? Seru amat!” Wenny penasaran.

“Itu loh Wen, si Rendy pacaran sama Siska padahal baru sebulan putus sama Mita. Heboh loh tim devisi 2. Gimana bisa enak kerja kalau setim satunya mantan, satunya pacar, ya ga sih?” jelas Mira dengan wajah meyakinkan. “Sepertinya bakal ada mutasi staf, karena Pak Hadi sudah dengar kalau kerja mereka kurang profesional,” imbuh Mira lagi.

“Tuh Wen dengerin, jangan pacaran aja nanti di mutasi, mending gue jomblo!” Ilona seperti mendapat pembenaran. 

Ketiga temannya menatap Ilona dengan wajah meledek setengah kasihan.

“Susah juga ya kalau ngobrol sama jomblo akut,” ledek Jenni. 

“Iya Jen parah, sepertinya susah diselamatkan!” imbuh Wenny. 

Mira menepuk pundak Ilona. “Sabar ya Bestie!” wajah menyebalkan tampak jelas di wajah temannya itu. 

“Sudah-sudah sini ayamnya,  jangan dimakan!” Ilona merajuk dan mulai menyita ayam di meja. 

“Ahahahaha..” ketiga temannya tertawa melihat kelakuan temannya yang naif itu. 

“Ya sudah makan saja semua, siapa tau nanti bisa mimpi kencan sama peternak ayam,” ledek Jenni makin menjadi-jadi. 

“Ada yang pernah disemprot pakai hand sanitizer ga!” Ilona mengambil sprayer di meja bagai menghalau virus jahat. 

“Kaburrrrr...! Ahahahaha,” Mira dan Jenni lari setelah berhasil membawa kabur beberapa paha ayam.

Ilona menatap Wenny, dan gadis itu langsung mundur dengan medorong kursi kerja berodanya. 

“Ampuun Bestie, Just Kidding!” Wenny cengengesan sambil tetap waspada siapa tau dia diserang dengan sprayer. 

“Ya sudahlah aku ikut reuni aja,” celetuk Ilona. 

Wenny tertawa tanpa suara dan mengacungkan jempol ke arah sahabatnya itu. 

“Pokoknya minggu lo yang handle ya, ga ada orang lagi yang paham masalah persiapan launching!” Ilona tiba-tiba menyerahkan tanggung jawab ke Wenny. 

“Oh, tidaaaakkkk! Tapi okay lah, aku rela berkorban untuk Bestieku”, Wenny mengedipkan mata menggoda. 

“Hamsyong lu Wen!” Ilona tersenyum. 

“Dandan yang cantik ya!” imbuh Wenny lagi. 

“Ya..ya..ya... Cerewet! Memang apa sih asiknya punya pacar?” gerutu Ilona.

Hari itu berlalu dengan cukup panjang, selepas semua pekerjaan usai Ilona segera keluar menuju parkiran. Wanita ini memang cantik rambut panjang setengah coklat, kulit putihnya tanpa cacat, tubuh tinggi semampai dengan pakaian yang fashionable menjadi satu paket yang mengagumkan. Terlebih isi otaknya, sangat pintar. Beberapa laki-laki di kantor banyak yang menyukainya tapi si flat dan gila kerja itu yang mematahkan hati mereka. Dia hampir tidak memandang pria sebagai pria, semua gender sama, seperti itu perlakuan Ilona ke rekan kerjanya.

Ilona menekan pintu lift untuk pergi ke basement, di dalam dia bertemu dengan Jason managernya dan beberapa staf bagian iklan. 

“Selamat malam Pak,” sapa Ilona. 

"Oh iya Ilona,” sahut Jason. 

Tampak beberapa staf iklan tampak sibuk berkonsultasi sambil jalan dengan bosnya itu. Maklum Jason selalu sibuk, jadi dia selalu terbuka untuk stafnya berkonsultasi di manapun dan kapanpun, selama itu di kantor. Setelah pulang kantor kami para staf tidak berani menggangu waktu istirahatnya. Karena sangat dipastikan waktu istirahatnya sangat minim.

Staf iklan turun kelantai 2 dan tinggal Ilona dan Jason saja yang tetap tinggal di lift menuju ke parkiran basement.

“Gimana ayamnya enak?” tanya Jason. 

“Oh iya Pak, tadi saya mau bilang terima kasih, tapi sepertinya Bapak masih sibuk sekali,” jawab Ilona sungkan.

"Enak nggak?" tanya Jason lagi.

“Gurih dan empuk ayamnya Pak, cocok banget datang pas saya lapar,” ujarnya.

“Hahaha, itu artinya kerasa enak karena memang pas kamu lapar aja Ilona!” Jason tertawa meledek. 

“Ah, nggak kok Pak! Beneran enak! Tuh si Wenny, Mira sama Jenni juga ikut makan, malah ayamnya dibawa kabur,” imbuh Ilona.

“Berarti jatah ayam kamu kurang dong?” ledek managernya lagi. 

“Ya ga gitu juga sih pak, mereka aja yang resek!” sambil membela diri. 

“Ya udah next time kita makan di outletnya langsung aja ya bareng sama tim kamu!” ujar Jason menawarkan. 

“Siap pak, beneran ditunggu lo! Hihihi,” Ilona tersenyum. 

“Oh ya Pak saya permisi duluan ya, terima kasih traktirannya, kita pasti lebih semangat kerjanya Pak,” ucap Ilona sembari menunduk sopan kemudian berlalu sambil sedikit berlari kecil ke arah mobilnya. Jason hanya tersenyum melihat tingkah stafnya itu.

Hari ini Mama Ilona sengaja datang ke apartementnya, karena itu dia ingin segera pulang dan bertemu dengan ibunya. Mobil melaju dengan cukup hati-hati dan sampai juga dia di apartementnya. Mama Ilona pasti sudah datang, beliau bisa masuk dengan mudah karena Ilona memang memberinya kunci cadangan.

“Ma...!” Ilona membuka pintu sembari memanggil mamanya. 

“Ilona, itu kamu Nak?” terdengar suara lembut dari dalam rumah. 

Mereka berpelukan, tampak saling merindukan, sudah beberapa bulan Ilona tidak berkunjung ke rumah mamanya karena selalu sibuk bekerja. 

“Gimana kerjanya? Lancar Nak?” mulai mengajak ngobrol sambil mengeluarkan beberapa makanan. 

“Sup Merah Iga Sapi! Asikk...Makasih mama!” tanpa menjawab pertanyaan ibunya Ilona lebih fokus ke makanan yang dibawa. 

“Rendang Padang! Ahhh, Mama memang terbaik!” Ilona memeluk ibunya sambil terus fokus pada makanan.

“Gimana kok kerjanya? Lancar?" mama mulai bertanya lagi. 

“Lancar Ma..! Aamaannn..!” Ilona menenangkan. 

“Pacar gimana? Sudah punya belum?” tanya mama Ilona penuh harap.

Sambil mengunyah kroket ayam Ilona menggeleng tanda dia masih belum punya kekasih. 

“Udah lah, Mama tenang aja, jodoh pasti datang pada waktunya!” Ilona berdalih. 

“Iya nak, pasti datang, tapi untuk orang yang mau berusaha,” celetuk mama yang paham benar kelakuan anaknya. 

“Hehehe, aku mandi dulu ya,” Ilona mencoba kabur dari introgasi ibunya dan menuju kamar mandi.

Hari itu penuh dengan makanan, makanan memang salah satu cara mendekatkan sebuah hubungan. Terlebih pada orang dengan perut-perut yang sedang lapar.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status