Beranda / Romansa / Fake Identity / Bab 3. Makanan

Share

Bab 3. Makanan

Penulis: Mrs.O
last update Terakhir Diperbarui: 2022-06-06 08:31:10

Dua pria melangkah dengan cepat. Mereka segera pergi dari kantor pemasaran menuju arah parkiran depan. 

“Ada apa Daniel?” Eldrian bertanya. 

“Pak Eldrian kita harus segera ke Dubai besok! Bapak harus ke sana jika tidak ingin kehilangan investor besar!” jelas Daniel tentang maksud kedatangannya.

“Okay, tolong pesankan tiketnya, kita berangkat besok!” ucap Eldrian setuju.

“Baik Pak, akan saya proses untuk keberangkatan besok,” ujar Daniel.

Daniel segera menghubungi beberapa staf untuk mengatur keberangkatan bosnya. Eldrian masuk ke dalam mobil yang dibawa Daniel, dia terdiam seperti ada yang dipikirkan.

“Sepertinya beberapa hari ini aku tidak bisa bertemu Ilona,” batinnya.

Mobil melaju cukup kencang memecah angin yang membawa lamunan Eldrian saat itu. Dia menatap langit dari jendela mobil, awan putih bergumpal tampak lebih indah dari biasanya. Gedung-gedung pencakar langit yang dia lintasi seperti sedang bergoyang-goyang di matanya dan sekali lagi dia tersenyum.

Berdendang angin di bawah awan

Membawa pesan tanpa suara

Berbisik samar dekat di telingga

Menghangatkan jiwa-jiwa yang kesepian

Ruang Kantor Pemasaran

“Drrrrr....drrr....!” handphone Ilona bergetar. Rabu yang sibuk membuatnya tidak telalu peduli dengan beberapa pesan masuk. Hanya panggilan yang berhubungan dengan pekerjaan saja yang dia jawab. Duduk di depan laptop dengan wajah serius Ilona mengotak-atik website dan mencoba mengarang konten iklan. Dia sedang berpikir konsep baru apa yang bisa dia gunakan untuk produk barunya, sebelum iklan diberikan pada staf desain. Ilona memang sering mengajukan proposal, menyumbangkan ide-ide anehnya, kadang konsep horor, kadang konsep komedi, semua itu tampak menarik dan bisa menjadi ide iklan yang original dan mudah diingat orang.

“Ilona..! HPmu berisik tuh!” Wenny salah satu staf mengingatkan.

“Okay..okay.. Aku silent mode aja!” jawab Ilona.

“Buka dulu lah, siapa tau ada berita penting!” Wenny menyarankan. 

“Oh ini, ga kok hanya saja grup alumni kampusku mau bikin reuni jadi mereka berisik banget hari ini,” jelasnya.

“Reuni, kamu ga ikut?” tanya Wenny.

"Ya elah Wen, mana sempat, rencana weekend minggu depan aku ikut acara di kantor pusat,” gerutu Ilona. 

“Hahaha... Datang aja sih! Aiapa tau dapat jodoh say, masak iya jomblo terus!” Wenny meledek. 

Ilona memang gila kerja, setiap hari  ke rumah, showroom, kantor saja yang dia tuju. Ilona beralih menatap Wenny sambil menghentikan ketikan jari di laptopnya.

“Resek lu Wen!” Ilona manyun.

“Ahahaha...” mereka tertawa sambil terus melanjutkan pekerjaan masing-masing.

Tiba-tiba ada bau makanan datang, aromanya sedap sekali seperti ayam saus keju dan beberapa bumbu lada hitam tapi ada juga bau seperti udang dan aroma enak lainnya.

“Permisi Bu, paket makanan untuk Bu Ilona,” suara Ganjar (staff OB devisi iklan) mengantar makanan dari resto cepat saji yang sedang naik daun.

“Loh dari siapa Mas?” tanya Ilona heran.

Dia memang belum makan dan tidak sedang pesan makanan delivery service.

“Ini dari Pak Jason Bu, katanya untuk Tim Bu Ilona,” Ganjar menjelaskan.

“Wah..terima kasih,” jawab Ilona. 

Wenny yang sedang lapar langsung mewakili Ilona dan ikut berterima kasih pada Mas Ganjar.

“Asiiik.. ada traktiran Bos!” Wenny mulai membuka kotak makanan. 

“Yuk Ilona, makan dulu maag lo entar, mumpung ada makanan enak nih!” ajaknya.

Kalau soal makanan Wenny memang selalu terdepan dan tercepat, wanita bertubuh mungil itu memang suka makan. Hanya saja tak tampak dari posturnya dan seperti hilang dirombak oleh enzim pencernaannya yang hebat.

“Iya..udah kamu makan duluan aja!” Ilona masih asik mengotak-atik laptopnya. 

“Ya ampun ga enak nanti keburu dingin, ayolah makan bareng!” Wenny merayu. “Lihat paha ayam ini, saus kejunya sudah memanggil, Lona...Lona...Kemari! Makan aku! Aku enak! Teganya kau mengacuhkan aku Ilona!” Wenny menggerak-gerakkan paha ayam sambil terus mengunyah. 

Ilona luluh juga melihat kelakuan teman kantornya itu, dia mengambil kotak makan dan segelas kopi latte dingin kesukaannya.

“Manager kita baik ya, tau aja kalau stafnya sering lupa makan,” celetuk Wenny.

"Iya,” sahut Ilona sembari mulai memasukkan udang kemulutnya. 

“ Lumayan enak juga ya makanannya, yuk kapan-kapan kita nongki di outletnya aja”, ajak Wenny. Ilona mengangguk tanda setuju.

Belum selesai mereka makan melintas Mira dan Jenni yang seperti sedang bergosip.

“Hemm, masa iya sih Mir?” tanya Jenni tampak kaget. 

“Duh kamu ini kaya ga tau aja, sudah dari dulu dia playboy,” ucap Mira tampak bersungguh-sungguh. 

Percakapan mereka terhenti saat tercium bau ayam yang Wenny dan Ilona makan. 

“Wooow, makan-makan nih, masih banyak ga? Bagi dong say!”, Jenni tampak sumringah.

“Ini masih banyak,” Wenny menawarkan. 

“Asiik!” Mira dan Jeni langsung duduk dan mengunyah paha ayam. 

“Eh, kalian gosip apaan sih? Seru amat!” Wenny penasaran.

“Itu loh Wen, si Rendy pacaran sama Siska padahal baru sebulan putus sama Mita. Heboh loh tim devisi 2. Gimana bisa enak kerja kalau setim satunya mantan, satunya pacar, ya ga sih?” jelas Mira dengan wajah meyakinkan. “Sepertinya bakal ada mutasi staf, karena Pak Hadi sudah dengar kalau kerja mereka kurang profesional,” imbuh Mira lagi.

“Tuh Wen dengerin, jangan pacaran aja nanti di mutasi, mending gue jomblo!” Ilona seperti mendapat pembenaran. 

Ketiga temannya menatap Ilona dengan wajah meledek setengah kasihan.

“Susah juga ya kalau ngobrol sama jomblo akut,” ledek Jenni. 

“Iya Jen parah, sepertinya susah diselamatkan!” imbuh Wenny. 

Mira menepuk pundak Ilona. “Sabar ya Bestie!” wajah menyebalkan tampak jelas di wajah temannya itu. 

“Sudah-sudah sini ayamnya,  jangan dimakan!” Ilona merajuk dan mulai menyita ayam di meja. 

“Ahahahaha..” ketiga temannya tertawa melihat kelakuan temannya yang naif itu. 

“Ya sudah makan saja semua, siapa tau nanti bisa mimpi kencan sama peternak ayam,” ledek Jenni makin menjadi-jadi. 

“Ada yang pernah disemprot pakai hand sanitizer ga!” Ilona mengambil sprayer di meja bagai menghalau virus jahat. 

“Kaburrrrr...! Ahahahaha,” Mira dan Jenni lari setelah berhasil membawa kabur beberapa paha ayam.

Ilona menatap Wenny, dan gadis itu langsung mundur dengan medorong kursi kerja berodanya. 

“Ampuun Bestie, Just Kidding!” Wenny cengengesan sambil tetap waspada siapa tau dia diserang dengan sprayer. 

“Ya sudahlah aku ikut reuni aja,” celetuk Ilona. 

Wenny tertawa tanpa suara dan mengacungkan jempol ke arah sahabatnya itu. 

“Pokoknya minggu lo yang handle ya, ga ada orang lagi yang paham masalah persiapan launching!” Ilona tiba-tiba menyerahkan tanggung jawab ke Wenny. 

“Oh, tidaaaakkkk! Tapi okay lah, aku rela berkorban untuk Bestieku”, Wenny mengedipkan mata menggoda. 

“Hamsyong lu Wen!” Ilona tersenyum. 

“Dandan yang cantik ya!” imbuh Wenny lagi. 

“Ya..ya..ya... Cerewet! Memang apa sih asiknya punya pacar?” gerutu Ilona.

Hari itu berlalu dengan cukup panjang, selepas semua pekerjaan usai Ilona segera keluar menuju parkiran. Wanita ini memang cantik rambut panjang setengah coklat, kulit putihnya tanpa cacat, tubuh tinggi semampai dengan pakaian yang fashionable menjadi satu paket yang mengagumkan. Terlebih isi otaknya, sangat pintar. Beberapa laki-laki di kantor banyak yang menyukainya tapi si flat dan gila kerja itu yang mematahkan hati mereka. Dia hampir tidak memandang pria sebagai pria, semua gender sama, seperti itu perlakuan Ilona ke rekan kerjanya.

Ilona menekan pintu lift untuk pergi ke basement, di dalam dia bertemu dengan Jason managernya dan beberapa staf bagian iklan. 

“Selamat malam Pak,” sapa Ilona. 

"Oh iya Ilona,” sahut Jason. 

Tampak beberapa staf iklan tampak sibuk berkonsultasi sambil jalan dengan bosnya itu. Maklum Jason selalu sibuk, jadi dia selalu terbuka untuk stafnya berkonsultasi di manapun dan kapanpun, selama itu di kantor. Setelah pulang kantor kami para staf tidak berani menggangu waktu istirahatnya. Karena sangat dipastikan waktu istirahatnya sangat minim.

Staf iklan turun kelantai 2 dan tinggal Ilona dan Jason saja yang tetap tinggal di lift menuju ke parkiran basement.

“Gimana ayamnya enak?” tanya Jason. 

“Oh iya Pak, tadi saya mau bilang terima kasih, tapi sepertinya Bapak masih sibuk sekali,” jawab Ilona sungkan.

"Enak nggak?" tanya Jason lagi.

“Gurih dan empuk ayamnya Pak, cocok banget datang pas saya lapar,” ujarnya.

“Hahaha, itu artinya kerasa enak karena memang pas kamu lapar aja Ilona!” Jason tertawa meledek. 

“Ah, nggak kok Pak! Beneran enak! Tuh si Wenny, Mira sama Jenni juga ikut makan, malah ayamnya dibawa kabur,” imbuh Ilona.

“Berarti jatah ayam kamu kurang dong?” ledek managernya lagi. 

“Ya ga gitu juga sih pak, mereka aja yang resek!” sambil membela diri. 

“Ya udah next time kita makan di outletnya langsung aja ya bareng sama tim kamu!” ujar Jason menawarkan. 

“Siap pak, beneran ditunggu lo! Hihihi,” Ilona tersenyum. 

“Oh ya Pak saya permisi duluan ya, terima kasih traktirannya, kita pasti lebih semangat kerjanya Pak,” ucap Ilona sembari menunduk sopan kemudian berlalu sambil sedikit berlari kecil ke arah mobilnya. Jason hanya tersenyum melihat tingkah stafnya itu.

Hari ini Mama Ilona sengaja datang ke apartementnya, karena itu dia ingin segera pulang dan bertemu dengan ibunya. Mobil melaju dengan cukup hati-hati dan sampai juga dia di apartementnya. Mama Ilona pasti sudah datang, beliau bisa masuk dengan mudah karena Ilona memang memberinya kunci cadangan.

“Ma...!” Ilona membuka pintu sembari memanggil mamanya. 

“Ilona, itu kamu Nak?” terdengar suara lembut dari dalam rumah. 

Mereka berpelukan, tampak saling merindukan, sudah beberapa bulan Ilona tidak berkunjung ke rumah mamanya karena selalu sibuk bekerja. 

“Gimana kerjanya? Lancar Nak?” mulai mengajak ngobrol sambil mengeluarkan beberapa makanan. 

“Sup Merah Iga Sapi! Asikk...Makasih mama!” tanpa menjawab pertanyaan ibunya Ilona lebih fokus ke makanan yang dibawa. 

“Rendang Padang! Ahhh, Mama memang terbaik!” Ilona memeluk ibunya sambil terus fokus pada makanan.

“Gimana kok kerjanya? Lancar?" mama mulai bertanya lagi. 

“Lancar Ma..! Aamaannn..!” Ilona menenangkan. 

“Pacar gimana? Sudah punya belum?” tanya mama Ilona penuh harap.

Sambil mengunyah kroket ayam Ilona menggeleng tanda dia masih belum punya kekasih. 

“Udah lah, Mama tenang aja, jodoh pasti datang pada waktunya!” Ilona berdalih. 

“Iya nak, pasti datang, tapi untuk orang yang mau berusaha,” celetuk mama yang paham benar kelakuan anaknya. 

“Hehehe, aku mandi dulu ya,” Ilona mencoba kabur dari introgasi ibunya dan menuju kamar mandi.

Hari itu penuh dengan makanan, makanan memang salah satu cara mendekatkan sebuah hubungan. Terlebih pada orang dengan perut-perut yang sedang lapar.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Fake Identity   Bab 78. Pernikahan

    Hari pernikahan, semua kru EO tampak begitu sibuk, meskipun beberapa hari Eldrian tidak bertemu Ilona dia tetap mempersiapkan pernikahan dengan baik. Dia tahu Ilona tak akan datang, tapi dia masih berdandan setampan mungkin dengan setelan jas putih ala pengantin eropa yang membuat Eldrian semakin tampan."Wah ganteng banget!" goda Daniel. "Haha," jawab Eldrian terpaksa tertawa. "Kok wajahmu muram gitu? Bukannya hari ini kamu bakal nikah sama Ilona! Harusnya kamu senang dong!" Hhhh..! Eldrian menghela nafas kasar. "Kenapa tuh? Kok kaya banyak pikiran?" "Udahlah Niel, kamu ga usah ikut acara nikahan gua deh! Lagian ga bakalan datang juga si Ilona," jelas Eldrian. "Hah? Gimana? Kamu ngomong apa?" "Ilona gabakal datang! Gua ditolak sama dia, lalu dia bilang ga mau nikah!" bisik Eldrian jelas di telinga Daniel. "Apaaa?" "Sssttt! Jangan berisik! Cuma kamu yang tau!" "Gila! Terus kalau batal kenapa kamu masih pakai baju tuxedo ganteng gini? Kenapa kamu ga batalkan semuanya?" "Kare

  • Fake Identity   Bab 77. Perasaan Eldrian

    Eldrian yang datang menemui Ilona tiba-tiba mengatakan sesuatu yang membuat Ilona kaget. "Apa maksudmu?" "Undang saja semua temanmu, saudaramu, kerabatmu, kita menikah! Jangan memikirkan perceraian!" "Hah? Bukankah ini hanya berlaku satu tahun?" "Memang apa bedanya satu tahun atau selamanya? Kita benar-benar melakukan pernikahan!" "Tapi__bukankah kita teman Eldrian! Kau gila!" "Lalu? Apa kau tidak sedih kalau kita memulai pernikahan untuk perceraian? Apa kau sama sekali tidak punya perasaan?" "Sebentar? Apa maksudmu kau mulai memakai perasaan untuk hubungan kita?" "Setidaknya aku menyukainya!" "Menyukai apa?" "Makan bersama, bercanda, berbincang, belanja, aku suka jika aku bersama denganmu!" jawab Eldrian. "Tapi bedakan antara pertemanan dan percintaan! Itu beda Eldrian!" "Lalu apa kau pikir teman akan menikah! Hubungan kita itu tidak normal Ilona! Coba katakan apa kau tidak peduli padaku!" "Aku peduli!" "Apa kau tidak sayang?" "Aku sayang!" "Itu artinya

  • Fake Identity   Bab 76. Berubah Pikiran

    Sampai di lobi hotel Ilona menelepon Eldrian, entah ada apa tapi tanpa pikir panjang Eldrian langsung mengangkatnya. "Ya, ada apa?" jawab Eldrian. "Kamu lagi apa?" "Belanja! Bukannya kamu minta oleh-oleh!" "Oh ya? Mana lihat!" Edrian langsung mengganti panggilan dengan video call. "Nih!" ucapnya sembari menunjukkan barang-barang saat Ilona menerima ajakan video call. "Wah! Banyak banget! Kamu pasti habisin duit banyak!" "Nggak! Kan di kaki lima! Ini aku juga nawar. Aku beli kaos murah banget masak kena 150 bath per pcs," ujar Eldrian bangga. "Hooo! Ya ya! Bagus!" "Hahaha, kamu lagi apa?" "Ini di rumah, stafmu datang ke rumah Mama antar banyak undangan jadi kami lagi pilih siapa saja yang akan di undang," jawab Ilona. "Ah, sudah siap ya, undang aja semua temanmu, saudaramu, jangan khawatir biayanya," jelas Eldrian. "Ah, aku malah sembunyikan sebagian undangan dari mamaku!" "Kenapa?" "Bukannya kita akan cerai 1 tahun lagi? Kenapa harus aku undang semua?" tany

  • Fake Identity   Bab 75. Perjalanan Ke Thailand

    Eldrian yang malam itu datang ke apartemen Ilona cukup membuat Ilona kaget dengan informasi kalau mereka akan menikah dua minggu lagi. "Jangan gila! Dua minggu lagi itu masih bulan ini!" protes Ilona."Ya memang, lebih tepatnya 14 hari lagi, tapi aku rasa 10 hari lagi pernikahan kita akan dilaksanakan! Astaga sungguh tak disangka ya Ilona!" ujar Eldrian terlihat santai. "Tapi aku bahkan belum melakukan apapun! Ini pernikahan Eldrian!" "Kenapa kau begitu serius, bukannya kamu tahu ini hanya sebuah kerjasama? Jangan terlalu menjiwai kalau tidak mau jatuh cinta dan tergila-gila padaku!" ucapnya. "Huh! Semakin kau banyak bicara kau semakin terdengar menyebalkan! Sudah sana pergi ke Thailand!" "Hahaha, hei jangan galak kita akan tinggal bersama satu tahun ke depan!" "Astaga mimpi buruk!""Hahaha, apa kau mau oleh-oleh? Di Thailand banyak yang unik!" tawar Eldrian. "Emm, aku mau coklat saja!" "Coklat? Hei, kenapa cuma coklat? Apa kamu ga mau mau oleh-oleh yang lain?" Eldrian heran.

  • Fake Identity   Bab 74. Kesepakatan

    Ilona yang tidak bisa menemukanEldrian di kantor segera duduk di lobi kantor pusat dan mulai membuat panggilan. Dia tak menyangka pria itu bahkan tidak sedang di Indonesia saat menerima semua panggilannya. "Halo? Ada apa lagi?" jawabnya. "Di mana kamu?" tanya Ilona. "Aku__sedang kerja! Kenapa?" "Kerja di mana? Aku sedang di kantormu tapi kamu tak ada!" keluh Ilona. "Hah? Kamu ke kantorku? Oh, ya aku memang sedang tidak di tempat. Ada masalah apa?" tanya Eldrian. "Aku menarik semua kesepakatan kita! Lebih baik aku di marahi oleh Mamaku dari pada aku terjebak masalah besar denganmu!" ucap Ilona to the point. "Apa? Kamu berubah pikiran? Tapi kenapa? Bukankah menikahi pria kaya adalah impian semua wanita?" tanya Eldrian bingung. "Kata siapa? Aku tidak!" jawab Ilona. "Kenapa?" "Karena kekayaanmu bukan segalanya! Kenapa kamu malah terdengar sombong! Aku lebih suka kau saat menjadi Ziyan!" keluh Ilona. "Tapi Ilona, coba tanyakan ke ibumu apa dia mau membatalkan pernikahan kita? An

  • Fake Identity   Bab 73. Semua Harus Dipikir Ulang!

    Ilona dan Eldrian melakukan kesepakatan, mereka akan menikah satu tahun dengan perjanjian bermaterai. Sebuah tindakan bodoh yang malah membuat hubungan mereka semakin jauh meskipun secara fisik mereka berdekatan. Ilona berpikir kalau Eldrian hanyalah pria yang suka bermain-main, sementara Eldian juga merasa kalau Ilona mulai sama gilanya dengan wanita lain yang dikencaninya karena mengajukan syarat harta sebagai hukuman. Tapi, setelah Ilona turun dari mobil dan Eldrian juga pergi mereka sama-sama berharap kalau sebenarnya mereka bisa bersama dalam hubungan yang sebenarnya. "Gila! Aku gila!" gerutu Eldrian memaki dirinya sendiri. "Apa yang kamu pikirkan Eldrian, pernikahan! Dengan Ilona? Huh! Bagaimana kamu bisa sepakat secepat itu? Pernikahan itu sah secara hukum dan agama! Itu artinya kau akan segera berstatus suami orang!" gerutunya lagi. Fyuuuh..! Pria itu menghela nafas, mengendarai mobilnya dengan tidak semangat. "Tapi, Ilona! Ya__ dia Ilona, aku yakin Ilona berbeda dengan

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status