Eldrian memakai kacamata hitamnya, matahari cabang Dubai memang beda teriknya dengan cabang Jakarta. Sambil membuka beberapa dokumen dia berbincang dengan beberapa pria berbusana layaknya pangeran Arab. Mereka seperti sedang bernegosiasi untuk pemasaran beberapa produk teknologi lintas negara. Tapi semua itu segera berakhir dengan kesepakatan yang tampak menyenangkan bagi kedua belah pihak. Kontrak ditanda tangani dan mereka bersalaman tanda kerjasama sudah diputuskan.
Eldrian pergi dengan Daniel menuju arah kamar hotelnya. Banyak sekali orang asing di Dubai. Negara itu tidak setertutup Saudi Arabia dan negara Uni Emirat Arab lainnya. Mereka lebih terbuka untuk orang asing, bahkan lebih terbuka daripada negara kita. Tentu saja itu membuat pandangan mata Daniel sulit dijaga saat beberapa wanita bule berambut pirang dan berpakain sexy melintas kesana kemari.
“Daniel! Pekerjaanmu sudah selesai, kamu boleh jalan-jalan tanpa saya!" Eldrian memberi kesempatan pada sekretaris pribadinya itu untuk bersenang-senang.
“Baik Pak, saya permisi!” Daniel tersenyum senang.
“Tapi jangan buat masalah ya Niel!” ucap Eldrian mengingatkan
“Iya Ian, siaaapp! Aku masih tau batasan kok! Jangan khawatir,” sanggah Daniel.
Diluar jam kerja Daniel memang memanggil Eldrian tanpa embel-embel “Pak”. Mereka teman sekampus, dan akrab seperti saudara.
“Ya sudah sana!” Eldrian membiarkan Daniel pergi sembari masuk ke kamar hotel dan mulai berganti baju.
Kamar Eldrian cukup luas, kliennya menjamu mereka dengan sangat baik. Semua fasilitas ditanggung oleh pihak investor Dubai. Usai berganti baju, Eldrian berjalan menuju balkon sambil membawa minuman segar yang dia ambil dari kulkas. Dia melihat Dubai memang gila, gedung pencakar langitnya sudah tidak bisa dihitung dengan jari. Banyak sekali, tidak salah dia memilih investor di sini, karena sekali kesepakatan dibuat cukup besar nominal yang didapatnya.
Eldrian melihat ke arah bawah dan langsung tampak ke area kolam renang. Terlihat Daniel sedang asik disana berbincang dengan beberapa wanita asing. Daniel memang pria penuh pesona, dengan mudah dia mendapat teman wanita. Memang sekretarisnya itu tampan dan fasih berbahasa asing. Tiga bahasa dia kuasai, Inggris, Perancis dan Rusia jadi pasti akan membuat para wanita asing terlebih lagi dari negara yang bersangkutan untuk cepat terkesan dengannya. Ian tersenyum melihat kelakuan temannya itu.
Tampak sesekali wanita asing itu tertawa, mereka mengobrol seperti berjumpa teman lama. Sangat natural dan tampak menyenangkan. Sungguh berbeda dengan Eldrian yang selalu bermasalah saat berhubungan dengan lawan jenis. Kadang dia ingin bertanya pada Daniel tentang tata cara memikat wanita. Tapi tentu saja tidak mungkin karena gengsinya juga ada di atas rata-rata.
“Drrr.....!” Handphone Eldrian bergetar. terlihat beberapa pemberitahuan dan pesan chat yang belum terbuka. Ada satu yang membuatnya terkejut. Pesan dari nomer bernama ILONA. mata Eldrian terbelalak. Dia tak menyangka akan menerima pesan darinya. Dibukanya pesan itu.
“Ziyan, kamu sakit ya? Kenapa beberapa hari ini tidak masuk?” tanya Ilona.
Hati Eldrian berbunga-bunga, dia terkesan ada seorang wanita yang menanyakan kabarnya. Terlebih lagi saat dia sedang berstatus sebagai pria biasa bukan sebagai CEO.
Segera Eldrian membuat balasan.
“Tidak Bu, saya hanya di kirim ke kantor pusat oleh Pak Hadi untuk membantu beberapa persiapan launching produk baru Dubai pekan depan,” jawabnya sopan.
Eldrian menunggu, dia penasaran apa pesannya segera dibaca, ataukah segera dibalas. Tapi ternyata sudah beberapa lama dia menunggu Ilona tak kunjung membaca pesan yang dikirimnya. Mungkin dia sedang sibuk batin Eldrian. Eldrian tidak tau kalau Ilona sengaja tidak membuka handphone karena banyak pesan di grup alumni kampusnya. Ya tentang reuni tentunya. Ternyata Eldrian sedang mengirim pesan pada waktu yang kurang tepat.
Pukul 20.00 (Waktu Dubai)
Malam itu dipenuhi dengan lampu yang sangat terang. Bahkan bintang dilangitpun tampak sayu sinarnya. Eldrian berjalan ke arah restoran hotel tempat dia menginap. Perutnya sudah mulai lapar dan ia mengambil beberapa menu prasmanan. Tampak di meja agak jauh arah jam 3. Eldrian melihat Daniel sedang duduk berbincang makan malam dengan seorang wanita. Tapi itu bukan wanita asing. Rambutnya hitam. Wanita itu memakai gaun merah mencolok dengan perhiasan mewah dan tas bermerk. Itu Rachel mantan gadis yang pernah dijodohkan dengannya dulu.
Ayahnya, yaitu Pak Dewangga yang mencarikan jodoh untuk Eldrian, dia putri dari salah satu pria terkaya di Indonesia. Tapi entah bagaimana Daniel mengenal wanita itu. Eldrian tidak mau melanjutkan perjodohan karena dia tau Daniel tertarik dengannya. Begitu pula Rachel, alih-alih mengencani Eldrian, Rachel seperti terlihat lebih nyaman di dekat sekretarisnya itu.
“Ternyata Rachel tinggal di Dubai. Pantas saja Daniel bersikeras untuk segera menangani investor Dubai. Ternyata ini salah satu alasannya,” batin Eldrian.
Dia tidak mau mengganggu kencan mereka dan memilih untuk mencari meja yang tidak terlihat dari pasangan itu. Sambil terus melihat handphonenya Ian mulai menyantap hidangan ala Uni Emirat Arab. Yang pasti memang terasa dominan dengan daging sapi dan kambing. Entah kenapa Ian sempat merasa rindu ingin makan ayam Indonesia. Yup ayam crispy dengan saus keju dan lada hitam.
“Drrrr...!” ada beberapa pesan masuk. Eldrian tampak antusias membukanya tapi itu hanya pesan seputar pekerjaan dan beberapa laporan keuangan.
Rasanya ingin sekali Eldrian menekan nomor Ilona dan memulai panggilan. Tapi dia sadar dia hanya laki-laki kemarin sore yang berstatus OB. Dia yakin Ilona akan tidak nyaman jika Eldrian tampak berlebihan. Eldrian mulai menahan diri. Iga sapi menjadi pelampiasan ketidaknyamanannya, dan memang benar dia menggigit tulang iga sapi itu sampai patah. “Au..!” giginya ngilu. Tulang itu cukup keras meskipun dagingnya sudah empuk dan enak dimakan.
Eldrian merasa bosan dia bermaksud kembali ke kamar hotelnya. Tapi kemudian datang beberapa wanita asing berpakaian minim. Mereka memperkenalkan diri dan menjelaskan bahwa investor Dubainya yang mengirim mereka untuk menemani Eldrian malam ini.
“Gila!” pikirnya. Fasilitasnya sudah mulai diluar dugaan.
Tapi tampak sekali gadis-gadis itu sedang bekerja untuk menarik sisi laki-lakinya. Eldrian segera berdiri dari meja tempat dia makan. Dia buru-buru permisi alih-alih menanggapi para wanita itu. Bukan karena Eldrian tidak tertarik denga wanita, tapi dia memang benci dengan wanita murahan dan menghalalkan segala cara untuk mendapatkan materi.
Eldrian masuk kamar hotel dan segera menguncinya. Dia agak ngeri bila tiba-tiba ada wanita tak dikenal mengikutinya.
“Hhhhhh....!” Eldrian menghela nafas. Sekali lagi dia menarik diri dari dunia. Kepalanya tiba-tiba berat dan memutuskan untuk rebahan di ranjang empuk bulu angsa.
Dia melihat handphonenya .PESAN MASUK!
Eldrian membuka pesan dan yup Ilona membalas pesannya.
“Oh iya Mas Ziyan, saya pikir sakit ternyata memang dipindah devisi, ya sudah kalau begitu,” jawab Ilona.
Belum sempat Eldrian mengetik balasan ada pesan masuk lagi dan itu dari Ilona lagi.
“Hari minggu sebenarnya saya juga ikut acara launching di kantor pusat, tapi saya cancel karena saya ada keperluan. Nanti kalau Mas Ziyan butuh dengan tim marketing bisa langsung ke Bu Wenny saja ya, saya sudah serah terima tugas kemarin, selamat bekerja ya SEMANGAT!” pesan Ilona.
Eldrian sumringah. Seperti mendapat hujan di padang pasir cabang Arab. Pesan Ilona yang biasa saja itu mebuatnya lupa dengan wanita menyeramkan yang baru saja ditemuinya.
“Ya Ilona, terima kasih. Kalau kamu butuh sopir, kapanpun saya siap,” balas Eldrian.
Malam hari di Dubai tampak bersinar dengan nyala kembang api di hati Eldrian. Tampak kembang api itu meledak-ledak dan hanya tampak oleh Eldrian, karena tentu saja malam itu memang bukan malam pergantian tahun.
Hari pernikahan, semua kru EO tampak begitu sibuk, meskipun beberapa hari Eldrian tidak bertemu Ilona dia tetap mempersiapkan pernikahan dengan baik. Dia tahu Ilona tak akan datang, tapi dia masih berdandan setampan mungkin dengan setelan jas putih ala pengantin eropa yang membuat Eldrian semakin tampan."Wah ganteng banget!" goda Daniel. "Haha," jawab Eldrian terpaksa tertawa. "Kok wajahmu muram gitu? Bukannya hari ini kamu bakal nikah sama Ilona! Harusnya kamu senang dong!" Hhhh..! Eldrian menghela nafas kasar. "Kenapa tuh? Kok kaya banyak pikiran?" "Udahlah Niel, kamu ga usah ikut acara nikahan gua deh! Lagian ga bakalan datang juga si Ilona," jelas Eldrian. "Hah? Gimana? Kamu ngomong apa?" "Ilona gabakal datang! Gua ditolak sama dia, lalu dia bilang ga mau nikah!" bisik Eldrian jelas di telinga Daniel. "Apaaa?" "Sssttt! Jangan berisik! Cuma kamu yang tau!" "Gila! Terus kalau batal kenapa kamu masih pakai baju tuxedo ganteng gini? Kenapa kamu ga batalkan semuanya?" "Kare
Eldrian yang datang menemui Ilona tiba-tiba mengatakan sesuatu yang membuat Ilona kaget. "Apa maksudmu?" "Undang saja semua temanmu, saudaramu, kerabatmu, kita menikah! Jangan memikirkan perceraian!" "Hah? Bukankah ini hanya berlaku satu tahun?" "Memang apa bedanya satu tahun atau selamanya? Kita benar-benar melakukan pernikahan!" "Tapi__bukankah kita teman Eldrian! Kau gila!" "Lalu? Apa kau tidak sedih kalau kita memulai pernikahan untuk perceraian? Apa kau sama sekali tidak punya perasaan?" "Sebentar? Apa maksudmu kau mulai memakai perasaan untuk hubungan kita?" "Setidaknya aku menyukainya!" "Menyukai apa?" "Makan bersama, bercanda, berbincang, belanja, aku suka jika aku bersama denganmu!" jawab Eldrian. "Tapi bedakan antara pertemanan dan percintaan! Itu beda Eldrian!" "Lalu apa kau pikir teman akan menikah! Hubungan kita itu tidak normal Ilona! Coba katakan apa kau tidak peduli padaku!" "Aku peduli!" "Apa kau tidak sayang?" "Aku sayang!" "Itu artinya
Sampai di lobi hotel Ilona menelepon Eldrian, entah ada apa tapi tanpa pikir panjang Eldrian langsung mengangkatnya. "Ya, ada apa?" jawab Eldrian. "Kamu lagi apa?" "Belanja! Bukannya kamu minta oleh-oleh!" "Oh ya? Mana lihat!" Edrian langsung mengganti panggilan dengan video call. "Nih!" ucapnya sembari menunjukkan barang-barang saat Ilona menerima ajakan video call. "Wah! Banyak banget! Kamu pasti habisin duit banyak!" "Nggak! Kan di kaki lima! Ini aku juga nawar. Aku beli kaos murah banget masak kena 150 bath per pcs," ujar Eldrian bangga. "Hooo! Ya ya! Bagus!" "Hahaha, kamu lagi apa?" "Ini di rumah, stafmu datang ke rumah Mama antar banyak undangan jadi kami lagi pilih siapa saja yang akan di undang," jawab Ilona. "Ah, sudah siap ya, undang aja semua temanmu, saudaramu, jangan khawatir biayanya," jelas Eldrian. "Ah, aku malah sembunyikan sebagian undangan dari mamaku!" "Kenapa?" "Bukannya kita akan cerai 1 tahun lagi? Kenapa harus aku undang semua?" tany
Eldrian yang malam itu datang ke apartemen Ilona cukup membuat Ilona kaget dengan informasi kalau mereka akan menikah dua minggu lagi. "Jangan gila! Dua minggu lagi itu masih bulan ini!" protes Ilona."Ya memang, lebih tepatnya 14 hari lagi, tapi aku rasa 10 hari lagi pernikahan kita akan dilaksanakan! Astaga sungguh tak disangka ya Ilona!" ujar Eldrian terlihat santai. "Tapi aku bahkan belum melakukan apapun! Ini pernikahan Eldrian!" "Kenapa kau begitu serius, bukannya kamu tahu ini hanya sebuah kerjasama? Jangan terlalu menjiwai kalau tidak mau jatuh cinta dan tergila-gila padaku!" ucapnya. "Huh! Semakin kau banyak bicara kau semakin terdengar menyebalkan! Sudah sana pergi ke Thailand!" "Hahaha, hei jangan galak kita akan tinggal bersama satu tahun ke depan!" "Astaga mimpi buruk!""Hahaha, apa kau mau oleh-oleh? Di Thailand banyak yang unik!" tawar Eldrian. "Emm, aku mau coklat saja!" "Coklat? Hei, kenapa cuma coklat? Apa kamu ga mau mau oleh-oleh yang lain?" Eldrian heran.
Ilona yang tidak bisa menemukanEldrian di kantor segera duduk di lobi kantor pusat dan mulai membuat panggilan. Dia tak menyangka pria itu bahkan tidak sedang di Indonesia saat menerima semua panggilannya. "Halo? Ada apa lagi?" jawabnya. "Di mana kamu?" tanya Ilona. "Aku__sedang kerja! Kenapa?" "Kerja di mana? Aku sedang di kantormu tapi kamu tak ada!" keluh Ilona. "Hah? Kamu ke kantorku? Oh, ya aku memang sedang tidak di tempat. Ada masalah apa?" tanya Eldrian. "Aku menarik semua kesepakatan kita! Lebih baik aku di marahi oleh Mamaku dari pada aku terjebak masalah besar denganmu!" ucap Ilona to the point. "Apa? Kamu berubah pikiran? Tapi kenapa? Bukankah menikahi pria kaya adalah impian semua wanita?" tanya Eldrian bingung. "Kata siapa? Aku tidak!" jawab Ilona. "Kenapa?" "Karena kekayaanmu bukan segalanya! Kenapa kamu malah terdengar sombong! Aku lebih suka kau saat menjadi Ziyan!" keluh Ilona. "Tapi Ilona, coba tanyakan ke ibumu apa dia mau membatalkan pernikahan kita? An
Ilona dan Eldrian melakukan kesepakatan, mereka akan menikah satu tahun dengan perjanjian bermaterai. Sebuah tindakan bodoh yang malah membuat hubungan mereka semakin jauh meskipun secara fisik mereka berdekatan. Ilona berpikir kalau Eldrian hanyalah pria yang suka bermain-main, sementara Eldian juga merasa kalau Ilona mulai sama gilanya dengan wanita lain yang dikencaninya karena mengajukan syarat harta sebagai hukuman. Tapi, setelah Ilona turun dari mobil dan Eldrian juga pergi mereka sama-sama berharap kalau sebenarnya mereka bisa bersama dalam hubungan yang sebenarnya. "Gila! Aku gila!" gerutu Eldrian memaki dirinya sendiri. "Apa yang kamu pikirkan Eldrian, pernikahan! Dengan Ilona? Huh! Bagaimana kamu bisa sepakat secepat itu? Pernikahan itu sah secara hukum dan agama! Itu artinya kau akan segera berstatus suami orang!" gerutunya lagi. Fyuuuh..! Pria itu menghela nafas, mengendarai mobilnya dengan tidak semangat. "Tapi, Ilona! Ya__ dia Ilona, aku yakin Ilona berbeda dengan
Makan malam Eldrian dan Ilona malah berakhir dengan rencana pernikahan untuk mereka. Dalam perjalanan pulang Ilona langsung protes pada Eldrian. "Ian! Apa kamu mulai gila? Orang tuamu berencana menikahkan kita!" protes Ilona. "Ya aku tahu, tapi sudahlah jangan kau anggap itu serius," "Begitu? Baiklah, aku tak akan peduli lagi dan langsung menolak saat ada tawaran pernikahan. "Hemm, ya lakukan apa yang kamu mau," jawab Eldrian kesannya seperti bermain-main. Sebenarnya pria itu merasa malu, dia tak menyangka kalau orang tuanya malah berbicara seperti itu pada Ilona. "Ya, pria kaya memang selalu bermain dengan pernikahan," gerutu Ilona. "Tidak seperti itu, aku bahkan belum pernah menikah," "Ya, tapi kau sudah berencana mengacaukannya! Jangan libatkan aku lagi!" "Ya, ya. Aku akan mengarang alasan yang mengatakan kalau kita sudah putus," jawab Eldrian. "Ya, kita putus malam ini! Hahaha," ucap Ilona tertawa seperti tidak ada beban. Eldrian sangat yakin wanita di sebela
Ilona yang menyetujui rencana Eldrian untuk berpura-pura menjadi pacar Eldrian, mulai merasa kalau akan ada masalah yang cukup serius menimpanya. Keringat dinginnya mulai keluar ketika mata tegas Pak Dewangga melihatnya, dari atas sampai ke bawah."Silahkan duduk!" ucapnya pada Ilona."Terima kasih," sahutnya.Eldrian tersenyum, nampak dia sama sekali tidak merasa grogi. "Kenapa lambat sekali!" protes Pak Dewangga."Biasa Yah, macet! Ini bukan Jepang, ini Jakarta!" jelasnya."Alasan saja! Ayah sudah pesan menu seafood, apa ada alergi?" tanya Pak Dewangga bertanya ke arah Ilona."Oh nggak Pak! Saya suka Seafood," jelas Ilona."Bagus!"Ilona melirik ke arah Eldrian, sementara Eldian menatap Ilona tanpa ragu dengan senyuman yang sangat manis."Jadi kalian pacaran?" tanya pria paruh baya itu."Ya begitulah! Cantikkan pacarku!" ujar Eldrian spontan memuji Ilona.Wajah Ilona merah, dia tak menyangka Eldrian sama sekali tidak grogi di depan ayahnya."Apa pekerjaanmu Nona?" tanya Pak Dewangg
Mendengar perkataan Ilona sepanjang perjalanan Eldrian diam. Dia merasa sedih karena Ilona bahkan terlihat sama sekali tidak tertarik menjalin hubungan sesungguhnya dengannya. Dia menyetir dengan wajah cemberut seperti tidak semangat dengan apa yang akan dia lakukan hari itu.“Kenapa mukamu gitu amat?” tanya Ilona yang mulai sadar kalau lawan bicaranya terlihat berbeda.“Emang kenapa kalau pacaran sama gua bisa jadi masalah?” tanya Eldrian menanggapi pernyataan Ilona sebelumnya.“Haha, gua bercanda! Jangan diambil hati! Aku cuma mikir kaya di sinetron gitu aja sih Ian! Orang kaya biasanya lebih suka memilihkan jodoh yang selevel sama mereka. Kalau tahu anaknya pacaran sama orang biasa, kebanyakan sih ga setuju! Trus sekarang aku pura-pura jadi siapa? Pasti nanti ayahmu tanya, aku kerjanya apa, anaknya siapa? Lulusan apa?” ujar Ilona menebak apa yang akan dia hadapi saat nanti bertemu dengan Pak Dewangga.“Bilang aja apa adanya, Ilona staf marketing! Kerja di kantor cabang, ga usah dib