"Ibu!" panggil Dasta kaget saat melihat ibunya berada didalam kamarnya.
Barusan saja Dasta sampai ke rumah dan langsung menuju kamarnya demi melihat kondisi Shaka. Namun, ia di kejutkan dengan sosok ibunya yang ada di kamar sembari duduk memperhatikan Shaka yang tertidur."Baru pulang, nak?" Dasta mengangguk."Kenapa pintu rumah tidak di kunci, bu?""Oh ya? Ya ampun! Sepertinya ibu lupa mengunci pintu rumah Dasta.""Aissh, ibu, gimana kalau tadi ada orang jahat yang masuk? Untung saja Dasta cepat pulang." sahut Dasta cemberut seraya melangkah mendekat ke ranjang.Dasta menaruh kantong plastik kresek berisi buah-buahan yang tadi dia beli ke atas nakas disamping ranjang beserta tasnya. Dasta duduk di tepi ranjang, menatap ke arah Shaka seraya tangannya terulur menyentuh dahi Shaka yang di kompres."Masih demam, tapi, tidak sepanas seperti tadi pagi." gumam Dasta sedikit lega."Dasta, tadi suamimu terus meracau menyebut namamu, ia terus memanKau membuatku menggila! Aku tak kuasa mengalihkan dan mengendalikan diriku sendiri dari pertahanan gengsi dan egoku selama ini.******Shaka mencium lembut bibir Dasta, melumatnya dengan hasrat yang menggebu. Dirinya tak kuasa untuk menahan diri lebih lama lagi, bibir merah Dasta begitu menggoda jiwa dan imannya untuk singgah dan berlabu disana.Katakanlah jika sekarang Shaka lebay, terlalu banyak bicara dan bertindak romantis seperti yang orang lain lakukan umumnya pada pasangannya.Tunggu dulu! Romantis? Apakah mencium atau mencumbu wanita yang dulu sangat di bencinya bisa disebut bertindak manis nan romantis? Yang ada Shaka malah terlihat seperti pria yang memanfaatkan kesempatan, saat sakit pun ia malah berhasrat pada Dasta. Tapi, dia tak salah bukan. Dasta adalah istrinya, ia tentu berhak melakukan hal yang lebih intim dari ini pada Dasta.Dasta yang tadi awalnya hanya diam dengan mata mengerjap berulang kali kini mulai terb
"Apa kamu ingin aku menjadi gila, Dasta?" tanya Shaka lirih dengan mimik wajah yang sudah pucat pasih mengamati obat itu.Kening Dasta mengkerut bingung dengan ucapan Shaka, tak mengerti apa maksud dari kalimat Shaka barusan."Kenapa kalian berdua melakukan ini padaku?" ucap Shaka bertanya marah menatap ke wajah Dasta yang semakin bingung. "Apa memang ini yang kalian inginkan, berencana untuk membuatku menjadi orang gila. Huh, Ayo, katakan!" tekan Shaka mencengkeram bahu Dasta kuat.Mulut Dasta bungkam melihat ekspresi wajah Shaka yang tiba-tiba menjadi marah. Mata Dasta menyorot sedih bercampur bingung penuh pertanyaan.Mata itu? Kenapa sorot mata itu muncul kembali? batin Dasta ngerih melihat sorot tajam mata Shaka."Ayo, cepat katakan! Kalian berdua bersekongkol kan, darimana kalian bisa saling mengenal, hah?" Shaka mengguncang-guncangkan bahu Dasta yang masih di cengkeramnya."Kalian? Berdua? Sekongkol? Saling mengenal? Maksudnya
Kita harus melawan mereka sayang, membuktikan bahwa mereka berdua adalah iblis penganggu kisah kita.******Dasta merasakan hawa tak nyaman yang menggangu tidur nyenyaknya, Dasta menggeliatkan badannya seraya membuka kedua matanya perlahan. Tersentak kaget Dasta saat kedua matanya melihat sosok Shaka yang tengah duduk di tepi ranjang sembari menatapnya lekat. Shaka menumpukkan dagunya dengan kedua tangannya, tampak terlihat jelas otot-otot tangan yang menonjol di tangan pria itu."Manis," ucap Dasta tanpa sadar, secara tak sadar Dasta sedang menganggumi wajah tampan suaminya yang tampak sangat manis jika Shaka seperti ini."Apanya yang manis, Dasta?" tanya Shaka tersenyum geli."Hah? Eh!" Dasta berjengit kaget saat ia ketahuan tengah menggagumi suaminya.Dasta bangun dari rebahannya, dan saat itu ia tersadar jika dirinya tidur di ranjang.Tunggu! Seingat Dasta, ia tadi malam bukannya tidur dengan posisi duduk? Lalu kenapa
Shaka sudah rapih dengan pakaian kantornya, sudah tiga hari ia tak bekerja di karenakan demam yang melanda. Shaka menyesali tak mematuhi perkataan istrinya itu, benar kata Dasta jika ia mandi kemungkinan besar demamnya bisa kambuh. Shaka merasakan hawa panas dan meriang pada tubuhnya saat ini, tapi sebisa mungkin ia tahan.Shaka tak ingin hari ini rencananya gagal, hari ini ia harus bisa membuktikan mengenai obat yang dibawa Dasta ke rumah. Obat yang dicurigai Shaka mirip persis dengan vitamin yang dulu sering Mei berikan untuknya, dari segi bentuk ukuran dan warna obat itu sendiri."Aku harus mengeceknya sendiri dan membuktikan pada Dasta, dan setelah terbukti maka aku akan melakukan rencana selanjutnya. Ya, itu harus!" tekad Shaka kuat dan semangat.Shaka tak ingin di kejadian buruk yang kedua kalinya menimpa Dasta, apalagi Dasta mengatakan mendapat obat itu dari temannya. Teman yang mana?Pria atau wanita? Rasanya Shaka sangat gemas dan cemas,
Tangan Shaka gemetaran hebat saat ia membaca dengan sangat jelas hasil lab mengenai obat vitamin Dasta. Kedua mata Shaka bahkan basah karena airmata yang mengalir dengan derasnya. rasanya sangat sesak, hatinya terasa hancur saat segala dugaannya benar.Tubuh Shaka jatuh meluruh ke bawah, kakinya seakan tak bertulang dan tak bertenaga untuk menompang tubuhnya sendiri."Dasta...." lirih Shaka berurai airmata.Ya Tuhan!Kenapa hidup sekejam ini padanya?Rasanya Shaka tak mampu berpikir jernih sekarang, ia terlalu kecewa dengan fakta ini. Ia tadinya masih berharap jika hasil lab berbanding terbalik dengan segala dugaannya, nyatanya, apa yang di inginkan sangat jauh dengan yang terjadi saat ini.Shaka menggelengkan kepalanya, ia tidak boleh terpuruk seperti ini. Dia seharusnya melawan semua kejahatan ini. Ya, ia pasti bisa!Shaka menyimpan kertas hasil lab it
"Mau mencobanya tidak?" tanya bang Shaka lagi dengan tatapan genitnya padaku.Terhitung ini entah yang sudah ke berapa kalinya bang Shaka melontarkan pertanyaan genit itu. Dan oh, jangan tanyakan bagaimana reaksi wajahku saat mendengar pertanyaan menggoda yang sarat mengundang nafsu.Setelah ia selesai makan, aku membereskan meja makan dan mencuci piring bekas makannya dan juga gelas bekas minumnya."Abang masuk saja duluan ke kamar, aku ingin mencuci ini dulu." kataku menyuruhnya untuk masuk ke kamar terlebih dulu.Selain karena aku tak ingin dia menungguku, aku juga merasa risih dengan tatapan matanya yang seakan menjelajahi setiap inci tubuhku.Katakanlah, mungkin aku yang salah karena telah mengganti bajuku untuk tidur dengan baju yang tadi ku pakai sebelum bang Shaka pulang.Aku mendengar suara langkah kaki mendekat, dan ku rasakan sepasang lengan kekar tengah melingkari pinggang dan perutku. "Aku ingin disini menemanimu," kata bang Shaka
Dasta selesai mandi dan keluar dari kamar, tubuhnya tampak lebih segar dengan rambut yang basah sehabis keramas. Sakit di area bawah tubuhnya masih sangat terasa tapi sedikit berkurang setelah mandi tadi."Kemana bang Shaka?" gumam Dasta bertanya-tanya kemana gerangan suaminya kini, ia sama sekali tak melihat Shaka di kamar.Dasta melangkah perlahan ingin keluar, rasanya sangat malu melihat cara berjalannya yang tampak sangat aneh tidak seperti biasanya.Kira-kira, ibu dan ayah memperhatikan cara berjalanku tidak ya? batin Dasta gugup.Dasta ragu antara ingin keluar atau tidak, tapi jika ia tetap memilih di kamar saja akan menimbulkan kecurigaan bagi ibunya.Dasta mengurungkan niatnya untuk keluar, ia lebih memilih menyibukkan diri memasukkan pakaian kotor miliknya dan milik Shaka ke dalam keranjang kosong. Dasta melirik ke arah ranjang yang masih sangat berantakan, di tariknya sepr
Shaka menatap kaget sosok wanita yang dengan beraninya datang ke kantor miliknya. Mei tersenyum ke arah Shaka dengan mata berbinar bahagia, Shaka menyipitkan matanya melihat maksud kedatangan Mei kesini.Dua orang satpam masuk ke ruangan Shaka dengan tergopoh-gopoh dan nafas ngos-ngosan. Kedua satpam itu langsung memegang masing-masing tangan Mei yang kemudian berontak meminta di lepaskan."Lepas!" rontah Mei galak."Diam!" bentak salah satu satpam."Pak Shaka, maafkan kami pak, wanita ini nekat ingin bertemu bapak meskipun kami sudah melarangnya sesuai perintah bapak." ucap salah satu satpam lagi menjelaskan pada Shaka.Shaka mengangguk mengerti dan menggerakkan tangannya memberi kode pada kedua satpam itu agar melepaskan Mei. Lagi, Shaka memberikan kode agar kedua satpam itu keluar dari ruangannya.Kini tinggallah mereka berdua yang tersisa di dalam ruangan itu. S