Gadis dengan netra coklat itu menatap kesal ke arah parkiran mobil nya, mobil baru nya kini sudah penuh dengan coretan 'lagi'.Dengan kesal, Alice mengambil tas ransel nya, mengeluarkan sepeda nya dari bagasi dan "Aku berangkat !" teriak nya dari pagar yang menjadi pemisah dari jarak nya dengan rumah nya.
"Iya, jangan pulang larut lagi Alice, ingat untuk selalu menjaga diri!" seru Bertha, sang mama yang bergegas menilik dari balik pintu saat mendengar suara itu dengan raut wajah khawatir yang selalu tercetak di wajah nya.
"Aku akan bersama dengan Logan ma, jangan terlalu khawatir dengan ku!" seru Alice lalu mulai mengayuh sepeda gunung nya.
Cuaca kali ini sepertinya tidak mendukung Alice yang sial nya sedang membawa sepeda ke sekolah nya. Awan hitam dengan suara petir yang mulai terdengar membuat Alice semakin menambah kecepatan mengayuh sepedanya. Berharap bahwa hujan itu tidak akan membasahinya kali ini. Di tengah usaha nya, Alice dihentikan oleh mobil hitam mewah yang tiba-tiba berhenti di depan nya. Alice juga ikut berhenti dan menatap mobil yang sepertinya familiar untuknya.
"Masuklah Alice, sekolah akan masuk sekitar 15 menit lagi dan ditambah dengan rintik hujan yang mulai terasa! Kau akan telat dan basah jika menolak tawaran baik ku"
Alice menatap pemuda bermata biru itu, dengan kesal itu segera melipat sepeda gunung nya. Memasukkan nya ke dalam bagasi lelaki itu dan bergegas masuk ke dalam mobil itu.
"Ada apa dengan mobilmu Mrs.Betrson? Apa kau lagi-lagi mewarnai mobil baru mu?" kekeh Logan sambil fokus menyetir dan sesekali mencuri pandang ke arah penumpang di sebelahnya. Lebih tepatnya, ke arah gadis bernama Alice Betrson yang sedang menekuk wajah nya sejak tadi.
"Aku tidak tau apa yang terjadi belakangan ini Logan, tapi rasanya semakin aneh. Setiap malam aku selalu berjalan ke luar, dan sialnya. Tangan ini, tangan sialan ini selalu menggambar di mobil ku dan ding-ding kamar ku!" seru Alice Frustasi
"Apa kau sudah bertanya mengenai lambang itu pada ibumu? Aku rasa dia tahu sesuatu!" seru Logan sambil mencari parkiran di sekolah mereka. Cukup lama, hingga Ia parkir di lokasi biasa ia parkir. Sudut parkiran, dengan keadaan paling rawan. Sebenarnya bukan paling rawan, tapi kondisi paling menyeramkan. Banyak yang mengatakan bahwa beberapa siswi sering melihat arwah yang duduk di parkiran itu. Banyak juga yang mengatakan bahwa dulu, di lokasi parkiran mobil Logan. Ada pembunuhan sadis yang tidak terselesaikan sampai sekarang. Issu itu terus berkembang dari generasi ke generasi hingga tidak ada yang berani parkir di lokasi itu. Hanya Logan lah satu-satu nya manusia aneh yang mau parkir di sana tanpa ada rasa khawatir barang sedikit pun.
"Apa kau berpikir aku tidak pernah bertanya mengenai lambang itu Logan? Pertanyaan mu retoris sekali!" kesal Alice yang turun dari mobil Logan.
"Aku ingin bertanya Alice!" seru Logan yang juga segera turun dari dalam mobil nya dan menyamakan langkah nya dengan Alice yang mulai melangkah menuju arah gedung kelas mereka.
"Apa yg ingin kamu tanya?" seru Alice
"Apa kamu pernah berpikiran bahwa Ny.Bertha adalah ibu kandungmu? Bukan, maksud ku! Tapi ini sulit untuk dijelaskan, aku selalu memperhatikan kejanggalan itu ketika aku bermain ke rumahmu!"
"Seperti tidak boleh memakai anting, tidak boleh memainkan alat musik, tidak bisa memasang jam di rumah?" ujar Alice menjawab pertanyaan Logan
"Y-yeah, aku rasa kau tau dengan kejanggalan itu Alice!" ujar Logan sambil menghela nafas nya
"Lebih baik kita segera masuk saja Logan, aku malas membicarakannya!"
Logan mengangguk, lalu mereka bergegas melangkah menuju ruang kelas mereka sambil sesekali bertukar bahan pembicaraan sepanjang perjalanan, setidaknya itu bisa mengusir rasa bosan mereka. Namun, saat Alice masih asik berbicara dengan Logan, seseorang menabraknya Alice dari belakang.
Brakk
"Ahhhhhhhhhh!" teriak Alice saat lutut nya mencium lantai di bawah nya
"Alice?" panik Logan segera membantu Alice untuk berdiri. Logan sedikit meringis saat melihat bahwa lutut gadis itu mengeluarkan darah. Namun, pandangan nya teralih saat menyadari siapa yang baru saja menabrak Alice.
"Gadis itu!" ujar Alice saat menyadari siapa yang baru saja menabrak nya
"Bukan kah dia gadis dengan hazel setan itu?" ujar Logan saat baru saja menyadari bahwa gadis yang menabrak Alice adalah sosok gadis aneh dengan mata yang selalu tertutupi dengan poninya membuat ia dijuluki dengan gadis bermata iblis.
"Kau tidak bisa memanggilnya demikian Logan, kau sama-saja memperkeruh suasana dan aku rasa dia mendengar mu!" seru Alice sambil menahan rasa sakit di kaki nya
"Ck, kau terlalu baik hati Alice. Kau mungkin masih bisa berpikiran demikian, namun apa kau tidak bisa menyadari bahwa aura dari gadis itu juga sedikit berbeda dari manusia normal?"
"Lalu, apa kau berpikiran bahwa manusia dengan kekuatan adalah normal Logan? Aku rasa Kau, aku dan Xander, ada hubungan nya juga dengan gadis itu!" seru Alice mulai menganalisa
"Tidak mungkin Alice, kekuatan telekinesis milik mu itu adalah murni hasil kecelakaan di laboratorium itu, lagian auranya begitu berbeda dengan milik gadis itu Alice. Kau harus bisa menyadari itu, insting ku merasakan bahwa dia itu adalah iblis!" ujar Logan sambil berhenti melangkah.
Alice lalu berbalik dan berhenti melangkah, "Lalu, apakah aku juga iblis Logan?" kesal Alice
"Aku tidak mengatakan demikian Alice, tapi kau harus percaya dengan ku. Kau tidak boleh mendekatinya, ini bukan lah sesuatu yang bisa dijangkau dengan akal manusia biasa, karena....!" Logan sebentar berhenti mengucapkan kata-katanya membuat Alice menaikkan alisnya, menunggu kelanjutan dari ucapan Logan yang terputus
"Karena?" ulang Alice
"Dia menatap mu Alice!" seru Logan saat menyadari bahwa gadis iblis itu berhenti berjalan dan menatap nya, ralat, bukan dia. Tapi gadis itu menatap Alice. Logan menelan air liur nya, sudah ia katakan bahwa rumor itu benar-benar fakta. Mata gadis itu tidak normal, manik putih dengan percikan darah yang menghiasi wajah nya. Logan segera menarik tangan Alice dan mengambil rute yang berbeda menuju kelas mereka.
"Logan, apa yang kau lihat?" seru Alice
"Dia bukan manusia normal Alice, aku akan menceritakannya nanti saja. Untuk sekarang kita harus bergegas masuk ke dalam ruangan kelas!" seru Logan dengan keringat dingin yang meluncur dari atas dahi nya.
Logan dan Alice sampai di dalam kelas dan di sambut dengan tatapan heran dari Xander yang sudah duduk di kursi nya dengan buku yang berada di tangan nya. Logan segera mendudukkan Alice di sebelah Xander dan segera disusul dengan nya.
"Ada apa dengan kalian berdua? Kelihatannya kalian seperti dikejar seseorang!" seru Xander yang sudah menutup kembali buku nya. Xander sekilas melirik Alice yang duduk di sebelah nya, gadis itu juga keringatan dengan wajah nya yang menunjukkan ekspresi kebingungan dan takut yang bercampur menjadi satu. Alis Xander berkerut dan memutuskan untuk menatap Logan.
"Tadi, aku tidak sengaja memakai Juho Soshiken ku saat gadis setan itu sengaja menabrak Alice!" seru Logan masih mengatur nafas nya dan suara yang begitu pelan
"Lalu?" seru Xander dengan sesekali melirik ke bawah dan ternyata benar. Apa yang dikatakan Logan barusan ternyata benar, darah segar yang mengalir dari kaki Alice sepertinya sudah cukup membuat Xander sedikit percaya. Namun bukan itu, ada hal lain yang sepertinya ingin Logan sampaikan padanya.
"Aku rasa rumor itu benar, dia memiliki mata putih dengan bercak merah!" seru Logan membuat Xander membulatkan matanya. Mata putih dengan bercak merah, mungkinkah itu?
Oliver menatap sosok yang sedang berbaring di atas ranjang rumah sakit, ia berusaha untuk memendam amarahnya saat ini. "Apa yang terjadi pada mu Rey? Mengapa kau bisa menjadi seperti ini?" seru Oliver. Menatap Rey yang di gips, tulang-tulang lelaki itu semuanya bergeser dari tempatnya yang seharusnya. Semua badan Rey terkenal cakaran, hanya menyisakan wajahnya yang sama-sekali tidak tergores barang sedikit pun. Mata Rey menatap Oliver, lalu menatap sosok yang sedang duduk dengan buku yang dibolak-balikan di atas tangan nya sedang berada di atas sofa. Duduk tenang, seperti tidak ada yang terjadi."Dia—dia yang melakukan ini pada kami!" ujar Rey dengan air mata nya yang mengalir. Menunjuk Aldo yang masih membaca buku.Merasa dirinya di tunjuk dan ditatap, membuat Aldo menutup bukunya. Dan menatap Oliver yang menatap nya dengan keningnya yang sedang berkerut. "Dia benci pada ku sejak kau menjebakku untuk bergabung dengan mu Oliver!" ujar Aldo ikut berdiri, berjalan ke sebelah sisi ranjan
Mobil yang dibawa oleh Xander sedikit mengambil rute berbeda, mereka menatap ke belakang. Mobil berwarna silver dengan aksen kehitam-hitaman itu terus mengikuti mereka sejak Xander keluar dari dalam hotel itu, tempat mereka melakukan lomba itu. Alice yang duduk di depan bersamanya juga merasakan hal yang sama. Mobil itu memasuki belokan daerah gang yang cukup sempit, dan juga sedikit rawan. Xander sedikit salah mengambil rute ini, karena bukannya semakin mempermudah. Mereka malah sedikit kewalahan. Xander menatap ke belakang dari kaca spion di luar kaca. Mobil itu benar-benar mengikuti mereka sampai saat ini."mobil itu masih mengikuti kita!" seru Logan yang sudah sedikit panik"jalan ini menuju ke daerah mana? Aku tidak pernah berkeliling daerah ini sebelumnya!" seru Alice yang sedikit cemas. Ia tidak pernah melewati jalan ini sebelumnya. Namun ia tidak tahu dengan Xander atau Logan."Aku rasa kita di dalam masalah kali ini!" seru Xander mengerem mobil nya tiba-tiba. Karena sebuah mo
Xander, Alice dan Logan sampai di sekolah, mereka turun dari mobil mereka yang sudah terparkir di lokasi parkir yang biasanya. Banyak pasang mata yang mencuri-curi pandang ke arah mereka. Mereka bertiga melangkah menuju gedung sekolah mereka, namun sosok lelaki paruh baya lengkap dengan tas coklat nya yang terpampang di samping nya menghadang langkah mereka. Mereka lalu menatap Mr.Tanaka yang menatap mereka dengan garang. Logan menatap Alice dan juga Xander, ia lalu menggaruk kepalanya dengan sedikit tidak enak."ikut bapak sekarang!" seru Mr.Tanaka lalu berjalan menuju ke arah ruangannya.Logan hendak kabur, namun Mr.Tanaka segera berbalik badan dan menatap ke arah mereka bertiga dengan tatapan tajam. "Jangan coba-coba untuk kabur, atau nilai kalian tidak akan keluar satu semester ini dan kalian tidak akan bisa melanjut ke jenjang universitas!" ujar Mr.Tanaka lalu segera pergiLogan, Xander dan Alice saling menatap dan melangkah mengikuti Mr.Tanaka ke ruangan nya. Beberapa tatapan da
Mobil itu berhenti di depan garasi, Xander masih dalam keadaan tidak sadarkan diri. Sementara Alice sudah tertidur dengan tangan yang ada di atas kepala Xander. Logan menatap ke belakang, dan menatap Tristan."Apa kau tidak bisa membangunkan Alice?" ujar Tristan menatap Logan"Alice—Alice...!"ujar Logan pelan menggoyang bahu Alice. Gadis itu mengerjapkan matanya dan menatap Logan. Alice lalu menatap ke luar kaca, dan mereka ternyata sudah berada di depan rumah besar itu. Alice lalu menatap Xander yang masih belum sadarkan diri dan masih berbaring dengan kepala di atas pangkuannya. Alice menggerakkan tangannya, membuat Xander mulai mengerjapkan matanya depan pelan membuat semua perhatian tertuju pada lelaki itu."Xander? Apa kau sudah sadar? Kau bisa mendengar ku?" ujar Alice pelan, sambil mengusap wajah tegas Xander dengan pelan. Membuat Xander yang tadi masih merasa lelah tiba-tiba teransang dengan sentuhan Alice. Xander membuka kedua mata nya dan hal pertama yang ia lihat adalah waj
Xander menatap Alice dan Logan sekali lagi, meyakin kan mereka dengan ide gila mereka malam ini. Menatap kedua sahabatnya yang menganggukan kepalanya, membuat Xander segera menutup kedua matanya. Namun sebelum mereka berteleportasi, pintu kamar mereka tiba-tiba terbuka. Semua mata tertuju pada pintu itu. Sementara sosok yang baru saja membuka pintu itu menatap Xander, Alice , dan Logan yang saling berpegangan satu-sama lain. Ralat—jika bisa dinilai lebih rinci, mereka lebih berpegangan pada Xander. Tristan mengerutkan keningnya, tidak ada tidak angin. Mengapa ketiga manusia itu berperilaku aneh?"A—apa kau mengganggu acara kalian?" ujar Tristan menatap mereka dengan alis yang mengerut"Ada apa?" guman Xander yang melepaskan pegangan tangan nya pada Alice dan juga Logan. Ia menatap Tristan—lelaki itu dengan kesal. Tinggal sebentar lagi, maka mereka akan berteleportasi. Namun jika di pikir-pikir, lebih baik juga Tristan datang sekarang daripada nanti setelah ia beserta Alice dan Logan s
Mereka langsung keluar dari dalam rumah itu, namun begitu keluar mereka terkejut saat mendapati sosok seseorang yang sedang menunggu mereka di depan mobil yang terparkir di luar. Duduk di atas jok depan sambil menatap mereka satu persatu. Logan seketika memegang Alice, Xander juga mendekat pada Alice. Logan menatap Xander yang juga menatapnya. Membuat Logan dengan segera menutup matanya dan warna matanya berubah menjadi putih. Ia lalu melepaskan tangannya dari Alice setelah mengubah kembali warna matanya."Tidak ada orang, kecuali dia!" ujar Logan menatap Xander yang menunggu jawaban darinya."Mengapa lelaki itu datang kemari?" guman Tristan menatap kesal lelaki yang membuat amarah nya seketika meningkat itu. Tristan menatap Xander yang menahan kepergiannya, ia memang hendak menyampari lelaki itu. Namun urung karena Xander menahannya."Biar aku saja Tristan, aku rasa dia ingin berbicara padaku!" ujar Xander lalu berjalan mendekati mobil nya, dimana sosok itu langsung berdiri dan menat